Hypeprofil Erisca Febriani: Menulis Untuk Berbagi Kebahagiaan
22 May 2024 |
16:23 WIB
Erisca Febriani memulai debutnya sebagai penulis dalam sebuah novel berjudul Dear Nathan pada 2016 silam. Novel berseri yang juga diangkat ke layar lebar itu, kemudian membawa Erisca pada petualangan baru yang sama sekali tak pernah diduganya.
Pasalnya, kisah Nathan dan Salma pada novel tersebut, sukses jadi pasangan idola remaja yang tumbuh pada dekade tersebut. Dia berhasil menciptakan karakter sepasang kekasih yang kuat, mirip apa yang terjadi pada Rangga dan Cinta dalam Ada Apa dengan Cinta yang juga begitu digemari pada dekade 2000-an awal.
Baca juga: Hypeprofil Ario Bayu: Dedikasi & Komitmen untuk Perfilman Indonesia
Kisah Nathan dan Salma tak hanya populer, tetapi juga membantunya menemukan jalan menjadi seorang penulis. Padahal, semua ini berasal dari sekadar iseng, mencoba-coba memberanikan diri membagikan cerita rekaannya ke platform digital.
Kepada Hypeabis.id, Erisca mengatakan angan-angannya untuk menjadi penulis sebenarnya sudah tumbuh ketika masa kanak-kanak. Namun, sebenarnya, dirinya tak benar-benar menyeriusinya kala itu.
Erisca kecil pun tumbuh bukan dari keluarga yang datang dari dunia kepenulisan. Dalam beberapa kesempatan, hobinya menulis juga tak terlalu dilirik. Selayaknya hobi, dia hanya akan berakhir jadi bentuk senang-senang, bukan sesuatu yang dianggap serius atau menghasilkan.
Namun, Erisca tak menyerah. Dia melihat ada pandangan hidup lain yang cukup seru, utamanya dari apa yang dilakukan kakeknya. Kala itu, Erisca kecil memandang kakeknya sebagai sosok seniman dengan wajah yang semringah.
Dia membayangkan hidup menjadi menyenangkan kalau setiap orang menjalani apa yang benar-benar disukainya. Semangat ini kemudian tumbuh hingga membawanya ke masa sekarang, yang akhirnya dikenal sebagai penulis muda berbakat.
“Waktu itu cuma mikir sih, kayaknya seru yah kalau kita punya hobi yang kita geluti dari kecil sampai akhirnya tua nanti,” ujar Erisca kepada Hypeabis.id.
Jatuh cinta pertama Erisca pada dunia kepenulisan berawal dari dongeng. Waktu kecil, dirinya kerap kali menonton film maupun sinetron yang ceritanya bersumber dari dongeng. Salah satu yang disukainya adalah kisah Bawang Merah dan Bawang Putih.
Ketertarikannya dengan dongeng ini kemudian mendorongnya untuk menciptakan dongengnya sendiri. Erisca pun mulai berimajinasi dan membangun dunia ceritanya sendiri. Terkadang hal itu ditulisnya di buku diarinya.
Ketika memasuki masa SMP, Erisca makin menemukan rasa cintanya dengan buku. Terlebih, dirinya juga berada di lingkungan pertemanan yang juga suka membaca buku.
“Ternyata, baca buku itu menyenangkan banget yah. Kita jadi bisa merasakan musim panas di Amerika tanpa perlu datang ke sana. Padahal, kita Cuma duduk dan baca buku doang. Dari sini, rasa penasaran aku juga muncul,” imbuhnya.
Berkat rasa penasaran itu, bacaan Erisca jadi lebih beragam. Dari buku-buku yang tadinya hanya fiksi, kini mulai merambah ke non-fiksi dan menyentuh ke berbagai tema. Dari bacaan itu, lagi-lagi Erisca terinspirasi untuk menulis hal serupa,
Kali ini, bukan hanya di buku diarinya saja. Erisca mulai memberanikan diri membagikan ceritanya ke teman maupun keluarga. Waktu itu, dia banyak mengirim cerita-cerita pendek melalui SMS ke beberapa temannya.
Rupanya, tanggapan dari teman-temannya positif. Banyak yang menyukai cerita buatannya. "Rasanya senang banget yah. Ternyata, menulis itu juga bisa membawa kebahagiaan tidak hanya bagi penulisnya, tetapi orang yang membacanya," imbuhnya.
Baca juga: Hypeprofil Aghi Narottama: Scoring Film Dimulai dari Berkhayal
Kebiasaan membagikan cerita rekaannya ke publik ini terus dipertahankan ketika dewasa. Kalau dahulu adalah lewat SMS, kala itu dirinya mulai beralih ke Facebook. Ada strategi unik yang dilakukan Erisca pada masa media sosial ini.
Dia sadar, namanya belumlah terlalu dikenal. Padahal, dirinya ingin tulisan-tulisannya dibaca oleh lebih banyak orang. Akhirnya, dia pun mencoba membuat cerita fiktif yang karakternya berasal dari tokoh terkenal.
Cara ini rupanya berhasil. Misalnya, saat dirinya membuat cerita soal penyanyi Justin Bieber, banyak Beliebers yang mampir ke akunnya dan membaca. Begitu pula saat dirinya membuat cerita dari tokoh yang lain.
Ketika pembacanya sudah mulai banyak, Erisca pun mendapat saran untuk membagikan tulisan-tulisan barunya, tidak hanya di Facebook, tetapi di platform baca yang lain.
Kini, Erisca dikenal sebagai penulis muda yang mengawali kariernya dengan menulis di platform Wattpad. Ketika itu, banyak cerita-ceritanya yang kemudian viral.
Judul Dear Nathan yang perdana terbit di Wattpad telah dibaca lebih dari 14 juta kali. Karya ini kemudian rilis dalam bentuk fisik pada 2016. Sebulan setelah novelnya terbit, Dear Nathan langsung laku 30.000 eksemplar lebih.
Novel berikutnya, Halo Salma juga mendapat sambutan yang tak kalah baik, yakni mencapai 25.000 eksemplar. Lalu, disusul Thank You Salma yang menjadi penutup trilogi cerita ini dengan penjualan lebih dari 10.000 eksemplar.
Nama Erisca Febriani pun melejit, Dia menjadi salah satu penulis muda yang bersinar dan karyanya sukses diadaptasi ke layar lebar. Erisca yang memercayai setiap tulisan akan memiliki pembacanya sendiri, akhirnya pelan-pelan mewujudkan impiannya, yakni hidup dari hobinya.
Menurutnya, salah satu hal yang penting dalam menulis ialah gagasan. Gagasan tersebut kemudian perlu didukung oleh riset yang kuat. Sumbernya bisa bisa dari bacaan, obrolan, melihat keadaan sekitar, maupun hal lain.
Sebelum menulis, dirinya biasanya mesti melakukan proses riset yang mendalam. Hal ini dilakukan agar isu yang diangkatnya di cerita tersebut memiliki validitas dan dekat dengan kondisi yang sebenarnya.
Dari banyak novel yang diterbitkannya, dirinya juga selalu mengangkat isu yang berbeda. Namun, secara garis besar, novelnya bercerita tentang persahabatan dan keluarga.
Kini, hal baru lagi dikembangkan oleh Erisca. Dia bersama Hellodita sedang merancang novel grafis. Bukan lagi fiksi, kali ini dirinya ingin mencoba menulis cerita-cerita non-fiksi.
Buku berjudul Memori Era 2000-an ini bakal mengajak pembaca bernostalgia dan merasakan kembali indahnya masa kecil pada tahun-tahun tersebut.
Novel grafis ini mengangkat premis tentang petualangan menuju masa lalu, menelusuri hal-hal indah dan bikin kangen lewat beberapa kebiasaan, benda, maupun hobi yang populer pada era tersebut.
Potongan-potongan kenangan itu kemudian jadi satu kesatuan bacaan yang memantik nostalgia. Setiap kisahnya akan disertai ilustrasi sehingga makin menebalkan kenangan setiap pembaca terhadap cerita tersebut.
Baca juga: Hypeprofil Verdi Solaiman: Hidup & Tumbuh Dalam Dunia Seni Peran
Erisca mengatakan sebagai generasi yang mengalami masa anak-anak pada 2000-an. “Jadi, buku ini ingin mengabadikan momen-momen indah pada masa itu. Ya, semaca, jadi memori kolektif bersama.
