Perkembangan Teknologi & Penguatan Ekosistem Jadi Tantangan Baru Industri Film Nasional
07 March 2023 |
11:00 WIB
Arus perkembangan teknologi terus beririsan dengan kegiatan kreatif, tak terkecuali industri film. Implementasi teknologi inilah yang menjadi salah satu sorotan utama kegiatan dalam menyambut Hari Film Nasional yang digelar Badan Perfilman Indonesia (BPI) 6-11 Maret 2023.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, pemanfaatan teknologi menjadi tantangan baru bagi Industri perfilman Indonesia. Pasalnya, perkembangan teknologi tidak hanya mengubah cara industri dalam memproduksi film, tapi juga mengubah budaya masyarakat dalam memilah dan menikmati film.
Karena itu, tantangan bagi industri film saat ini adalah beradaptasi dengan era baru teknologi untuk penonton baru. Hal ini merupakan satu yang krusial yang diharap didiskusikan dalam konferensi Hari Film Nasional (HFN) 2023.
Baca juga: Rayakan Bulan Film Nasional, BPI Gelar Pameran & Workshop Film
"Perubahan teknologi telah mengubah lanskap kebudayaan kita, bukan hanya perfilman, tapi kebudayaan kita secara mendasar. Oleh karena itu semua komponen dari ekosistem perfilman ini ketemu, membicarakan segala aspek yang nantinya dari industri hulu ke hilir didapatkan landasan pijakan yang lebih bagus," kata Hilmar.
Tak hanya itu, hari ini masyarakat pencinta film adalah kalangan milenial dan generasi Z, yang menurutnya memiliki cara berbeda dalam menikmati film dibandingkan pendahulunya. Inilah yang juga perlu dibaca oleh industri agar dapat memproduksi film yang sesuai kebutuhan penonton yang bukan hanya dihelat di bioskop saja.
"Bioskop saat ini bukan menjadi satu-satunya outlet untuk menghadirkan film, ada platform digital meski belum maksimal. Selain itu, demografi penonton juga sudah berubah, oleh karena itu, industri film harus bisa menjawab tantangan ini ke depannya," imbuh Farid.
Selain itu, Hilmar juga menyorot mengenai komunitas film dalam ekosistem perfilman di Tanah Air. Sebab, peran mereka dalam menyebarkan film nasional cukup dominan di berbagai daerah yang belum terjamah oleh platform bioskop dan digital. Oleh karena itu industri juga perlu memberi perhatian lebih pada mereka.
"Sebaran dari bioskop kita kan sangat terbatas ya hanya di perkotaan saja, di beberapa kota kabupaten itu tidak ada. Sementara, audiensnya ada di seluruh Indonesia dan ke desa-desa. Nah, yang selama ini rajin menemani mereka ini komunitas film itu dengan bikin pemutaran dan apresiasi film," kata Hilmar.
Sebagai informasi, Badan Perfilman Indonesia (BPI) menggelar rangkaian kegiatan pada Hari Film Nasional pada 2023. Kegiatan tersebut berlangsung dari 6-11 Maret 2023 di Gedung Film, Pancoran, Jakarta Selatan. Adapun, tema yang diusung adalah Profiling Industri Film Indonesia Bercermin pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan.
Vivian Idris, ketua pelaksana Hari Film Nasional 2023 mengatakan acara tersebut merupakan manifestasi BPI sebagai integrator dalam ekosistem film Indonesia. Dia berharap, melalui kegiatan ini dapat mengurai permasalahan yang terjadi di industri film nasional.
"Agenda ini juga menghadirkan 50 pembicara dari semua aspek pemangku kepentingan. Termasuk pemerintah, pelaku usaha, pelaku pendidikan profesi film, hingga komunitas film di Tanah Air," kata Vivian.
Editor: Nirmala Aninda
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, pemanfaatan teknologi menjadi tantangan baru bagi Industri perfilman Indonesia. Pasalnya, perkembangan teknologi tidak hanya mengubah cara industri dalam memproduksi film, tapi juga mengubah budaya masyarakat dalam memilah dan menikmati film.
Karena itu, tantangan bagi industri film saat ini adalah beradaptasi dengan era baru teknologi untuk penonton baru. Hal ini merupakan satu yang krusial yang diharap didiskusikan dalam konferensi Hari Film Nasional (HFN) 2023.
Baca juga: Rayakan Bulan Film Nasional, BPI Gelar Pameran & Workshop Film
"Perubahan teknologi telah mengubah lanskap kebudayaan kita, bukan hanya perfilman, tapi kebudayaan kita secara mendasar. Oleh karena itu semua komponen dari ekosistem perfilman ini ketemu, membicarakan segala aspek yang nantinya dari industri hulu ke hilir didapatkan landasan pijakan yang lebih bagus," kata Hilmar.
Tak hanya itu, hari ini masyarakat pencinta film adalah kalangan milenial dan generasi Z, yang menurutnya memiliki cara berbeda dalam menikmati film dibandingkan pendahulunya. Inilah yang juga perlu dibaca oleh industri agar dapat memproduksi film yang sesuai kebutuhan penonton yang bukan hanya dihelat di bioskop saja.
"Bioskop saat ini bukan menjadi satu-satunya outlet untuk menghadirkan film, ada platform digital meski belum maksimal. Selain itu, demografi penonton juga sudah berubah, oleh karena itu, industri film harus bisa menjawab tantangan ini ke depannya," imbuh Farid.
Selain itu, Hilmar juga menyorot mengenai komunitas film dalam ekosistem perfilman di Tanah Air. Sebab, peran mereka dalam menyebarkan film nasional cukup dominan di berbagai daerah yang belum terjamah oleh platform bioskop dan digital. Oleh karena itu industri juga perlu memberi perhatian lebih pada mereka.
"Sebaran dari bioskop kita kan sangat terbatas ya hanya di perkotaan saja, di beberapa kota kabupaten itu tidak ada. Sementara, audiensnya ada di seluruh Indonesia dan ke desa-desa. Nah, yang selama ini rajin menemani mereka ini komunitas film itu dengan bikin pemutaran dan apresiasi film," kata Hilmar.
Sebagai informasi, Badan Perfilman Indonesia (BPI) menggelar rangkaian kegiatan pada Hari Film Nasional pada 2023. Kegiatan tersebut berlangsung dari 6-11 Maret 2023 di Gedung Film, Pancoran, Jakarta Selatan. Adapun, tema yang diusung adalah Profiling Industri Film Indonesia Bercermin pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan.
Vivian Idris, ketua pelaksana Hari Film Nasional 2023 mengatakan acara tersebut merupakan manifestasi BPI sebagai integrator dalam ekosistem film Indonesia. Dia berharap, melalui kegiatan ini dapat mengurai permasalahan yang terjadi di industri film nasional.
"Agenda ini juga menghadirkan 50 pembicara dari semua aspek pemangku kepentingan. Termasuk pemerintah, pelaku usaha, pelaku pendidikan profesi film, hingga komunitas film di Tanah Air," kata Vivian.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.