Hypereport: Tangan Dingin di Balik Program Variety Show Legendaris Televisi Indonesia
25 February 2024 |
21:00 WIB
1
Like
Like
Like
Ada masanya program acara televisi, terutama yang bertajuk variety show, mengalami periode emas di Indonesia. Ketika itu, pada akhir dekade 80-an hingga 2000-an awal, ada banyak program tayangan variety show yang lahir seiring dengan kemunculan televisi-televisi swasta di Indonesia.
Variety show yang merupakan format acara TV dengan kombinasi banyak konsep sekaligus dalam satu program, seperti talk show, magazine show, kuis, music concert, drama, dan situasi komedi, rupanya cukup diminati.
Pada periode emas tersebut, ada banyak acara televisi yang melegenda dan terus dikenang hingga sekarang. Beberapa yang ikonik misalnya ialah program Berpacu dalam Melodi yang pertama kali tayang di TVRI pada 1988, kuis Siapa Berani yang tayang pada awal 2000-an di Indosiar, hingga Lenong Rumpi yang mulai tenar pada awal 1990-an di RCTI.
Hingga kini, televisi Indonesia terus mencoba menghadirkan banyak program acara variety show. Namun, beberapa program yang lahir pada periode emas tersebut akan terus jadi sebuah trademark bagi apa yang muncul setelahnya.
Baca juga: Anak Betawi Asli Merapat, Yuk Kepoin Cerita Si Pitung & Mariyam lewat Wayang Golek
Ditemui Hypeabis.id di kawasan Blok M, Harry de Fretes, salah satu pentolan sekaligus inisiator Lenong Rumpi berbagi kisah tentang perjalanan grup yang mengangkat kesenian Betawi tersebut. Saat itu, Lenong Rumpi, yang dianggotai Debby Sahertian, Ira Wibowo, Titi DJ, Robby Tumewu, Jimmy Gideon, Ade Juwita, Inggrid Widjanarko, dan dirinya memang begitu ikonik.
Sebelum menjadi sebuah program acara televisi, Lenong Rumpi adalah sebuah grup kesenian yang tampil dari panggung ke panggung. Salah satu panggung yang mengawali perjalanan grup ini terjadi pada 1989, ketika itu, Harry dan kawan-kawannya tampil di acara hari jadi Mas Guruh Soekarnoputra.
Penampilannya kala itu begitu pecah, ada banyak gelak tawa dan para penonton terhibur. Tawaran manggung pun jadi makin sering. Di antara panggung-panggung offline mereka, ada satu penontonnya yang rupanya adalah produser televisi.
Singkat cerita, hanya sekitar dua tahun sejak pertama dibentuk, akhirnya Harry mampu menembus televisi dan punya program sendiri dengan tajuk nama grup mereka sendiri pada 1991. Perjalanan menjadi sebuah acara televisi paling ikonik yang membawa kesenian betawi ini pun dimulai.
“Ketika itu, bisa dibilang kita memang pionir. Kita (grup komedi lenong, Red) di TV swasta itu yang duluan. Mungkin sempat ada lenong yang di televisi, tetapi lama sekali enggak ada, lalu barulah muncul lagi bahwa ada kesenian Betawi yang bisa tampil dan direspons baik,” ungkapnya.
Harry mengatakan proses kreatif selama tampil di televisi lebih banyak dilakukan olehnya dan kru dari program tersebut. Adapun anggota Lenong Rumpi lain lebih banyak terlibat sebagai aktor panggung, meski beberapa kali mereka juga membantu dari sisi cerita.
Sebelum syuting dimulai, Harry akan menyodorkan sebuah cerita dalam bentuk sinopsis dan gambaran alurnya. Berbekal sinopsis tersebut, para anggota Lenong Rumpi pun mulai berlatih. Menurutnya, semua yang terjadi di Lenong Rumpi adalah sebuah spontanitas.
Dari sinopsis dan gambaran alur sederhana, para pemain akan merangkai sendiri naskah ceritanya. Menurut Harry, cara ini dipilih agar komedi yang tercipta benar-benar menggelitik. Sebab, jika semua hal dikonsepkan di awal, justru para pemain bisa jadi kaku dan sangat terpaku pada naskah.
Dengan pola seperti ini, tektokan para pemain menjadi kunci mengalirnya sebuah pertunjukan. Di titik inilah, Harry menyebut komedian sebenarnya adalah orang-orang yang pintar. Mungkin, apa yang dilakukannya di atas panggung bisa terlihat sebuah hal yang bodoh, tetapi dari tawa penonton yang muncul, ada kecerdasan dari si komedian tersebut.
“Mereka harus bisa menciptakan dialog yang spontan dan mendukung situasi yang sedang diperankan. Jadi, mereka akan saling chit chat dan menerapkan rumus ‘lu jual, gue beli’ sehingga menimbulkan kelucuan,” imbuhnya.