Editor: Fajar Sidik
Pasalnya, kisah Nathan dan Salma pada novel tersebut, sukses jadi pasangan idola remaja yang tumbuh pada dekade tersebut. Dia berhasil menciptakan karakter sepasang kekasih yang kuat, mirip apa yang terjadi pada Rangga dan Cinta dalam Ada Apa dengan Cinta yang juga begitu digemari pada dekade 2000-an awal.
Baca juga: Hypeprofil Ario Bayu: Dedikasi & Komitmen untuk Perfilman Indonesia
Kisah Nathan dan Salma tak hanya populer, tetapi juga membantunya menemukan jalan menjadi seorang penulis. Padahal, semua ini berasal dari sekadar iseng, mencoba-coba memberanikan diri membagikan cerita rekaannya ke platform digital.
Kepada Hypeabis.id, Erisca mengatakan angan-angannya untuk menjadi penulis sebenarnya sudah tumbuh ketika masa kanak-kanak. Namun, sebenarnya, dirinya tak benar-benar menyeriusinya kala itu.
Erisca kecil pun tumbuh bukan dari keluarga yang datang dari dunia kepenulisan. Dalam beberapa kesempatan, hobinya menulis juga tak terlalu dilirik. Selayaknya hobi, dia hanya akan berakhir jadi bentuk senang-senang, bukan sesuatu yang dianggap serius atau menghasilkan.
Namun, Erisca tak menyerah. Dia melihat ada pandangan hidup lain yang cukup seru, utamanya dari apa yang dilakukan kakeknya. Kala itu, Erisca kecil memandang kakeknya sebagai sosok seniman dengan wajah yang semringah.
Dia membayangkan hidup menjadi menyenangkan kalau setiap orang menjalani apa yang benar-benar disukainya. Semangat ini kemudian tumbuh hingga membawanya ke masa sekarang, yang akhirnya dikenal sebagai penulis muda berbakat.
“Waktu itu cuma mikir sih, kayaknya seru yah kalau kita punya hobi yang kita geluti dari kecil sampai akhirnya tua nanti,” ujar Erisca kepada Hypeabis.id.
Tradisi Dongeng dan Keberanian Menulis
Jatuh cinta pertama Erisca pada dunia kepenulisan berawal dari dongeng. Waktu kecil, dirinya kerap kali menonton film maupun sinetron yang ceritanya bersumber dari dongeng. Salah satu yang disukainya adalah kisah Bawang Merah dan Bawang Putih.Ketertarikannya dengan dongeng ini kemudian mendorongnya untuk menciptakan dongengnya sendiri. Erisca pun mulai berimajinasi dan membangun dunia ceritanya sendiri. Terkadang hal itu ditulisnya di buku diarinya.
Ketika memasuki masa SMP, Erisca makin menemukan rasa cintanya dengan buku. Terlebih, dirinya juga berada di lingkungan pertemanan yang juga suka membaca buku.
“Ternyata, baca buku itu menyenangkan banget yah. Kita jadi bisa merasakan musim panas di Amerika tanpa perlu datang ke sana. Padahal, kita Cuma duduk dan baca buku doang. Dari sini, rasa penasaran aku juga muncul,” imbuhnya.
Berkat rasa penasaran itu, bacaan Erisca jadi lebih beragam. Dari buku-buku yang tadinya hanya fiksi, kini mulai merambah ke non-fiksi dan menyentuh ke berbagai tema. Dari bacaan itu, lagi-lagi Erisca terinspirasi untuk menulis hal serupa,
Kali ini, bukan hanya di buku diarinya saja. Erisca mulai memberanikan diri membagikan ceritanya ke teman maupun keluarga. Waktu itu, dia banyak mengirim cerita-cerita pendek melalui SMS ke beberapa temannya.
Rupanya, tanggapan dari teman-temannya positif. Banyak yang menyukai cerita buatannya. "Rasanya senang banget yah. Ternyata, menulis itu juga bisa membawa kebahagiaan tidak hanya bagi penulisnya, tetapi orang yang membacanya," imbuhnya.
Baca juga: Hypeprofil Aghi Narottama: Scoring Film Dimulai dari Berkhayal
Kebiasaan membagikan cerita rekaannya ke publik ini terus dipertahankan ketika dewasa. Kalau dahulu adalah lewat SMS, kala itu dirinya mulai beralih ke Facebook. Ada strategi unik yang dilakukan Erisca pada masa media sosial ini.
Dia sadar, namanya belumlah terlalu dikenal. Padahal, dirinya ingin tulisan-tulisannya dibaca oleh lebih banyak orang. Akhirnya, dia pun mencoba membuat cerita fiktif yang karakternya berasal dari tokoh terkenal.
Cara ini rupanya berhasil. Misalnya, saat dirinya membuat cerita soal penyanyi Justin Bieber, banyak Beliebers yang mampir ke akunnya dan membaca. Begitu pula saat dirinya membuat cerita dari tokoh yang lain.
Ketika pembacanya sudah mulai banyak, Erisca pun mendapat saran untuk membagikan tulisan-tulisan barunya, tidak hanya di Facebook, tetapi di platform baca yang lain.
Kini, Erisca dikenal sebagai penulis muda yang mengawali kariernya dengan menulis di platform Wattpad. Ketika itu, banyak cerita-ceritanya yang kemudian viral.
Judul Dear Nathan yang perdana terbit di Wattpad telah dibaca lebih dari 14 juta kali. Karya ini kemudian rilis dalam bentuk fisik pada 2016. Sebulan setelah novelnya terbit, Dear Nathan langsung laku 30.000 eksemplar lebih.
Novel berikutnya, Halo Salma juga mendapat sambutan yang tak kalah baik, yakni mencapai 25.000 eksemplar. Lalu, disusul Thank You Salma yang menjadi penutup trilogi cerita ini dengan penjualan lebih dari 10.000 eksemplar.
Nama Erisca Febriani pun melejit, Dia menjadi salah satu penulis muda yang bersinar dan karyanya sukses diadaptasi ke layar lebar. Erisca yang memercayai setiap tulisan akan memiliki pembacanya sendiri, akhirnya pelan-pelan mewujudkan impiannya, yakni hidup dari hobinya.
Kiat Menulis Erisca Febriani
Menurutnya, salah satu hal yang penting dalam menulis ialah gagasan. Gagasan tersebut kemudian perlu didukung oleh riset yang kuat. Sumbernya bisa bisa dari bacaan, obrolan, melihat keadaan sekitar, maupun hal lain.Sebelum menulis, dirinya biasanya mesti melakukan proses riset yang mendalam. Hal ini dilakukan agar isu yang diangkatnya di cerita tersebut memiliki validitas dan dekat dengan kondisi yang sebenarnya.
Dari banyak novel yang diterbitkannya, dirinya juga selalu mengangkat isu yang berbeda. Namun, secara garis besar, novelnya bercerita tentang persahabatan dan keluarga.
Kini, hal baru lagi dikembangkan oleh Erisca. Dia bersama Hellodita sedang merancang novel grafis. Bukan lagi fiksi, kali ini dirinya ingin mencoba menulis cerita-cerita non-fiksi.
Buku berjudul Memori Era 2000-an ini bakal mengajak pembaca bernostalgia dan merasakan kembali indahnya masa kecil pada tahun-tahun tersebut.
Novel grafis ini mengangkat premis tentang petualangan menuju masa lalu, menelusuri hal-hal indah dan bikin kangen lewat beberapa kebiasaan, benda, maupun hobi yang populer pada era tersebut.
Potongan-potongan kenangan itu kemudian jadi satu kesatuan bacaan yang memantik nostalgia. Setiap kisahnya akan disertai ilustrasi sehingga makin menebalkan kenangan setiap pembaca terhadap cerita tersebut.
Baca juga: Hypeprofil Verdi Solaiman: Hidup & Tumbuh Dalam Dunia Seni Peran
Erisca mengatakan sebagai generasi yang mengalami masa anak-anak pada 2000-an. “Jadi, buku ini ingin mengabadikan momen-momen indah pada masa itu. Ya, semaca, jadi memori kolektif bersama.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.