Ilustrasi (Photo by arif ubayy on Unsplash)

Kenapa Sih Kita Harus Mencatat Resep Masakan dari Nenek?

15 November 2021   |   17:24 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Meneruskan pelestarian warisan budaya dari orang tua dan leluhur adalah tugas kita para generasi penerus. Resep kuliner menjadi salah satu warisan budaya yang perlu dipastikan keberlanjutannya. Apalagi kebanyakan resep keluarga biasanya diturunkan secara lisan saja.

Untuk itu, Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia bersama dengan Pusat Studi Ketahanan Iklim dan Kota Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya memulai proyek Pusaka Rasa Nusantara yang bertujuan untuk preservasi budaya gastronomi Indonesia.

Program yang didanai oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat melalui program Ambassador Fund for Cultural Preservation (AFCP) ini akan menggali warisan budaya kuliner Tanah Air melalui perspektif manusia, budaya dan lingkungan lewat ekspedisi dan dokumentasi kreatif.

Pendiri Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia Amanda Katili Niode menuturkan Pusaka Rasa Nusantara memandang makanan sebagai salah satu manifestasi dan identitas budaya yang harus dilestarikan.

"Bahan makanan, cara memasak, dan bahkan bagaimana makanan itu disajikan dan dikonsumsi memiliki hubungan yang erat antara lingkungan, manusia, dan budaya," ujarnya dalam sesi webinar, Why Saving Our Grandma's Recipes in an Act of Cultural Preservation? Senin (15/11).

Semua komponen tersebut bekerja dengan cara tertentu membentuk sebuah peradaban yang memiliki nilai yang harus dijaga sebagai warisan kepada generasi penerus.

Resep yang diajarkan oleh orang tua kita hampir seluruhnya disampaikan secara lisan, padahal jika pendataan berjalan dengan baik, kita akan memiliki arsip budaya kuliner Nusantara yang mungkin jauh lebih kaya dari sekarang.

Bagi chef asal Indonesia dan pemilik restoran Le Sanctuaire di Santa Monica, AS, Jing Tio, menjaga resep turun temurun dari orang tua secara personal adalah hal penting yang dia lakukan untuk memberikan nilai kekeluargaan dan otentik kepada anak-anaknya.

"Saya ingat bagaimana nenek saya mengajarkan mama membuat rawon. Dia spesifik sekali harus pakai daging yang banyak lemak dan daging harus dimarinasi semalaman. Semua ini diajarkan lisan dan tidak ada catatannya. Ini yang menjadikan pentingnya mencatat resep untuk menjaga resep keluarga," tuturnya.
 

Webinar Why Saving Our Grandma's Recipes in an Act of Cultural Preservation?. (Dok. tangkapan layar Zoom)

Webinar" Why Saving Our Grandma's Recipes in an Act of Cultural Preservation?" (Dok. Tangkapan Layar Zoom)

Sementara itu, Chef Chris Salans, pendiri Mozaic Restaurant Ubud, menyampaikan bahwa pencatatan resep yang menjadi budaya kuliner sebuah bangsa sudah dilakukan oleh peradaban di Eropa maupun Amerika Serikat sejak ratusan tahun lalu.

Apalagi mengingat benua Eropa yang terbagi ke dalam ratusan kerajaan berbeda, catatan masakan yang dibuat oleh koki kerajaan menjadi identitas mereka.

Indonesia juga sebenarnya tak kalah canggih dengan peradaban di Barat mengenai pencatatan resep yang diajarkan secara turun temurun.

Chef Ragil Imam Wibowo mengungkapkan bawha buku masak tertua yang memuat resep masakan dibuat tahun 1902 oleh Nonna Cornelia dan memuat beberapa masakan Indonesia seperti masakan Padang.

Jika kita mundur beberapa abad, Prasasti Talang Tuo yang diketahui dibuat sekitar 648 Masehi menunjukkan makanan asli masyarakat pada saat itu adalah sagu.

Sementara itu, makanan khas kota Makassar, Sulawesi Selatan, disebut tertulis dalam La Galigo, karya sastra yang menceritakan asal usul peradaban Bugis.

"Pentingnya menjaga resep yang diturunkan dari leluhur ini juga agar generasi selanjutnya dapat merasakan cita rasa khas Indonesia yang otentik. Pada saat yang sama kita turut menjamin mata pencaharian petani yang menghasilkan bahan baku untuk memasaka resep-resep tersebut. Ada efek yang saling berhubungan di sini," ujar Chef Ragil.

Makanan akan terus menjadi hal yang paling dekat dengan manusia, selama hidupnya.

Perkembangan peradaban manusia berpengaruh terhadap makanan yang dikonsumsi, begitupun sebaliknya. Makanan tidak hanya dinilai sebagai kebutuhan pokok, melainkan gaya hidup, kelas sosial, bahkan berdampak terhadap keberlansungan lingkungan hidup.

Kegiatan ini menjadi yang pertama dari proyek Pusaka Rasa Nusantara yang akan dijalankan selama dua tahun ke depan.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Hasil Studi: Orang Belum Divaksin Covid-19 Cenderung Tidak Taat Prokes

BERIKUTNYA

Realme Siapkan 'Senjata' Untuk Menjadi Flagship Killer

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: