Pernikahan sebaiknya dilakukan saat siap secara mental dan fisik (Sumber gambar ilustrasi: pexels/ Emma Bauso)

Psikolog Ingatkan Nikah Muda Enggak Seindah yang Dibayangkan

31 August 2023   |   04:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Pernikahan muda mugkin terlihat menyenangkan lantaran seseorang akan menjadi raja dan ratu dalam sehari. Dengan berbagi konsep, pesta itu akan terlihat begitu indah. Cerita tentang rasa cinta yang bersatu antara dua orang. Namun, tahukah Genhype bahwa menikah muda ternyata tidak seindah yang dibayangkan?

Alih-alih memiliki kelebihan, menikah pada usia muda ternyata memiliki dampak buruk yang tidak baik bagi psikologis mereka. Ketidaksiapan secara mental dapat membuat individu mengalmai sejumlah gangguan mental dan pernikahan berujung pada perpisahan.

Baca juga: Pernikahan Dini Memunculkan Fenomena Missing Women, Simak Penjelasannya

Psikolog Tika Bisono mengatakan bahwa ketidakbahagiaan yang akan dialami oleh pasangan yang memutuskan usia muda akan lebih besar jika dibandingkan dengan kebahagiaan yang diperoleh saat menikah muda. “Kelebihannya mencuri start sebagai suami dan istri, sebagai orang tua. Namun, presentasinya sangat sedikit karena kebahagiaan yang dirasakan seperti menikah, pesta, dan sebagainya itu ternyata usianya sangat pendek,” katanya kepada Hypeabis.id, Rabu (30/8/2023).

Dia menuturkan bahwa kebutuhan individu yang masih ada dalam diri mudanya akan mengejar untuk dipenuhi. Kondisi tersebut kerap menjadi pemicu konflik di dalam rumah tangga antara suami dan istri.

Pernikahan pada usia muda yang baik-baik saja pada kemudian hari merupakan sebuah anomali atau bukan yang berlaku umum, mengingat umumnya pernikahan tersebut akan amburadul lantaran pasangan akan mengalami banyak masalah.

Dia mengatakan pernikahan muda rentan dengan perkelahian lantaran dalam rumah tangga terdapat komitmen yang harus dipenuhi oleh pasangan yang harusnya masih bersenang-senang, belajar banyak hal, dan memperoleh banyak pengalaman.

“Ibaratnya, masa remaja adalah masa pesta karena meninggalkan masa anak-anak dan selamat datang masa dewasa. Sensasi remaja bukan dalam perwakinan,” tambahnya.

Individu dengan usia muda seharusnya mengembangkan kemampuan kognitif, mental, dan membangun kepribadian diri. Jadi, masa muda bukan membuat komitmen sebagai suami – istri dan membesarkan anak.

Mereka harus mengokohkan fondasi, menstabilkan emosi, mental, dan membangun jati diri. Dengan kata lain, ada proses panjang yang harus dilalui sebelum mencapai usia matang dalam pernikahan. Jadi, pernikahan pada usia remaja akan membuat proses alamiah yang harus dialami oleh seseorang menjadi acak-acakan.

Berbicara persiapan bagi pasangan yang akan menikah pada usia muda, dia menuturkan tidak ada persiapan, karena seharusnya seseorang tidak melakukan pernikahan pada usia muda lantaran fase perkembangan manusia tidak bisa dibuat-buat. Perkembangan yang dilalui oleh individu harus dilalui selangkah demi selangkah.

Seseorang yang memilih menikah pada usia muda dapat mengalami stres yang pada akhirnya dapat melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kemudian, mereka juga bisa mengalami frustasi yang dapat meninggalkan sang buah hati.

Tidak hanya itu, pasangan muda itu juga bisa saling menyalahkan antara satu dengan yang lain karena merasa kehidupannya dirusak. “Ujungnya yang paling parah adalah perceraian,” paparnya.

Dia mengingatkan, seseorang dikatakan berada pada usia muda ketika berusia 18 – 22 tahun. Sementara itu, individu dapat dikategorikan sudah matang untuk melakukan pernikahan pada usia lebih dari 25 tahun.

Baca juga: Buat Calon Pasangan, Hal-Hal Ini Sebaiknya Dibahas Sebelum Menikah

Editor: Dika Irawan 

SEBELUMNYA

Buttonscarves Beauty Dukung Desainer Indonesia di London Fashion Week, Hadirkan Tema Look Opulence in Gold

BERIKUTNYA

Cara ke Gambir Expo Kemayoran Naik Transjakarta, KRL, hingga MRT

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: