Hypereport: Nyala Lampion dalam Semarak Tahun Baru Imlek 2025 yang Penuh Makna
31 January 2025 |
09:11 WIB
Nyala lampion yang benderang membuat perayaan Tahun Baru Imlek, 29 Januari 2025 kian meriah. Makna lampion tak hanya sebagai penerang atau ornamen dekorasi, tetapi juga melambangkan kebahagiaan dan semangat yang menyertai momen penting tersebut.
Semarak perayaan Imlek begitu terasa di sepanjang jalan Pecinan Glodok yang dipenuhi kios penjual lampion dan ragam pernak-pernik tradisional China bernuansa merah dan emas yang mengkilap.
Pecinan Glodok bertempat di Jakarta Barat, merupakan kawasan Chinatown paling terkenal di Indonesia. Nama "Glodok" sendiri berasal dari kata Sunda "Golodog," yang berarti pintu masuk rumah, mengingatkan kita akan peran penting Jakarta sebagai gerbang Kerajaan Sunda kuno.
Sejak era kolonial Belanda, Glodok telah menjadi pusat komunitas Tionghoa. Kawasan ini menjadi destinasi wisata yang dikenal lewat bangunan ikoniknya seperti Pasar Petak Sembilan sebagai pusat obat herbal, Vihara Dharma Bhakti yang merupakan salah satu kelenteng tertua di Jakarta, serta pusat kuliner Gang Gloria.
Baca juga laporan terkait:
"Seminggu sebelum Imlek sudah ramai pembeli, bahkan dari tiga bulan sebelumnya barang-barang Imlek sudah masuk dan mulai dijual," kata Fia, karyawan toko lampion DD Wedding.
Kios yang letaknya di salah satu gang kecil pecinan Glodok tersebut sejatinya menjual perlengkapan nikah dan lamaran alias sangjit dengan adat tradisional China. Akan tetapi, menjelang Imlek mereka mulai memenuhi toko dengan lampion dan pernak-pernik seperti gantungan kunci, tempelan dinding, serta pajangan dan dekorasi lainnya yang bernuansa merah dan emas.
Semuanya diimpor dari China, lantaran konsumennya suka dengan barang-barang otentik buatan perajin dari negara asal mereka. Pesanan sudah masuk 1-2 minggu sebelum Imlek, sementara yang dari luar kota seperti Bali dan Surabaya sudah memesan sejak berbulan-bulan lalu. Biasanya para pelanggan setia mereka akan membeli barang Imlek untuk dijual kembali.
"Ada yang pesan 16 karton, isinya 100 lampion per karton, lampion-lampionnya dilipat supaya tidak rusak saat dikirim ke luar kota," ujar Fia.
Adapun lampion, dimaknai sebagai penerang. Orang-orang yang merayakan Imlek percaya bahwa rumah mereka tidak boleh gelap, sehingga banyak yang menggantung lampion di halaman atau pintu masuk.
Lampion merah bulat selalu menjadi favorit dan banyak dicari. Terkadang mereka juga minta lampion bertuliskan karakter Fu yang berarti keberuntungan atau kebahagiaan. Karakter yang terbalik ini melambangkan bahwa keberuntungan sedang mengalir masuk. Tak ketinggalan lampion bergambar naga dan simbol-simbol lainnya yang dipercaya bisa membawa hoki.
Namun, lampion tak semuanya berbentuk bulat dan berwarna merah. Ada juga yang berbentuk nanas dan ikan, yang dipercaya bisa mendatangkan banyak keberuntungan dan rezeki yang lancar. Sementara ukurannya tersedia dari 8 inci sampai 24 inci, dengan angka genap seperti 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, dan 24. Setiap ukuran tentunya beda pula harganya.
"Lampion biasa yang paling kecil harganya mulai dari Rp50.000, materialnya dari kain atau parasit, bentuknya bulat atau lonjong dan bisa dilipat," kata Fia.
Sementara lampion yang paling mahal, harganya bisa dibanderol mulai dari Rp1-2 jutaan. Lampion jenis ini dihiasi lampu LED warna-warni, dan bisa berputar dengan digerakkan oleh mesin dan harus terhubung ke listrik.
Meski begitu, Fia menyayangkan tahun ini penjualan lampion dan pernak-pernik Imlek tampak lesu dibandingkan tahun lalu. Hal ini diyakini ada kaitannya dengan kepercayaan masyarakat akan Tahun Ular Kayu.
"12 tahun lalu, di sini pernah kebanjiran saat Tahun Ular, apalagi baru-baru ini juga ada kebakaran padahal musim hujan, jadi mereka anggap ini pertanda kesialan atau ketidakberuntungan," katanya.
Omzet harian mereka juga menurun dibandingkan tahun lalu, yang naik bisa sampai tiga kali lipat. Meski begitu, Imlek tetaplah menjadi momen yang dinanti-nantikan karena penjualan bisa meningkat dibandingkan hari biasa.
"Kalau hari biasa, kami mengharapkan pembeli yang mencari perlengkapan untuk acara pernikahan dan lamaran, itu pun jarang, tapi kalau saat Imlek ramai terus omzetnya bisa naik dua kali lipat," ujarnya.
Di sisi lain, berkah Imlek juga dirasakan oleh Erni ketika kios lampion dan pernak-perniknya ramai pengunjung. Sesuai dengan nama kiosnya, yakni Toko Lampung, Erni dan suami berangkat jauh-jauh dari Lampung jelang Imlek untuk berjualan di Pecinan Glodok.
"Setiap tahun memang rutin jualan di sini, barang-barangnya kita titip di gudang dan bayar sewa tempat, kalau momennya sudah selesai kita balik lagi ke Lampung jualan buah," katanya.
Jauh-jauh hari sebelum Imlek, pesanan sudah masuk biasanya perorangan untuk hiasan rumahnya atau dari kantor-kantor untuk kebutuhan dekorasi. Mereka yang melakukan pemesanan paling sedikit Rp2-3 juta per orang. Barang yang dibeli biasanya lampion, tempelan-tempelan kaligrafi, sampai hiasan bunga dan pohon jeruk.
Baca juga: 10 Kudapan Khas Imlek yang Melambangkan Keberuntungan dan Kemakmuran
Untuk barang paling mahal, ada lampion yang bisa menyala dan berputar, sementara yang paling murah ada lampion berbentuk gantungan kunci dengan harga sekitar Rp10.000-20.000. Kebanyakan orang mencari lampion polos berbentuk bulat warna merah atau bisa juga berbentuk nanas yang melambangkan keberuntungan.
"Biasanya mereka menghindari lampion dan pernak-pernik lainnya yang ada makna ular kayu, supaya masih bisa dipakai tahun depan," ujarnya.
Barang-barang yang punya makna ular kayu tentunya hanya bisa dipakai tahun ini saja dan tidak bisa dijual lagi tahun depan. Oleh karenanya, Erni memutuskan untuk mengobral barang dagangannya saat hari terakhir Imlek. Sisanya akan dia titipkan lagi di gudang kawasan setempat yang biaya sewanya berkisar antara Rp500.000-800.000 sesuai jumlah muatannya.
Erni juga menyadari, antusiasme orang-orang saat Imlek tahun lalu lebih tinggi dibandingkan sekarang. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan kepercayaan tahun ular yang diwaspadai membawa kesialan oleh masyarakat keturunan China.
Meski begitu, omzet harian saat Imlek bisa mencapai Rp4-5 juta. Baginya, tentu lumayan untuk modal berjualan buah di kampung halamannya, sewa gudang, dan persiapan belanja barang-barang imlek tahun depan.
Pada masa Dinasti Tang (618-907 M), orang-orang melepaskan lampion ke langit sebagai simbol keberkahan dan kekuatan negara. Pada era China modern, festival lampion dirayakan pada hari ke-15 kalender lunar, menandai akhir Tahun Baru China.
Setiap warna dan bentuk lampion memiliki maknanya tersendiri, tapi secara umum melambangkan harapan untuk masa depan yang lebih baik dan cerah. Simak macam-macam warna lampion berikut ini.
Meskipun kebanyakan lampion tradisional berbentuk bulat, ada juga yang berbentuk geometris bahkan lambang zodiak China. Bentuk bulat melambangkan kesatuan dan kebersamaan, juga mengingatkan pada bulan purnama sebagai waktu digelarnya festival pertengahan musim gugur. Berikut jenis-jenis lampion.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Semarak perayaan Imlek begitu terasa di sepanjang jalan Pecinan Glodok yang dipenuhi kios penjual lampion dan ragam pernak-pernik tradisional China bernuansa merah dan emas yang mengkilap.
Pecinan Glodok bertempat di Jakarta Barat, merupakan kawasan Chinatown paling terkenal di Indonesia. Nama "Glodok" sendiri berasal dari kata Sunda "Golodog," yang berarti pintu masuk rumah, mengingatkan kita akan peran penting Jakarta sebagai gerbang Kerajaan Sunda kuno.
Sejak era kolonial Belanda, Glodok telah menjadi pusat komunitas Tionghoa. Kawasan ini menjadi destinasi wisata yang dikenal lewat bangunan ikoniknya seperti Pasar Petak Sembilan sebagai pusat obat herbal, Vihara Dharma Bhakti yang merupakan salah satu kelenteng tertua di Jakarta, serta pusat kuliner Gang Gloria.
Baca juga laporan terkait:
- Hypereport: Melihat Potret & Makna Perayaan Imlek Kiwari
- Hypereport: Barongsai Lebih Dari Sekadar Pertunjukan
- Hypereport: Merayakan Imlek di Kelenteng-kelenteng Tua Kawasan Glodok Jakarta Barat
- Hypereport: Ornamen Imlek Unik dan Maknanya Sebagai Pembawa Keberuntungan di Tahun Baru
"Seminggu sebelum Imlek sudah ramai pembeli, bahkan dari tiga bulan sebelumnya barang-barang Imlek sudah masuk dan mulai dijual," kata Fia, karyawan toko lampion DD Wedding.
Kios yang letaknya di salah satu gang kecil pecinan Glodok tersebut sejatinya menjual perlengkapan nikah dan lamaran alias sangjit dengan adat tradisional China. Akan tetapi, menjelang Imlek mereka mulai memenuhi toko dengan lampion dan pernak-pernik seperti gantungan kunci, tempelan dinding, serta pajangan dan dekorasi lainnya yang bernuansa merah dan emas.
Semuanya diimpor dari China, lantaran konsumennya suka dengan barang-barang otentik buatan perajin dari negara asal mereka. Pesanan sudah masuk 1-2 minggu sebelum Imlek, sementara yang dari luar kota seperti Bali dan Surabaya sudah memesan sejak berbulan-bulan lalu. Biasanya para pelanggan setia mereka akan membeli barang Imlek untuk dijual kembali.
"Ada yang pesan 16 karton, isinya 100 lampion per karton, lampion-lampionnya dilipat supaya tidak rusak saat dikirim ke luar kota," ujar Fia.
Toko Lampion di Pecinan Glodok (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila)
Lampion merah bulat selalu menjadi favorit dan banyak dicari. Terkadang mereka juga minta lampion bertuliskan karakter Fu yang berarti keberuntungan atau kebahagiaan. Karakter yang terbalik ini melambangkan bahwa keberuntungan sedang mengalir masuk. Tak ketinggalan lampion bergambar naga dan simbol-simbol lainnya yang dipercaya bisa membawa hoki.
Namun, lampion tak semuanya berbentuk bulat dan berwarna merah. Ada juga yang berbentuk nanas dan ikan, yang dipercaya bisa mendatangkan banyak keberuntungan dan rezeki yang lancar. Sementara ukurannya tersedia dari 8 inci sampai 24 inci, dengan angka genap seperti 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, dan 24. Setiap ukuran tentunya beda pula harganya.
"Lampion biasa yang paling kecil harganya mulai dari Rp50.000, materialnya dari kain atau parasit, bentuknya bulat atau lonjong dan bisa dilipat," kata Fia.
Sementara lampion yang paling mahal, harganya bisa dibanderol mulai dari Rp1-2 jutaan. Lampion jenis ini dihiasi lampu LED warna-warni, dan bisa berputar dengan digerakkan oleh mesin dan harus terhubung ke listrik.
Meski begitu, Fia menyayangkan tahun ini penjualan lampion dan pernak-pernik Imlek tampak lesu dibandingkan tahun lalu. Hal ini diyakini ada kaitannya dengan kepercayaan masyarakat akan Tahun Ular Kayu.
"12 tahun lalu, di sini pernah kebanjiran saat Tahun Ular, apalagi baru-baru ini juga ada kebakaran padahal musim hujan, jadi mereka anggap ini pertanda kesialan atau ketidakberuntungan," katanya.
Omzet harian mereka juga menurun dibandingkan tahun lalu, yang naik bisa sampai tiga kali lipat. Meski begitu, Imlek tetaplah menjadi momen yang dinanti-nantikan karena penjualan bisa meningkat dibandingkan hari biasa.
"Kalau hari biasa, kami mengharapkan pembeli yang mencari perlengkapan untuk acara pernikahan dan lamaran, itu pun jarang, tapi kalau saat Imlek ramai terus omzetnya bisa naik dua kali lipat," ujarnya.
Di sisi lain, berkah Imlek juga dirasakan oleh Erni ketika kios lampion dan pernak-perniknya ramai pengunjung. Sesuai dengan nama kiosnya, yakni Toko Lampung, Erni dan suami berangkat jauh-jauh dari Lampung jelang Imlek untuk berjualan di Pecinan Glodok.
"Setiap tahun memang rutin jualan di sini, barang-barangnya kita titip di gudang dan bayar sewa tempat, kalau momennya sudah selesai kita balik lagi ke Lampung jualan buah," katanya.
Jauh-jauh hari sebelum Imlek, pesanan sudah masuk biasanya perorangan untuk hiasan rumahnya atau dari kantor-kantor untuk kebutuhan dekorasi. Mereka yang melakukan pemesanan paling sedikit Rp2-3 juta per orang. Barang yang dibeli biasanya lampion, tempelan-tempelan kaligrafi, sampai hiasan bunga dan pohon jeruk.
Baca juga: 10 Kudapan Khas Imlek yang Melambangkan Keberuntungan dan Kemakmuran
Lampion Nanas (Sumber Foto: Hypeabis.id/Kintan Nabila)
"Biasanya mereka menghindari lampion dan pernak-pernik lainnya yang ada makna ular kayu, supaya masih bisa dipakai tahun depan," ujarnya.
Barang-barang yang punya makna ular kayu tentunya hanya bisa dipakai tahun ini saja dan tidak bisa dijual lagi tahun depan. Oleh karenanya, Erni memutuskan untuk mengobral barang dagangannya saat hari terakhir Imlek. Sisanya akan dia titipkan lagi di gudang kawasan setempat yang biaya sewanya berkisar antara Rp500.000-800.000 sesuai jumlah muatannya.
Erni juga menyadari, antusiasme orang-orang saat Imlek tahun lalu lebih tinggi dibandingkan sekarang. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan kepercayaan tahun ular yang diwaspadai membawa kesialan oleh masyarakat keturunan China.
Meski begitu, omzet harian saat Imlek bisa mencapai Rp4-5 juta. Baginya, tentu lumayan untuk modal berjualan buah di kampung halamannya, sewa gudang, dan persiapan belanja barang-barang imlek tahun depan.
Sejarah Lampion dan Ragam Jenisnya
Mengutip StudyCLI, lampion China memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak Dinasti Han Timur (25-220 M). Awalnya, lampion dibuat dari bambu, kayu, atau jerami gandum yang dibalut sutra atau kertas, serta dihiasi dengan simbol tradisional. Lampion kemudian diadopsi oleh para biksu untuk merayakan ritual keagamaan Buddha pada hari ke-12 di bulan pertama kalender lunar.Pada masa Dinasti Tang (618-907 M), orang-orang melepaskan lampion ke langit sebagai simbol keberkahan dan kekuatan negara. Pada era China modern, festival lampion dirayakan pada hari ke-15 kalender lunar, menandai akhir Tahun Baru China.
Setiap warna dan bentuk lampion memiliki maknanya tersendiri, tapi secara umum melambangkan harapan untuk masa depan yang lebih baik dan cerah. Simak macam-macam warna lampion berikut ini.
- Lampion Merah: Melambangkan kekayaan dan kemakmuran, serta kehidupan yang terus berkembang. Lampion merah menjadi simbol kesuksesan bisnis, tak sedikit toko-toko di kawasan Pecinan yang menggantungnya sepanjang tahun.
- Lampion Kuning: Dimaknai sebagai keberuntungan, netralitas, dan kebebasan dari masalah duniawi, Lentera kuning juga sering dilepaskan oleh para pelajar, karena diyakini bisa membawa keberuntungan di sekolah.
- Lampion Hijau: Melambangkan harapan untuk kesehatan, kemakmuran, keharmonisan, serta pertumbuhan dalam berbagai aspek kehidupan.
Meskipun kebanyakan lampion tradisional berbentuk bulat, ada juga yang berbentuk geometris bahkan lambang zodiak China. Bentuk bulat melambangkan kesatuan dan kebersamaan, juga mengingatkan pada bulan purnama sebagai waktu digelarnya festival pertengahan musim gugur. Berikut jenis-jenis lampion.
- Lampion Gantung: Sering digunakan di restoran, toko, dan ruang publik selama Festival Musim Semi, lampion merah dipercaya bisa mengusir monster Nian dan membawa keberuntungan.
- Lampion Terbang: Mirip balon udara mini, menggunakan udara panas dari api kecil untuk diterbangkan. Biasanya dilepaskan pada malam hari selama acara Festival Pertengahan Musim Gugur.
- Lampion Terapung: Dilepaskan di air saat Festival Perahu Naga. Lampion ini menciptakan efek yang menakjubkan, seolah-olah mengapung di air maupun di langit. Bentuknya bervariasi, seperti bunga teratai dan hati.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.