Seorang pekerja melintas di depan Museum Nasional Indonesia (MNI) saat tengah direvitalisasi pada Selasa (17/9/24). (sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman)

Ratusan Artefak Bersejarah dari Belanda Siap Dipajang di Pameran Repatriasi

23 September 2024   |   19:34 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Ada kabar baik untuk pencinta seni dan sejarah. Pasalnya Museum Nasional Indonesia (MNI) bakal menggelar pameran koleksi artefak bersejarah hasil program repatriasi dari Belanda. Seteleng ini juga akan beriringan dengan pembukaan MNI setelah setahun ditutup pascakebakaran pada 2023.

Terbaru, pemerintah Indonesia telah berhasil memulangkan sebanyak 288 artefak bersejarah dari Belanda lewat program repatriasi. Hasil ini merupakan tindak lanjut dari agenda repatriasi yang telah disetujui melalui Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani kedua negara pada 2017.

Baca juga: Merayakan Inklusivitas Seni Rupa Lewat Pameran Warna-warna 

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI dalam siaran tertulis mengungkapkan bahwa kesepakatan repatriasi tersebut melibatkan kerja sama intensif antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda, serta meliputi studi provenance yang mendalam untuk memastikan keaslian dan asal-usul setiap benda.

Di ranah diplomasi, langkah ini diawali dengan penandatanganan kesepakatan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Eppo Egbert Willem Bruins, di Wereldmuseum, Amsterdam. Upacara dihadiri oleh berbagai pejabat penting dari kedua negara, termasuk Duta Besar RI untuk Belanda, Mayerfas. 

"[Proses repatriasi] ini bukan sekadar tentang mengembalikan benda-benda, tetapi juga memahami dan menyebarkan pengetahuan tentang kekayaan sejarah dan budaya yang telah lama terpisah dari Tanah Air,” kata Hilmar.
 

Dari Kiri: Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, Hilmar Farid, dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Eppo Egbert Willem Bruins saat menandatangani kesepakatan repatriasi (sumber gambar: Kemendikbudristek)

Dari Kiri: Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, Hilmar Farid, dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Eppo Egbert Willem Bruins saat menandatangani kesepakatan repatriasi (sumber gambar: Kemendikbudristek)


Artefak yang direpatriasi meliputi berbagai benda dari koleksi Puputan Badung yang diambil selama intervensi Belanda di Bali pada 1906, dan arca-arca bersejarah dari Candi Singhasari di Jawa Timur. Koleksi mencakup satu Arca Ganesha, Arca Brahma, serta Arca Bhairawa, dan Arca Nandi.

Hilmar menjelaskan, seluruh koleksi yang berhasil direpatriasi nantinya akan dikelola oleh Indonesian Heritage Agency (IHA). IHA merupakan badan layanan umum  (BLU) di bawah naungan Keemendikbudristek yang bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia.

Adapun, dalam rangka menjaga dan memaksimalkan pemanfaatan koleksi repatriasi tersebut, Direktorat Jenderal Kebudayaan juga telah menyusun serangkaian program khusus. Komitmen ini mencakup konservasi dan penelitian terus menerus yang akan dilakukan oleh para ahli.

Baca juga: Pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim di Galeri Nasional Tampilkan Warisan Budaya Takbenda China

Disiapkannya program pendidikan dan kegiatan interaktif ini adalah untuk untuk mengedukasi masyarakat tentang nilai historis dan kebudayaan dari artefak-artefak yang direpatriasi. Sedangkan, penelitian asal-usul bertujuan untuk mendapatkan wawasan lebih mendalam tentang sejarah dan peran benda-benda tersebut dalam konteks peradaban Nusantara. 

“Melalui studi ini, kita tidak hanya mendapatkan kembali artefak-artefak tersebut, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang masa lalu kita, memungkinkan generasi saat ini dan yang akan datang untuk menghargai lebih dalam warisan budaya yang kita miliki,” imbuhnya.


Reopening Museum Nasional Indonesia

Pulangnya ratusan benda bersejarah hasil repatriasi juga senyampang dengan pembukaan MNI pasca-revitalisasi akibat insiden kebakaran. Oleh karena itu, sejumlah artefak tersebut juga akan dipamerkan dalam pembukaan salah satu museum tertua di Tanah Air itu, yang dijadwalkan pada 15 Oktober 2024.

Penanggung Jawab Unit Museum Nasional Indonesia, Ni Luh Putu Chandra Dewi mengatakan, pameran repatriasi akan menampilkan lebih dari 300 koleksi terpilih, hasil repatriasi artefak bersejarah yang telah kembali ke Indonesia dari berbagai negara di dunia, termasuk dari negeri Belanda.

Chandra menjelaskan, pameran ini tidak hanya menjadi kesempatan untuk melihat langsung artefak-artefak bersejarah tersebut. Namun, juga menjadi ajang pembelajaran dan apresiasi terhadap perjuangan dan kerja keras Indonesia dalam memulihkan warisan budayanya seturut dengan zaman, dan dengan cara yang menyenangkan.
 
 


Sebagai salah satu museum dengan koleksi terbanyak di Tanah Air, MNI juga akan memperkenalkan program-program baru yang memanfaatkan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung di era modern. Total, akan terdapat 4 program utama yang dirancang khusus untuk mengajak pengunjung terlibat lebih dekat dengan sejarah dan budaya Indonesia.

Baca juga: Pencarian Tak Berkesudahan Jumaldi Alfi dalam Pameran Never Ending Stories

Pertama, penyajian wajah baru tata pamer koleksi Museum Nasional Indonesia, yang dapat dinikmati oleh publik seperti di Taman Arca, Rotunda, hingga Ruang Kertarajasa. Kedua, pembaruan teknologi dan penyajian narasi pada ruang ImersifA. Kemudian, dua lainnya adalah pameran temporer Perjalanan Upaya Pemulihan Pasca Kebakaran, dan Pameran Repatriasi.

"Kalau memang nanti di akhir September, benda-benda repatriasi itu sudah bisa dipulangkan dari Belanda ke Indonesia. Itu juga akan menjadi bagian dari pameran kategori repatriasi tahun ini," katanya. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Hoaks Kesehatan Jadi Isu Disinformasi Paling Tinggi, Ini Kata Kemenkes

BERIKUTNYA

Eksplorasi Rasa Fusion di Publish, Dari Rendang Hingga Mango Sago

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: