Pameran Ad Maiora berlangsung pada 13 Juli- 1 Agustus 2024, di D Gallerie, Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Menikmati Ekspresi Kegelisahan Tiga Seniman Muda dalam Pameran Ad Maiora

17 July 2024   |   19:33 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Penikmat seni di Jakarta ada kabar gembira nih buat kalian. Pasalnya, tiga seniman muda jebolan Atreyu Moniaga Project (AMP) akhirnya memamerkan karya mereka setelah menjalani program inkubasi selama satu tahun. Pameran itu bertajuk Ad Maiora, yang digelar 13 Juli-1 Agustus 2024, di D Gallerie, Jakarta.

Ketiga perempuan seniman itu adalah Clasutta, Zita Nuella, dan Tusita Mangalani. Mereka merupakan generasi ke-12 dari AMP, sebuah program kelas yang diampu oleh seniman Atreyu Moniaga sejak 2013, untuk mencetak seniman-seniman baru di Tanah Air.  

Baca juga: Jalan Bareng Genhype Kunjungi Pameran Patricia Piccinini di Museum MACAN

Dirancang sebagai tiga ragam rangkaian seri lukisan, Ad Maiora mengajak publik untuk menyelami benak dari para seniman. Momen tersebut selanjutnya direfleksikan lewat berbagai ekspresi dalam karya lukis, baik surealis, abstrak, dan campuran antara kriya dan lukis. 

Seniman Clasutta misalnya, banyak menuangkan keresahannya akan rutinitas kerja ke dalam seri karya bertajuk Clockwork Chaos. Seniman berusia 29 tahun itu memboyong sekitar sepuluh lukisan yang, sebagian besar menggambarkan keresahan kaum kerah biru di kota-kota besar Indonesia. 

Salah satunya terefleksi dalam karya berjudul 07.00: Manggarai (oil on canvas, 90x120 cm, 2023). karya yang didominasi warna merah ini secara umum mengimak figur-figur yang sedang berbaris dengan mata sembab, mengantuk, sementara telinga mereka sibuk mendengarkan musik dengan headset.
 

Bberapa karya Clasutta  dalam pameran Ad Maiora (

Beberapa karya Clasutta dalam pameran Ad Maiora  (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Ada juga karya berjudul 00.00: Yes Man! (oil on canvas, 120x220 cm, 2023) yang menggambarkan sosok penderita insomnia di tengah malam. Uniknya, karya ini juga melukiskan perasaan yang dialami oleh figur dalam berbagai tulisan laiknya dialog komik, yang seolah merepresentasikan momen overthinking

Tusita Mangalani lain lagi. Perempuan kelahiran 1998 itu justru menuangkan keresahannya dengan menggabungkan lukisan dengan teknik menyulam. Momen itu terejawantah dalam seri karya bertajuk Charlotte Chaos, yang menampilkan sosok perempuan berbagai pose, dengan raut sendu. 

Ini terlihat dari karya berjudul Nothing but My Heartbeat (acrylic paint, beads, and threads on canvas, 80x80 cm, 2023). Dalam karya ini sang seniman seolah membuat kolase dari manik-manik, benang, dan medium lainnya yang menyelimuti figur lukisan. Sebagian besar karya-karyanya juga menonjolkan raut wajah, jemari tangan, hingga torso perempuan.

Refleksi yang sama juga terejawantah dalam karya Clamorous Roundabouts (acrylic paint, beads, and threads on canvas, 80x80 cm, 2024). Selintas lukisan ini memperlihatkan wajah perempuan yang tenggelam di pantai dengan koral penuh warna ngepop, seperti biru, merah, dan kehitaman. 

"Untuk karya-karya dalam pameran ini saya mengangkat tema tentang overthinking, yang dianggap satu hal yang buruk. Namun saat dituangkan dalam karya ini jadi hal yang penting, terutama saya yang sedang melewati fase kegalauan menuju dewasa," katanya. 

Baca juga: Menikmati Kolaborasi Seni & Kuliner dalam Pameran Palette Palate
 

Sepilihan karya Tusita Mangalan dalam Pameran Ad Maiora

Sepilihan karya Tusita Mangalan dalam Pameran Ad Maiora (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Ada lagi karya-karya Zita Nuella, yang mengedepankan estetika abstrak. Salah satunya lukisan berjudul A Soft Smile (charcoal and acrylic on canvas, 90x50 cm, 2024) yang dilukis menggunakan tubuhnya sendiri di atas kanvas. Ya, alih-alih menggunakan kuas sebagai medium utama, perempuan yang akrab disapa Z itu lebih memilih menggunakan tubuh.

Ihwal sang seniman menggunakan cara tersebut sebagai metode melukis agar tubuhnya dapat langsung mengejawantahkan ekspresi secara langsung. "Aku memang menuang charcoal-nya ke tubuhku, dari rambut hingga tangan, untuk kemudian langsung aku menggoreskannya ke atas kanvas," katanya.

Nin Djani, kurator yang menuliskan pengantar pameran mengatakan, ekshibisi ini memang menjadi pengujung perjalanan para seniman setelah menjalani inkubasi di AMP. Proyek ini juga menjadi penanda satu dekade kegiatan kreatif tersebut dalam mendukung seniman muda untuk memasuki dunia seni dan kreatif di Jakarta. 

Ad maiora natus adalah Bahasa Latin yang dalam Bahasa Indonesia berarti "Aku dilahirkan untuk hal-hal yang lebih besar" atau "Aku ditakdirkan untuk hal-hal yang lebih besar." Ungkapan ini menurutnya sering digunakan untuk menyatakan rasa tujuan atau ambisi untuk mencapai tujuan-tujuan yang signifikan dari seseorang. 

"Proyek ini mengeksplorasi beragam sudut pandang masing-masing seniman dalam upaya mereka menerobos medan seni rupa serta cita-cita yang diampu bersama untuk menciptakan karya yang berdampak," tulisnya.

Baca juga: Pameran Patung dan Aktivisme Siap Dihelat di Galeri Nasional Indonesia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Mobil Anyar Hyundai All-new Kona Electric Mejeng di GIIAS 2024

BERIKUTNYA

Galaxy Watch7 Perbarui Fitur Wellness, Cek Fitur Unggulannya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: