Seteleng ini dihaeap dapat menguatkan jejaring kerjasama antar inisiatif dan kolektif, maupun individu untuk mendorong kesenian disabilitas. (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Merayakan Inklusivitas Seni Rupa Lewat Pameran Warna-warna 

18 September 2024   |   16:52 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Menikmati karya seni disabilitas merupakan salah satu anugerah bagi sebagian orang. Pasalnya, di tengah gejolak seni rupa kiwari, mungkin bisa dihitung dengan jari, gelaran ekshibisi yang menampilkan karya seni tersebut untuk diapresiasi publik.

Terbaru, momen tersebut dihadirkan oleh Dia.Lo.Gue lewat pameran Warna-warna Vol II: Pusparagam Seni Disabilitas Warna-warna. Saat memasuki ruang pamer, pengunjung akan bersitatap dengan purwarupa bakat artistik individu dengan disabilitas dengan artistik yang unik.

Baca juga: Cek 6 Segmen Pameran Seni di Art Jakarta 2024, Ada Ruang Interaktif untuk Anak-anak

Berlangsung hingga 13 Oktober 2024, pameran ini memajang lebih dari 20 karya seniman disabilitas dan kolaborasi, yang dipertontonkan kepada publik. Namun yang membuat takjub, adalah bagaimana mereka mengeksplorasi ragam material untuk diejawantahkan dalam berbagai media seni. 

Misalnya dalam lukisan berjudul Funny Strange Windows (media campuran pada kanvas, 80x100 cm, 2024). Karya Angkasa Nasrullah dan Dewi Aditia ini menampilkan belasan objek yang berdiri di balik jendela apartemen, serta memandang ke arah jalan raya dengan berbagai pose, seperti bersedekap, berangkulan,atau menguap.

Walakin, keunikan dari lukisan ini selain menampilkan orang-orang asing, juga mengimak jalusi yang khas. Bagian dari jendela itu ada yang berbentuk sekat, jaring-jaring, motif geometris, atau penuh tulisan vandal, sehingga memberi impresi yang jenaka, dengan latar kuning dan kebiruan. 
 

Penggunaan warna yang kontras juga terefleksi dalam karya Bersamamu Perih Rasa Ini (media campuran pada kanvas, 80x100 cm, 2024). Mengambil langgam ekspresionisme abstrak, karya kedua pelukis yang tinggal di Jakarta dan Bandung itu juga mengetengahkan coretan-coretan laiknya street art.

Kalimat-kalimat yang digoreskan juga mempertegas judul lukisan, dengan ditambahi berbagai objek benda dan binatang di keseharian sang pelukis. Beberapa di antaranya seperti buah ceri, kucing, hingga mug penyimpan selai, yang disusun sedemikian rupa, serta menciptakan komposisi yang khas. 

Dwi Andini Maruf dan Ella Wijt lain lagi. Seniman yang juga berasal dari Bandung dan Jakarta itu memboyong dua karya berjudul Hari yang Cerah I & II (cat akrilik, benang katun, dermatograph pada kanvas, 100x80 cm, 2024). Kedua karya ini menampilkan kelimun anak yang bermain di sebuah taman, dengan nuansa yang hangat.

Ada pula karya Logo Prism yang didesain oleh Triarani dan Nano Warsono dari Jogja Disability Arts untuk proyek Prism. Proyek yang terinspirasi dari bentuk dan filosofi Gunungan Wayangan ini juga terpilih dalam program Hibah Connection Through Culture, British Council, untuk kolaborasi artistik dan pertukaran budaya.

Nano menuturkan, dalam cerita pewayangan, gunungan merupakan penanda dunia tempat semua ciptaan yang Esa disambut dan hidup bersama. Filosofi tersebut kemudian dipinjam untuk merepresentasikan rumah yang aman dan inklusif bagi semua kalangan lewat lima garis warna yang mewakili jenis-jenis disabilitas.
 

Sejumlah karya dalam pameran Warna-warna Vol II: Pusparagam Seni Disabilitas Warna-warna.

Sejumlah karya dalam pameran Warna-warna Vol II: Pusparagam Seni Disabilitas Warna-warna. (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Warna hitam misalnya, untuk menyimbolkan hambatan dan tantangan yang harus dihadapi oleh penyandang disabilitas. Warna merah muda untuk menyimbolkan laku hidup berbasis welas asih, atau mewujudkan dunia yang lebih inklusif dan memanusiakan untuk semua kalangan, termasuk kaum difabel. 

"Ini merupakan sebagian dari data visual yang menceritakan kisah pengalaman hidup mereka, dari sudut pandang personal sebagai seorang seniman disabilitas. Aktivitas ini juga sekaligus menjadi intervensi untuk memaknai ulang pengalaman dengan peserta lain," katanya.

Faisal Rusdi dan RE Hartanto tak mau kalah. Kedua seniman ini juga berkolaborasi lewat karya berjudul Potret Aal Sebagai Joker (cat akrilik pada kanvas, 100x100 cm, 2024) yang menampilkan villain dalam karakter DC Comics itu sebagai difabel yang duduk di kursi roda, berdampingan dengan sosok Aal, alias sang pelukis dalam bingkai yang lain, di sebelahnya.

Tabe Space, kolektif seniman neurodivergen juga memacak karya yang tak kalah gemilang melalui lukisan berjudul Open in a New Tab (cetakan digital pada kertas, 204x163 cm, 2023). Terdiri dari puluhan karya, lukisan ini menampilkan berbagai objek seperti hewan, robot, gim konsol, hingga kuda laut yang terbagi dalam 3 penel lukis ukuran kecil. 
 

ahah

karya dalam pameran Warna-warna Vol II: Pusparagam Seni Disabilitas Warna-warna. (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar) 

Kurator Agung Hujatnika Jenong mengatakan ihwal ekshibisi ini adalah untuk mengurai hambatan yang dialami sejumlah seniman penyandang disabilitas. Lewat seteleng ini dia juga berharap dapat menguatkan jejaring kerjasama antar inisiatif dan kolektif, maupun individu untuk mendorong kesenian disabilitas.

"Selain menantang stereotip dan stigma tentang kaum difabel, kekhasan seni ini terletak pada perjuangannya untuk mewujudkan inklusi serta aksesibilitas dalam dunia seni,"katanya.

Engel Tanzil, perwakilan dari Dia.Lo.Gue mengatakan pameran Warna-warna berusaha menjawab tantangan tersebut dengan mempromosikan inklusivitas di industri kreatif. Pasalnya, menurut BPS antara tahun 2021 dan 2022, jumlah pekerja dengan disabilitas di Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 160,8 persen.

"Namun, kesenjangan sosial-ekonomi dan pendidikan membuat banyak individu dengan disabilitas belum mampu bersaing di dunia kerja.  Oleh karena itu pameran ini juga mengangkat isu penting seperti penghapusan diskriminasi, serta dukungan terhadap mereka," katanya.

Baca juga: Pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim di Galeri Nasional Tampilkan Warisan Budaya Takbenda China

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Cara Dapat Tiket Gratis Nonton HoK Championship Finals Stage Indonesia 2024

BERIKUTNYA

Gaya Interior Eklektik dalam Instalasi Atelier Blanco karya Desainer Ary Juwono

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: