Exhuma (Sumber gambar: Feat Pictures)

Review Film Exhuma: Horor Okultisme & Sejarah Traumatis Korea-Jepang

14 March 2024   |   13:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Sejak aktor Jeon Jin-ki yang berperan sebagai Jeon Jin-gi tampil dalam sebuah adegan kesurupan, film Exhuma hadir menawarkan kisah horor yang tak biasa. Dalam adegan yang cukup mencekam dan mengerikan itu, Jin-gi menyebut bahwa penyebab teror dan kekacauan yang dihadapinya ada sangkut pautnya dengan penjajahan Jepang.
 
Kalimat yang dilontarkan Jin-gi yang sedang dirasuki arwah kakek buyutnya itu menjadi semacam gerbang pembuka atas sekelumit pertanyaan yang muncul ketika menonton film Exhuma. Teka-teki yang dibangun dari awal kisah perlahan mulai terurai.
 
Kisah film Exhuma bermula dari keluarga ekspat Korea kaya raya bernama Jeon Jin-gi, yang tinggal di Los Angeles, AS. Anak-anak sulung dari keturunan ayahnya termasuk dirinya selalu mendapatkan teror mistis. Jin-gi dan ayahnya sering mendengar teriakan minta tolong, sedangkan anaknya yang masih bayi, sejak lahir tak pernah berhenti menangis.
Kondisi itu lantas membuat Jin-gi akhirnya memutuskan untuk memanggil dua dukun muda yakni Hwarim (Kim Go-eun) dan Bong Gil (Lee Do-hyun) ke Amerika, untuk memulihkan kondisi anak bayinya, setelah tidak mempan dengan bantuan medis tercanggih sekalipun.
 
Setelah memeriksa kondisi sang bayi dan melihat situasi di kediaman Jin-gi, Hwarim yakin bahwa gangguan teriakan yang dialami beberapa anggota keluarga tersebut berasal dari kuburan kakek buyut Jin-gi yang tak tenang di alam kubur. Dari sinilah, perjalanan mencari tahu asal-usul buyutnya yang dikubur lebih dari 100 tahun lalu dimulai.
 
Untuk memulai penelusuran itu, Hwarim dan Bong Gil dibantu oleh ahli fengshui bernama Kim Sang-deok (Choi Min-sik) dan ahli kubur bernama Ko Young-geun (Yoo Hae-jin). Keempat tokoh inilah yang memegang kendali alur cerita dari awal hingga akhir film.
 

Exhuma (Sumber gambar: Feat Pictures)

Exhuma (Sumber gambar: Feat Pictures)

Parade Okultisme Korea

Menonton film Exhuma seperti sedang menyaksikan parade okultisme Korea yang sebagian besar dibawa oleh Hwarim dan Bong Gil lantaran peran mereka sebagai dukun. Sejak awal film, penonton diperlihatkan berbagai macam ritual termasuk benda-benda yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural.

Sekilas, ritual dan berbagai macam benda yang menjadi simbol kekuatan gaib itu mungkin terlihat asing dalam kacamata penonton Indonesia lantaran kental dengan kepercayaan masyarakat Korea.Namun, kehadiran okultisme semacam ini memang kerap muncul dalam film-film horor Asia tak terkecuali Indonesia, sehingga tak ada kesulitan untuk mencerna semua suguhan praktik supranatural tersebut dalam film.
 
Kehadiran rentetan praktik okultisme di film Exhuma tak terlepas dari ajaran konfusianisme yang mengajarkan soal merawat leluhur oleh manusia yang masih hidup dalam kepercayaan masyarakat Korea. Sebagai sutradara sekaligus penulis naskah, Jang Jae-hyun tampaknya paham betul bahwa masyarakat Korea punya kepercayaan kuat soal kematian dan penguburan.
 
Misalnya, kuburan di Korea seringkali berlokasi di bukit karena mereka percaya bahwa itu bisa mengantarkan jiwa yang meninggal pada alam dan kebebasan. Mereka juga percaya bahwa orang yang sudah meninggal tetap harus makan dari sesembahan yang didoakan manusia. Praktik semacam ini seringkali hadir dalam banyak judul drama Korea.
Kepercayaan soal jiwa yang tak tenang dan marah itu yang jadi tema utama dalam film Exhuma. Seperti judulnya, Exhuma berpusat pada proses pemindahan kuburan. Dalam bahasa Inggris, kata 'exhumation' berarti penggalian. 
 
Dalam film, sejumlah praktik okultisme dilakukan sebagian besar oleh Hwarim dan Bong Gil dengan berbagai keperluan, mulai dari ritual menggali kubur keramat, ritual pemanggilan arwah, penenangan arwah, hingga ritual pemindahan energi roh jahat ke dalam tubuh hewan. Semua itu dihadirkan silih berganti seperti semacam parade dan menjadi sensasi horor yang ditawarkan dalam film.
 

Exhuma (Sumber gambar: Feat Pictures)

Exhuma (Sumber gambar: Feat Pictures)

Plot Cerita Berlatar Sejarah
Plot cerita film Exhuma sejatinya lebih kompleks ketimbang soal pemindahan kuburan leluhur Jin-gi yang menyebabkan teror bagi keluarganya. Plot yang dibagi menjadi enam babak ini mengurai latar belakang buyut Jin-gi yang ternyata ada sangkut pautnya dengan masa pendudukan Jepang di Korea. Latar belakang inilah yang menjadikan plot cerita Exhuma sangat kuat, meskipun agak kompleks.
 
Film ini mengangkat sudut pandang sejarah dengan corak anti-Jepang yang kental. Kisahnya mengambil catatan histori invasi Hideyoshi Toyotomi ke Korea Joseon pada abad ke-16. Saat itu, ada komandan perang Jepang yang berhasil menebas kepala 10.000 prajurit Korea. Akan tetapi, menjelang berakhirnya perang, dia berhasil dikalahkan.
 
Jepang yang tak ikhlas membiarkan Joseon merdeka lantas memanggil seorang biksu yang bernama Gisune yang kemungkinan adalah siluman rubah. Gisune menggunakan ritual ilmu hitam dengan membakar sebuah katana yang dia masukkan di mayat sang komandan.
 
Sesudahnya, jasad itu dimasukkan ke dalam peti kayu yang diberdirikan dan dililit kawat berduri. Fungsi ritual ini adalah menciptakan pasak besi berenergi jahat untuk merusak fengshui semenanjung Korea yang berakibat dua negara di semenanjung itu terbelah, karena jasad sang komandan itu dikuburkan persis di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan.
 
Pasak besi itu juga diibaratkan sebagai "Rubah menggigit punggung Harimau". Harimau adalah lambang bangsa Korea sejak dulu dan Gisune tentu saja siluman rubahnya. 
 

Exhuma (Sumber gambar: Feat Pictures)

Exhuma (Sumber gambar: Feat Pictures)

Di sisi lain, dalam film dikisahkan bahwa buyut Jin-gi rupanya pejabat pro-Jepang yang percaya bahwa Asia Timur bisa makmur di bawah kepemimpinan Jepang. Dia wafat dan disemayamkan di kuburan komandan itu akibat suruhan Gisune yang hidup abadi kembali muncul lagi pada era modern. 
 
Akibatnya, arwah buyut Jin-gi pun tersiksa karena dikubur di tempat yang kental dengan energi Yin. Karena energi Yin di makam itu terlalu kuat, arwah buyut Jin-gi pun terus meneror anak cucunya.
 
Di samping menjadi pijakan dalam menghadirkan berbagai atraksi horor, latar belakang sejarah kekejaman pendudukan Jepang di Korea juga semacam menjadi momen refleksi yang dihadirkan dalam film. Pembongkaran makam keramat di Exhuma seolah menjadi simbol pengungkapan sejarah kelam dan traumatis yang dikubur lama dan tidak diketahui oleh generasi berikutnya.
Film dengan sangat cerdas membangun emosi sekaligus menyadarkan penonton bahwa penjajahan atau kejahatan kemanusiaan bisa menjadi horor yang bisa meneror bukan hanya korbannya, tapi juga generasi-generasi selanjutnya. Apalagi, jika dosa itu tidak pernah diakui atau bahkan ditutup-tutupi.
 
Seperti diketahui, meski kekejaman yang dilakukan Jepang di Korea dan wilayah lainnya sudah banyak dicatat sejarah, Jepang sampai sekarang tak pernah mau meminta maaf pada negara-negara jajahannya. Semua latar belakang sejarah itu diceritakan dengan penceritaan yang dewasa, namun tetap memadukannya dengan unsur fantasi apik yang memang kerap muncul dalam sinema horor.
 
Tanda lain yang juga menguatkan bahwa sudut pandang sejarah dalam film Exhuma condong ke anti-Jepang ialah penggunaan nama para tokoh yang diambil dari nama aktivis dan pejuang Korea. Nama Yun Bon-gil diambil dari pejuang kemerdekaan Korea, dan Lee Hwa-rim dari nama aktivis pembebasan yang ikut terlibat dalam berbagai pergerakan.
 
Selain itu, nama Go Yeong-geun diambil dari nama birokrat di akhir masa Joseon yang anti-Jepang, sedangkan Kim Sang-deuk juga diambil dari nama aktivis pembebasan Korea.
 

Exhuma (Sumber gambar: Feat Pictures)

Exhuma (Sumber gambar: Feat Pictures)

Tak ketinggalan, penampilan ansambel pemain yang apik juga semakin mengukuhkan Exhuma sebagai salah satu film horor terbaik dari Korea. Kehadiran pemain-pemain papan atas seperti Choi Min-sik, Kim Go-eun, Lee Do-hyun, dan Yoo Hae-jin sebagai karakter utama mampu menyampaikan sekaligus meyakinkan kisah yang dibawa oleh Exhuma kepada penonton.
 
Sebagai aktor senior, Choi Min-sik nyaris sempurna membawakan karakter ahli fengshui. Kemampuan aktingnya yang mumpuni mencapai klimaks pada bagian akhir film ketika Min-sik berhadapan dengan sosok iblis. Sebuah pertunjukan yang mendebarkan namun membuat penonton penasaran.
 
Sementara, dua pemain yang lebih muda dari Min-sik, yakni Kim Go-eun dan Lee Do-hyun juga tak kalah bersinar. Akting Go-eun sebagai dukun yang melakukan serangkaian ritual berhasil menciptakan sensasi horor yang menusuk. Gestur dan tatapan matanya sangat meyakinkan seolah dia adalah benar seorang dukun. Begitupun dengan Do-hyun yang mampu mengimbangi Go-eun. 
 
Penceritaan yang kuat dan penampilan para aktor yang apik itu disuguhkan lewat teknik sinematografi dan scoring yang rapi. Pencahayaan yang pas di setiap adegan mampu membangun rasa mencekam yang intens pada film, begitupun scoring yang hadir mampu menguatkan suasana dan emosi penonton yang coba dibangun oleh film.
 
Tak heran, dengan semua suguhan tersebut, Exhuma menjadi film box office baik di negara asalnya maupun di Indonesia. 

Baca juga: Selain Exhuma, Ini 3 Film Korea Terpopuler Tentang Praktik Dukun dan Supranatural, Ada Dukun Indonesia!

Editor : Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Film Konser Agust D Tour D-Day The Movie Tayang di Bioskop Mulai 10-13 April

BERIKUTNYA

Huawei Segera Meluncurkan MatPad 11.5 PaperMatte Edition di Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: