Hypeprofil Verdi Solaiman: Hidup & Tumbuh Dalam Dunia Seni Peran
27 April 2024 |
18:05 WIB
Dibesarkan dari keluarga yang berprofesi seni peran tak membuat Verdi Solaiman secara alamiah mencintai dunia film. Anak kedua dari mendiang aktor legendaris Henky Solaiman itu justru sempat memunggungi profesi yang mengharumkan nama ayahnya tersebut.
Namun, seiring langkahnya berusaha menjauhi dunia keaktoran, jalan hidupnya malah menuntun pada profesi yang pada mulanya sangat dihindarinya. Bak sebuah peribahasa, Verdi mengalami apa yang disebut dengan ‘buah jatuh, tidak jauh dari pohonnya’.
Baca juga: Cerita Verdi Solaiman Garap Film Ronggeng Kematian, Angkat Novel Horor ke Layar Lebar
Verdi pada akhirnya tumbuh jadi aktor yang telah malang melintang di banyak film Indonesia. Dia bahkan kini mulai bertransformasi menjadi sutradara, produser, hingga membuka kelas akting. Hidupnya tak jauh-jauh dari film, sesuatu yang juga sudah lama ada dalam tumbuh kembangnya sejak kecil.
Namun, ini bukanlah cerita tentang nepo baby. Alih-alih berpangku tangan, Verdi justru mengambil jalan pedangnya sendiri hingga waktulah yang akhirnya menempanya menjadi seorang aktor dengan reputasi yang tak kaleng-kaleng.
Verdi bercerita hal pertama yang membuatnya jatuh cinta pada seni bukanlah film, melainkan gambar. Sedari kecil, dirinya akan begitu gembira ketika diberi kertas dan pewarna. Kertas itu pun akan segera diisi dengan ragam gambar dan warna.
Tak sekadar gambar, terkadang Verdi kecil membuat desain ala-ala yang itu baginya begitu mengasyikkan. Selain itu, layaknya anak-anak lain, dirinya juga sering bermain berbagai macam olahraga.
“Soal film, itu sebenarnya sempat ditularkan oleh almarhum ayah, tetapi kita hanya penikmat. Benar-benar enggak kepikiran menjadi bagian dari film, lebih ke penonton,” ujar Verdi ketika di temui di lobi gedung bertingkat milik salah satu PH film di Kuningan, Jakarta, awal Maret 2024.
Kesukannya pada dunia gambar berlanjut hingga SMA. Ketika kuliah, Verdi bahkan mengambil bidang advertising design pada awal 1990-an. Waktu itu, dirinya berpandangan bahwa ke depan dunia televisi akan makin marak, ini artinya industri iklan pun punya masa depan cerah.
Setelah lulus, Verdi sempat membuka kantor advertising agency. Verdy sempat membantu project lain juga yang masih berhubungan dengan iklan. Hingga suatu ketika, salah satu dari project tersebut adalah marketing untuk film layar lebar.
Salah satu proyek awal ini adalah film Jomblo. Di situ dia menyadari bahwa peran marketing di dunia film sebenarnya bisa begitu besar, tetapi belum terlalu banyak yang menyeriusi hal tersebut. Dari sini, mulailah banyak film-film yang mendapat sentuhan marketing-nya.
Keterlibatannya di dunia film lagi, setelah cukup lama memunggunginya, rupanya punya intensi berbeda dari Verdi dewasa. Kali ini, dia justru ingin terjun lebih dalam ke dunia film. Di fase ini, dirinya sempat bertemu dengan teman masa kecil yang adalah guru teater buat sekolah anak.
Dari obrolan tersebut, Verdi tertantang untuk mencoba hal baru, yang sebenarnya tak baru-baru amat. Dia lalu mempelajari dunia seni peran di Sakti Aktor Studio yang dipimpin Eka D. Sitorus.
Rupanya, dari hanya satu kali latihan, Verdi langsung jatuh cinta dengan dunia seni peran. Verdi mengatakan bang Eka berhasil membukakan matanya bahwa seni peran itu tidak abstrak, sama seperti desain.
Setiap gerakan, intonasi suara, hingga pandangan mata, semuanya punya arti atau pesan. Semua itu juga bisa dipelajari. Akhirnya, dirinya menekuni hal tersebut, meski pada awal-awalnya sedikit sembunyi-sembunyi dari ayahnya.
“Iya, awalnya tanpa sepengetahuan ayah karena sadar diri kalau beliau menyekolahkan saya capek-capek itu ya bukan untuk jadi aktor. Jadi, saya pun diam-diam belajar peran di Sakti Akbar Studio dibanding Teater Populer karena di sana ada ayah saya,” terang Verdi di sela-sela waktu persiapan untuk film pertamanya kala itu yang berjudul Ronggeng Kematian.
Begitu dirinya akan melaksanakan ujian akting, barulah Verdi memberitahukan kepada ayahnya. Saat itu dirinya menampilkan monolog dan cuplikan dialog.
“Dia enggak marahin saya sih, enggak komentar juga. Saya anggap itu sebagai sikap netral, bukannya enggak boleh, tetapi tidak di-support yang banget. Ketika saya ujian lagi, ayah saya datang lagi, kali ini bersama temannya, mas Garin Nugroho. Bagi saya, ini adalah tanda setuju,” imbuhnya.
Perlahan, kariernya di dunia aktor mulai terbangun. Meski tak ingin menjual nama ayahnya, pelan-pelan akhirnya banyak yang tahu juga. Beberapa juga ada yang mencoba menyatukan saya dengan ayah dalam satu project.
Nama Verdi pelan-pelan mulai harum setelah membintangi banyak film ternama, dari Janji Joni, Jakarta Undercover, Get Married, Karma, Asmara Dua Diana, The Raid, Rudy Habibie, Love For Sale, Buya Hamka, dan masih banyak lagi.
Selain sebagai aktor, Verdi juga mencoba peruntungannya sebagai seorang produser dalam banyak film seperti Jomblo, Pocong 2, Maaf Saya Menghamili Istri Anda, hingga film Project Panda.
Dia juga belakangan aktif menyutradai beberapa film seperti Anak Garuda, Code Helix Series, Referendum 99, dan Ronggeng Kematian. Beberapa peran pentingnya juga mengantarkannya menjadi nominasi sejumlah ajang penghargaan ternama seperti Festival Film Indonesia (FFI), Festival Film Bandung, Indonesian Best Actors Awards, hingga ASEAN International Film Festival Awards.
Saat ini, dirinya tengah meramu film barunya yang lain, yakni Cinta dari Timor. Verdi menyebut proses syuting sudah dilaksanakan, kini sedang memasuki tahap finalisasi. Dia mengatakan sebentar lagi tayang, meski tak menyebutkan tanggalnya.
Selain itu, dirinya juga kini aktif membuka kelas akting. Di proyek ini, dirinya tidak hanya membagikan pengalaman, tetapi akan memberikan ilmu-ilmu konkret yang bisa digunakan baik oleh aktor profesional maupun pemula.
Terakhir, Verdi juga masih punya banyak mimpi di dunia keaktoran maupun sutradara. Salah satunya, dia sedang ingin membuat film tentang kejadian unik di masa kecilnya. Ceritanya soal tiga orang gila yang dekat dengan banyak anak-anak termasuk dirinya, di Pasar Kopro yang pernah ditemuinya ketika kecil. Dia ingin berbagi cerita menarik yang tergali dari pengalaman tersebut ke dalam sebuah film.
Baca juga: Hypeprofil Aghi Narottama: Scoring Film Dimulai dari Berkhayal
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Namun, seiring langkahnya berusaha menjauhi dunia keaktoran, jalan hidupnya malah menuntun pada profesi yang pada mulanya sangat dihindarinya. Bak sebuah peribahasa, Verdi mengalami apa yang disebut dengan ‘buah jatuh, tidak jauh dari pohonnya’.
Baca juga: Cerita Verdi Solaiman Garap Film Ronggeng Kematian, Angkat Novel Horor ke Layar Lebar
Verdi pada akhirnya tumbuh jadi aktor yang telah malang melintang di banyak film Indonesia. Dia bahkan kini mulai bertransformasi menjadi sutradara, produser, hingga membuka kelas akting. Hidupnya tak jauh-jauh dari film, sesuatu yang juga sudah lama ada dalam tumbuh kembangnya sejak kecil.
Namun, ini bukanlah cerita tentang nepo baby. Alih-alih berpangku tangan, Verdi justru mengambil jalan pedangnya sendiri hingga waktulah yang akhirnya menempanya menjadi seorang aktor dengan reputasi yang tak kaleng-kaleng.
Verdi bercerita hal pertama yang membuatnya jatuh cinta pada seni bukanlah film, melainkan gambar. Sedari kecil, dirinya akan begitu gembira ketika diberi kertas dan pewarna. Kertas itu pun akan segera diisi dengan ragam gambar dan warna.
Tak sekadar gambar, terkadang Verdi kecil membuat desain ala-ala yang itu baginya begitu mengasyikkan. Selain itu, layaknya anak-anak lain, dirinya juga sering bermain berbagai macam olahraga.
“Soal film, itu sebenarnya sempat ditularkan oleh almarhum ayah, tetapi kita hanya penikmat. Benar-benar enggak kepikiran menjadi bagian dari film, lebih ke penonton,” ujar Verdi ketika di temui di lobi gedung bertingkat milik salah satu PH film di Kuningan, Jakarta, awal Maret 2024.
Kesukannya pada dunia gambar berlanjut hingga SMA. Ketika kuliah, Verdi bahkan mengambil bidang advertising design pada awal 1990-an. Waktu itu, dirinya berpandangan bahwa ke depan dunia televisi akan makin marak, ini artinya industri iklan pun punya masa depan cerah.
Setelah lulus, Verdi sempat membuka kantor advertising agency. Verdy sempat membantu project lain juga yang masih berhubungan dengan iklan. Hingga suatu ketika, salah satu dari project tersebut adalah marketing untuk film layar lebar.
Salah satu proyek awal ini adalah film Jomblo. Di situ dia menyadari bahwa peran marketing di dunia film sebenarnya bisa begitu besar, tetapi belum terlalu banyak yang menyeriusi hal tersebut. Dari sini, mulailah banyak film-film yang mendapat sentuhan marketing-nya.
Keterlibatannya di dunia film lagi, setelah cukup lama memunggunginya, rupanya punya intensi berbeda dari Verdi dewasa. Kali ini, dia justru ingin terjun lebih dalam ke dunia film. Di fase ini, dirinya sempat bertemu dengan teman masa kecil yang adalah guru teater buat sekolah anak.
Dari obrolan tersebut, Verdi tertantang untuk mencoba hal baru, yang sebenarnya tak baru-baru amat. Dia lalu mempelajari dunia seni peran di Sakti Aktor Studio yang dipimpin Eka D. Sitorus.
Rupanya, dari hanya satu kali latihan, Verdi langsung jatuh cinta dengan dunia seni peran. Verdi mengatakan bang Eka berhasil membukakan matanya bahwa seni peran itu tidak abstrak, sama seperti desain.
Setiap gerakan, intonasi suara, hingga pandangan mata, semuanya punya arti atau pesan. Semua itu juga bisa dipelajari. Akhirnya, dirinya menekuni hal tersebut, meski pada awal-awalnya sedikit sembunyi-sembunyi dari ayahnya.
“Iya, awalnya tanpa sepengetahuan ayah karena sadar diri kalau beliau menyekolahkan saya capek-capek itu ya bukan untuk jadi aktor. Jadi, saya pun diam-diam belajar peran di Sakti Akbar Studio dibanding Teater Populer karena di sana ada ayah saya,” terang Verdi di sela-sela waktu persiapan untuk film pertamanya kala itu yang berjudul Ronggeng Kematian.
Begitu dirinya akan melaksanakan ujian akting, barulah Verdi memberitahukan kepada ayahnya. Saat itu dirinya menampilkan monolog dan cuplikan dialog.
“Dia enggak marahin saya sih, enggak komentar juga. Saya anggap itu sebagai sikap netral, bukannya enggak boleh, tetapi tidak di-support yang banget. Ketika saya ujian lagi, ayah saya datang lagi, kali ini bersama temannya, mas Garin Nugroho. Bagi saya, ini adalah tanda setuju,” imbuhnya.
Perlahan, kariernya di dunia aktor mulai terbangun. Meski tak ingin menjual nama ayahnya, pelan-pelan akhirnya banyak yang tahu juga. Beberapa juga ada yang mencoba menyatukan saya dengan ayah dalam satu project.
Nama Verdi pelan-pelan mulai harum setelah membintangi banyak film ternama, dari Janji Joni, Jakarta Undercover, Get Married, Karma, Asmara Dua Diana, The Raid, Rudy Habibie, Love For Sale, Buya Hamka, dan masih banyak lagi.
Verdi Solaiman (Sumber gambar: Instagram/verdisolaiman)
Selain sebagai aktor, Verdi juga mencoba peruntungannya sebagai seorang produser dalam banyak film seperti Jomblo, Pocong 2, Maaf Saya Menghamili Istri Anda, hingga film Project Panda.
Dia juga belakangan aktif menyutradai beberapa film seperti Anak Garuda, Code Helix Series, Referendum 99, dan Ronggeng Kematian. Beberapa peran pentingnya juga mengantarkannya menjadi nominasi sejumlah ajang penghargaan ternama seperti Festival Film Indonesia (FFI), Festival Film Bandung, Indonesian Best Actors Awards, hingga ASEAN International Film Festival Awards.
Saat ini, dirinya tengah meramu film barunya yang lain, yakni Cinta dari Timor. Verdi menyebut proses syuting sudah dilaksanakan, kini sedang memasuki tahap finalisasi. Dia mengatakan sebentar lagi tayang, meski tak menyebutkan tanggalnya.
Selain itu, dirinya juga kini aktif membuka kelas akting. Di proyek ini, dirinya tidak hanya membagikan pengalaman, tetapi akan memberikan ilmu-ilmu konkret yang bisa digunakan baik oleh aktor profesional maupun pemula.
Terakhir, Verdi juga masih punya banyak mimpi di dunia keaktoran maupun sutradara. Salah satunya, dia sedang ingin membuat film tentang kejadian unik di masa kecilnya. Ceritanya soal tiga orang gila yang dekat dengan banyak anak-anak termasuk dirinya, di Pasar Kopro yang pernah ditemuinya ketika kecil. Dia ingin berbagi cerita menarik yang tergali dari pengalaman tersebut ke dalam sebuah film.
Baca juga: Hypeprofil Aghi Narottama: Scoring Film Dimulai dari Berkhayal
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.