Mau Jadi Komika? Intip Peluang Stand Up Comedy di Indonesia Dulu Yuk!
06 September 2022 |
07:51 WIB
1
Like
Like
Like
Komedi di Indonesia cukup berkembang dari masa ke masa. Sebagai hiburan masyarakat dari rakyat jelata hingga pejabat negara, lawakan ini diakomodir dalam ruang publik di atas panggung, tayangan televisi, siaran radio, film, sampai podcast yang menjadi gaya baru bermedia sosial.
Di Indonesia, humor ini seringkali dibawakan dalam grup. Beberapa bisa dikatakan legendaris seperti Bagito, Kwartet Jaya, Jayakarta Grup, Srimulat, Patrio, Sersan Prambors, Warkop DKI, maupun Cagur. Namun dalam satu dekade terakhir, di Indonesia ramai bermunculan pelawak tunggal, nama bekennya stand up comedy.
Format gaya lawakan yang dibawakan tunggal ini sejatinya sudah ada sejak 1950an. Bing Slamet, S Bagyo, Iskak, dan Eddy Sud bisa disebut sebagai pelopornya, walaupun pada akhirnya mereka justru memuat grup lawak.
Lawakan tunggal kembali hidup pada era 1997 ketika stand up comedy dibawakan almarhum Taufik Savalas melalui acara Comedy Cafe yang dibuat Ramon Papana. Namun saat itu, lawakan gaya ini kurang direspon masyarakat. Meskipun, dia tetap aktif mempopulerkan gaya komedi tunggal ini.
Baca juga: Dark Comedy Atau Dark Joke, Hiburan Kontroversial yang Bisa Redakan Stres
Pada 2004, muncul Iwel Sastra yang mengadakan show stand up comedy pertamanya di Gedung Kesenian Jakarta. Pada 2010, Ramon mengajak Iwel untuk tampil membawakan lawakan tunggalnya atau yang dikenal saat ini dengan istilah open mic. Ramon pun kerap mengunggah penampilan stand up comedy di kafenya ke YouTube.
Hingga akhirnya muncul Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika yang merupakan Selebtwit, tertarik open mic di cafe Ramon. Sejak saat itu ramai orang yang ingin mencoba open mic dan muncul beragam kompetisi stand up comedy di stasiun televisi.
Untuk mengakomodir banyaknya minat terhadap gaya lawakan tunggal ini, Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy yang kala itu menjadi pemenang di kompetisi Stand Up Comedy Indonesia 1 (SUCI 1) Kompas TV, merasa perlu dibuatnya wadah untuk komika berlatih.
Baca juga: Profil Ryan Adriandhy, Komika yang jadi Animator & Sutradara Film Animasi Jumbo
Ernest lalu mengajak Pandji, Radit, dan penulis buku humor Isman Hidayat Suryaman, mendirikan komunitas Stand Up Comedy Indonesia hingga kini berkembang ke seluruh daerah di Tanah Air.
Minat anak-anak muda menjadi komika memang cukup tinggi. “Tantangan terbesarnya memastikan lahir terus stand up comedian di Indonesia, karena waktu itu Chris Rock (komika) di Amerika mengatakan industri stand up comedy akan kuat kalau pelakunya kuat,” ujar Pandji.
Oleh karena itu, Pandji membuat lembaga edukasi stand up comedy yang diberi nama Pecahkan.com untuk membantu talenta-talenta stand up di Indonesia tumbuh dan berkembang. Memberikan workshop secara online, namun sayang, masih ada keterbatasan di daerah-daerah yang aksesnya terhadap internet tersendat dan sering padam.
Untung saja kata Pandji ada komunitas Stand Up Indo, dengan ketuanya saat ini Abdul Aziz Batubara yang populer dengan nama panggung Adjis Doaibu. Adjis memiliki program untuk mengirim komika dari Jakarta ke daerah lain seperti Ambon, Papua, Ternate untuk workshop selama satu bulan.
“Itu pun masih kurang, baru ada Pecahkan dan Stand Up Indo. Regenerasi talenta butuh lebih banyak mitra untuk proses edukasi,” tutur Pandji.
Sejauh ini,dia melihat pertumbuhan komika di Tanah Air cukup pesat. Begitu pula pertunjukannya. Jokes atau guyonan yang dibawakan semakin renyah, beragam, dan tentu dengan ciri khasnya masing-masing. “Kualitas jokesnya mengagumkan. Tema-tema yang dibawakan makin ramai dan unik,” sebut salah satu founder komunitas Stand Up Indo itu.
Namun demikian, nilai pertunjukan bukan hanya datang dari komika saja. Pandji menyebut aspek venue, audio, set panggung, ketepatan waktu penyelenggaraan, cara penjualan tiket yang mudah dan singkat, juga menentukan. “Ketika nilai pertunjukannya tinggi, orang dengan senang hati menilainya dengan uang,” imbuhnya.
Ya, stand up comedy menurutnya bisa menjadi peluang atau profesi yang menguntungkan. Sebagai komika, Pandji saja bisa hidup dari karya lawakannya itu.
Dia kerap mengadakan show stand up keliling Indonesia dengan penjualan tiket yang mencapai ribuan jumlahnya. Tidak hanya di Indonesia, Pandji sempat menggelar Stand Up Comedy World Tour yang bertajuk Mesakke Bangsake, menyambangi 11 kota di Indonesia dan 7 negara di 4 benua, dengan tiket yang dibanderol hingga jutaan rupiah.
Di Indonesia, humor ini seringkali dibawakan dalam grup. Beberapa bisa dikatakan legendaris seperti Bagito, Kwartet Jaya, Jayakarta Grup, Srimulat, Patrio, Sersan Prambors, Warkop DKI, maupun Cagur. Namun dalam satu dekade terakhir, di Indonesia ramai bermunculan pelawak tunggal, nama bekennya stand up comedy.
Format gaya lawakan yang dibawakan tunggal ini sejatinya sudah ada sejak 1950an. Bing Slamet, S Bagyo, Iskak, dan Eddy Sud bisa disebut sebagai pelopornya, walaupun pada akhirnya mereka justru memuat grup lawak.
Lawakan tunggal kembali hidup pada era 1997 ketika stand up comedy dibawakan almarhum Taufik Savalas melalui acara Comedy Cafe yang dibuat Ramon Papana. Namun saat itu, lawakan gaya ini kurang direspon masyarakat. Meskipun, dia tetap aktif mempopulerkan gaya komedi tunggal ini.
Baca juga: Dark Comedy Atau Dark Joke, Hiburan Kontroversial yang Bisa Redakan Stres
Pada 2004, muncul Iwel Sastra yang mengadakan show stand up comedy pertamanya di Gedung Kesenian Jakarta. Pada 2010, Ramon mengajak Iwel untuk tampil membawakan lawakan tunggalnya atau yang dikenal saat ini dengan istilah open mic. Ramon pun kerap mengunggah penampilan stand up comedy di kafenya ke YouTube.
Hingga akhirnya muncul Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika yang merupakan Selebtwit, tertarik open mic di cafe Ramon. Sejak saat itu ramai orang yang ingin mencoba open mic dan muncul beragam kompetisi stand up comedy di stasiun televisi.
Untuk mengakomodir banyaknya minat terhadap gaya lawakan tunggal ini, Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy yang kala itu menjadi pemenang di kompetisi Stand Up Comedy Indonesia 1 (SUCI 1) Kompas TV, merasa perlu dibuatnya wadah untuk komika berlatih.
Baca juga: Profil Ryan Adriandhy, Komika yang jadi Animator & Sutradara Film Animasi Jumbo
Ernest lalu mengajak Pandji, Radit, dan penulis buku humor Isman Hidayat Suryaman, mendirikan komunitas Stand Up Comedy Indonesia hingga kini berkembang ke seluruh daerah di Tanah Air.
Minat anak-anak muda menjadi komika memang cukup tinggi. “Tantangan terbesarnya memastikan lahir terus stand up comedian di Indonesia, karena waktu itu Chris Rock (komika) di Amerika mengatakan industri stand up comedy akan kuat kalau pelakunya kuat,” ujar Pandji.
Oleh karena itu, Pandji membuat lembaga edukasi stand up comedy yang diberi nama Pecahkan.com untuk membantu talenta-talenta stand up di Indonesia tumbuh dan berkembang. Memberikan workshop secara online, namun sayang, masih ada keterbatasan di daerah-daerah yang aksesnya terhadap internet tersendat dan sering padam.
Untung saja kata Pandji ada komunitas Stand Up Indo, dengan ketuanya saat ini Abdul Aziz Batubara yang populer dengan nama panggung Adjis Doaibu. Adjis memiliki program untuk mengirim komika dari Jakarta ke daerah lain seperti Ambon, Papua, Ternate untuk workshop selama satu bulan.
“Itu pun masih kurang, baru ada Pecahkan dan Stand Up Indo. Regenerasi talenta butuh lebih banyak mitra untuk proses edukasi,” tutur Pandji.
Sejauh ini,dia melihat pertumbuhan komika di Tanah Air cukup pesat. Begitu pula pertunjukannya. Jokes atau guyonan yang dibawakan semakin renyah, beragam, dan tentu dengan ciri khasnya masing-masing. “Kualitas jokesnya mengagumkan. Tema-tema yang dibawakan makin ramai dan unik,” sebut salah satu founder komunitas Stand Up Indo itu.
Namun demikian, nilai pertunjukan bukan hanya datang dari komika saja. Pandji menyebut aspek venue, audio, set panggung, ketepatan waktu penyelenggaraan, cara penjualan tiket yang mudah dan singkat, juga menentukan. “Ketika nilai pertunjukannya tinggi, orang dengan senang hati menilainya dengan uang,” imbuhnya.
Ya, stand up comedy menurutnya bisa menjadi peluang atau profesi yang menguntungkan. Sebagai komika, Pandji saja bisa hidup dari karya lawakannya itu.
Dia kerap mengadakan show stand up keliling Indonesia dengan penjualan tiket yang mencapai ribuan jumlahnya. Tidak hanya di Indonesia, Pandji sempat menggelar Stand Up Comedy World Tour yang bertajuk Mesakke Bangsake, menyambangi 11 kota di Indonesia dan 7 negara di 4 benua, dengan tiket yang dibanderol hingga jutaan rupiah.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.