5 Tradisi Unik di Indonesia, Tabuik sampai Mekare-Kare
10 March 2023 |
13:44 WIB
Indonesia yang terdiri dari beragam suku memiliki banyak tradisi unik, yang sampai saat ini masih ada lantaran terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Adat kebiasaan turun-temurun menjadi simbol yang menarik bagi para wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Dalam rilis RedDoorz yang diterima Hypeabis.id, disebutkan bahwa di Indonesia terdapat 1.340 suku dari Sabang sampai Merauke. Dari total itu, berbagai macam tradisi diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.
Mereka melestarikan tradisi sebagai upaya untuk menjaga kerukunan antarmanusia dan penghormatan kepada leluhur. Tidak hanya itu, menjaga adat kebiasan juga menjadi pengingat agar selalu bangga akan tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Pada umumnya adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku di dalam negeri mengandung kearifan lokal dan memiliki manfaat secara spiritual bagi masyarakat setempat yang menjalaninya. Bagi kamu yang ingin mengetahui tradisi unik suku-suku yang ada di dalam negeri, yuk simak beberapa contohnya dalam ulasan berikut ini.
Baca juga: Bikin Kangen dan Nostalgia, Ini daftar 5 Permainan Tradisional Tahun 90-an
Selain memiliki keindahan alam yang memesona, Bali juga menjadi destinasi wisata yang terkenal akan kekayaan adat istiadat masyarakatnya. Di antara beragam tradisi itu, salah satunya adalah Mekare-Kare.
Tradisi yang biasa disebut sebagai Upacara Perang Pandan ini sarat akan makna. Adat ini merupakan bentuk persembahan dan penghormatan terhadap Dewa Indra, yakni dewa perang dalam kepercayaan Hindu di Bali. Selain itu, tradisi Mekare-Kare juga merupakan bentuk penghormatan masyarakat kepada para leluhur.
Masyarakat biasanya menjalani tradisi itu setiap tahun pada sasih kelima atau sekitar Juni dalam kalender <Masehi. Perang Pandan akan diawali dengan upacara memohon keselamatan. Setelah itu, petarung akan saling memukul punggung setelah saling berangkulan. Mereka tidak merasakan kemarahan atau dendam satu sama lain ketika tradisi usai, lantaran melakukannya dengan ikhlas sebagai bagian dari adat.
Masyarakat menjalani adat kebiasaan ini secara besar-besaran dengan melibatkan banyak orang, mulai dari persiapan sampai puncak acara. Tradisi Tabuik biasanya diadakan antara 1 sampai 15 Muharam.
Dalam penyelenggaraannya, mereka memulai dengan mengambil tanah, menebang batang pisang, mengarak jari-jari, mengarak sorban, melakukan proses menyambungkan badan Tabuik dan pernak-perniknya, melakukan upacara peringatan kematian Husain, dan membuang Tabuik ke laut.
Bau Nyale sudah dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun-temurun setiap tanggal 20 pada bulan ke-sepuluh dalam penanggalan Suku Sasak (Rowot Sasak) atau sekitar Februari jika mengacu kalender Masehi.
Ribuan orang menangkap cacing laut (nyale) yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika dalam tradisi ini. Sang putri yang memiliki paras cantik dipercaya menghanyutkan diri ke laut lepas untuk menghindari peperangan antarpangeran yang memperebutkan dirinya.
Adat kebiasaan turun-temurun ini diselenggarakan di sepanjang pantai dari selatan hingga timur setiap tahun, yakni mulai dari Pantai Kaliantan, Pantai Seger, hingga Pantai Aan. Masyarakat setempat mempercayai jumlah nyale yang muncul akan berkaitan dengan jumlah hasil panen para petani.
Pada awalnya tradisi ini muncul karena terdapat perbedaan pendapat di masyarakat mengenai penetapan awal bulan suci bagi umat muslim. Tradisi Dugderan diawali dengan upacara dan penampilan para penari. Kemudian, disusul oleh arak-arakan warak ngendog, sebuah makhluk yang menyerupai badak sedang bertelur.
Setelah itu, rombongan penari, atraksi warak ngendog, dan para warga mengikuti karnaval dengan berjalan kaki menuju Masjid Kauman Semarang atau Masjid Agung Jawa Tengah. Gubernur Provinsi Jawa Tengah sudah menunggu kedatangan Walikota beserta rombongan karnaval di masjid.
Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Semarang pun menyampaikan pidato dan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa dalam bahasa Jawa. Masyarakat yang menjalani tradisi ini menggunakan busana adat Jawa.
Upacara yang juga dapat diartikan sebagai kunjungan resmi masyarakat Badui pasca-musim panen itu didahului oleh proses kawalu, yakni ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang berlimpah. Proses selanjutnya adalah ngalaksa. Masyarakat Badui akan bersilaturahmi ke kerabat sambil membawa hasil panen.
Pada bagian akhir, mereka memulai Tradisi Seba. Kegiatan tersebut akan berakhir dengan proses penyerahan hasil panen masyarakat Badui kepada Bupati. Sementara itu, pemerintah akan menyerahkan bingkisan kepada perwakilan masyarakat Badui.
Baca juga: 5 Tradisi Unik Negara-negara di Dunia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Dalam rilis RedDoorz yang diterima Hypeabis.id, disebutkan bahwa di Indonesia terdapat 1.340 suku dari Sabang sampai Merauke. Dari total itu, berbagai macam tradisi diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.
Mereka melestarikan tradisi sebagai upaya untuk menjaga kerukunan antarmanusia dan penghormatan kepada leluhur. Tidak hanya itu, menjaga adat kebiasan juga menjadi pengingat agar selalu bangga akan tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Pada umumnya adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku di dalam negeri mengandung kearifan lokal dan memiliki manfaat secara spiritual bagi masyarakat setempat yang menjalaninya. Bagi kamu yang ingin mengetahui tradisi unik suku-suku yang ada di dalam negeri, yuk simak beberapa contohnya dalam ulasan berikut ini.
Baca juga: Bikin Kangen dan Nostalgia, Ini daftar 5 Permainan Tradisional Tahun 90-an
1. Mekare-kare, Bali
Selain memiliki keindahan alam yang memesona, Bali juga menjadi destinasi wisata yang terkenal akan kekayaan adat istiadat masyarakatnya. Di antara beragam tradisi itu, salah satunya adalah Mekare-Kare.Tradisi yang biasa disebut sebagai Upacara Perang Pandan ini sarat akan makna. Adat ini merupakan bentuk persembahan dan penghormatan terhadap Dewa Indra, yakni dewa perang dalam kepercayaan Hindu di Bali. Selain itu, tradisi Mekare-Kare juga merupakan bentuk penghormatan masyarakat kepada para leluhur.
Masyarakat biasanya menjalani tradisi itu setiap tahun pada sasih kelima atau sekitar Juni dalam kalender <Masehi. Perang Pandan akan diawali dengan upacara memohon keselamatan. Setelah itu, petarung akan saling memukul punggung setelah saling berangkulan. Mereka tidak merasakan kemarahan atau dendam satu sama lain ketika tradisi usai, lantaran melakukannya dengan ikhlas sebagai bagian dari adat.
2. Tabuik, Sumatra Barat
Adat lain yang ada di Indonesia adalah Tabuik dari Sumatra Barat. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-19 Masehi. Secara simbolik, tradisi ini menggambarkan kebesaran Allah SWT yang membawa terbang jenazah cucu nabi Muhammad SAW, yakni Husain bin Ali ke langit dengan Buraq lantaran meninggal secara mengenaskan di Perang Karbala.Masyarakat menjalani adat kebiasaan ini secara besar-besaran dengan melibatkan banyak orang, mulai dari persiapan sampai puncak acara. Tradisi Tabuik biasanya diadakan antara 1 sampai 15 Muharam.
Dalam penyelenggaraannya, mereka memulai dengan mengambil tanah, menebang batang pisang, mengarak jari-jari, mengarak sorban, melakukan proses menyambungkan badan Tabuik dan pernak-perniknya, melakukan upacara peringatan kematian Husain, dan membuang Tabuik ke laut.
3. Tradisi Bau Nyale, Nusa Tenggara Barat
Tradisi unik lainnya adalah Bau Nyale dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Adat kebiasaan ini berupa proses menangkap cacing laut di sepanjang pantai Pulau Lombok.Bau Nyale sudah dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun-temurun setiap tanggal 20 pada bulan ke-sepuluh dalam penanggalan Suku Sasak (Rowot Sasak) atau sekitar Februari jika mengacu kalender Masehi.
Ribuan orang menangkap cacing laut (nyale) yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika dalam tradisi ini. Sang putri yang memiliki paras cantik dipercaya menghanyutkan diri ke laut lepas untuk menghindari peperangan antarpangeran yang memperebutkan dirinya.
Adat kebiasaan turun-temurun ini diselenggarakan di sepanjang pantai dari selatan hingga timur setiap tahun, yakni mulai dari Pantai Kaliantan, Pantai Seger, hingga Pantai Aan. Masyarakat setempat mempercayai jumlah nyale yang muncul akan berkaitan dengan jumlah hasil panen para petani.
4. Dugderan, Semarang, Jawa Tengah
Dugderan yang berada di Semarang, Jawa Tengah, merupakan tradisi warga menyambut Ramadan. Adat kebiasaan ini sudah ada sejak kepemimpinan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung Purbaningrat pada 1881.Pada awalnya tradisi ini muncul karena terdapat perbedaan pendapat di masyarakat mengenai penetapan awal bulan suci bagi umat muslim. Tradisi Dugderan diawali dengan upacara dan penampilan para penari. Kemudian, disusul oleh arak-arakan warak ngendog, sebuah makhluk yang menyerupai badak sedang bertelur.
Setelah itu, rombongan penari, atraksi warak ngendog, dan para warga mengikuti karnaval dengan berjalan kaki menuju Masjid Kauman Semarang atau Masjid Agung Jawa Tengah. Gubernur Provinsi Jawa Tengah sudah menunggu kedatangan Walikota beserta rombongan karnaval di masjid.
Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Semarang pun menyampaikan pidato dan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa dalam bahasa Jawa. Masyarakat yang menjalani tradisi ini menggunakan busana adat Jawa.
5. Tradisi Seba, Lebak, Banten
Seba adalah tradisi yang berasal dari Suku Badui, Lebak, Banten. Adat ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Sang Maha Kuasa atas hasil panen yang berlimpah selain harapan mendapatkan keselamatan.Upacara yang juga dapat diartikan sebagai kunjungan resmi masyarakat Badui pasca-musim panen itu didahului oleh proses kawalu, yakni ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang berlimpah. Proses selanjutnya adalah ngalaksa. Masyarakat Badui akan bersilaturahmi ke kerabat sambil membawa hasil panen.
Pada bagian akhir, mereka memulai Tradisi Seba. Kegiatan tersebut akan berakhir dengan proses penyerahan hasil panen masyarakat Badui kepada Bupati. Sementara itu, pemerintah akan menyerahkan bingkisan kepada perwakilan masyarakat Badui.
Baca juga: 5 Tradisi Unik Negara-negara di Dunia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.