Dirinya sengaja hanya memberi sinopsis singkat kepada para anggota Lenong Rumpi agar mereka punya ruang yang besar untuk mengeksplorasi naskah. Antarpemain pun bakal lebih berkembang dan punya ide-ide segar untuk terciptanya banyak tawa.
Di beberapa bagian, para pemain juga biasanya akan saling berdiskusi. Dengan demikian, meski ada sebuah ruang bebas yang diciptakan, komedi ala Lenong Rumpi bisa lebih terarah dan terstruktur dengan sendirinya lewat obrolan-obrolan tersebut.
Baca juga: Lakon Srimulat, Dari Panggung ke Panggung hingga Eksis di Televisi
Harry mengaku bersyukur bahwa pada saat itu, para pemain Lenong Rumpi bisa satu visi dalam menerjemahkan naskah. Para pemain juga berada di level komedi yang sama sehingga satu sama lain bisa saling mengisi.
Selain itu, Harry menyebut pengalaman para pemain ketika di panggung off air juga turut membentuk kematangan komedi mereka di layar kaca. Hal ini berimbas pada acara televisi yang sangat disukai oleh penonton Indonesia saat itu.
Menurut Harry, salah satu yang membuat Lenong Rumpi saat itu terkenal, selain kekuatan aktornya, juga perihal naskah yang cukup berani menyentil kondisi sosial. Ada banyak lawakan yang muncul berisi kritikan sosial.
Dalam hal tersebut, Harry mengaku kerap melakukan riset kecil-kecilan. Dalam minggu-minggu tertentu, dirinya sengaja pergi ke tempat yang jauh dengan menggunakan transportasi umum. Dari situ, dia mendengar dan melihat secara langsung kondisi sosial yang ada.
Pengalaman tersebut kemudian diramu menjadi sebuah sinopsis dan makin mempertajam kekuatan lenong sebagai kesenian yang mampu menceritakan kehidupan sehari-hari masyarakat secara nyata. Sebuah gambaran dari apa yang sebenarnya terjadi di akar rumput.
Harry juga membuat lenong, sebuah kesenian asal Betawi, menjadi punya penggemar yang jauh lebih luas. Berbeda dari lenong sejenis pada zamannya, dirinya sengaja membuat cerita yang memungkinkan kehadiran karakter lain dari luar Betawi.
Dalam lakon Arisan Nusantara misalnya, Harry memasukkan unsur Papua, Manado, Jawa, Padang, bahkan China ke dalam Lenong Rumpi. Hal ini membuat terciptanya asimilasi budaya sehingga disukai lebih banyak orang.
“Denger-denger Lenong Rumpi memang jadi cukup menguntungkan. Selain karena populer, secara produksi, kita itu syuting tiga hari saja buat bikin 13 episode. Ya, ini kan jadi efisien. Selain praktis buat si televisi, kami juga bisa mengambil job off air lain,” tuturnya sembari tertawa.
Selain Harry, Helmy Yahya juga dikenal sebagai salah satu tokoh penting variety show di Indonesia. Lulusan Politeknik Keuangan Negara (STAN) itu bahkan dikenal sebagai raja kuis karena melahirkan banyak acara melegenda di Indonesia.
Dalam dunia televisi, Helmy Yahya telah meraih 26 Panasonic Award baik sebagai presenter maupun sebagai kreator dan produser. Dia juga meraih 1 rekor dunia kategori kuis terlama melalui program 24 Hours Quiz.
Salah satu yang cukup terkenal tentu saja adalah program acara Siapa Berani?. Helmy pada mulanya adalah orang kreatif dan produser di program tersebut. Namun, dia juga menjadi pembawa acaranya bersama dengan Alya Rohali pada acara fenomenal yang lahir 2000-an tersebut.
Helmy menyebut, ketika itu, dua hari sebelum on air, host laki-laki belum ditemukan. Pada akhirnya, dirinyalah yang maju sebagai pembawa acaranya.
“Waktu itu coba-coba, dikasih untuk (program) Ramadan. Kalau sukses jalan, enggak ya stop. Pun dikasihnya itu bagian pagi hari jam 8 harus live,” ungkap Helmy saat berbincang di YouTube Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Kemenkeu, dikutip Hypeabis.id.
Helmy mengatakan meramu program pada acara pagi merupakan sebuah tantangan. Sebab, jarang ada orang nonton televisi pagi-pagi. Primetime televisi saat itu selalu malam hari. Namun, sejak minggu-minggu pertama, acara ini disebutnya langsung sukses besar.
Menurut Helmy, dalam dua minggu pertama, 200-300 orang yang ingin mendaftar dan ikut acaranya. Hal ini kemudian membuat masa tunggu ikut acara bahkan cukup panjang. Ketika itu, rating program tersebut juga menyentuh angka 9 meski tayang pada pagi hari.
“Itu membuat peta pertelevisian berubah. Dahulu, ada riset pas kuis Siapa Berani? tayang, itu jalan-jalan di Jakarta agak sepi. Bahkan ada tren orang terlambat ke kantor atau buru-buru ke kantor biar bisa lihat kuis Siapa Berani?” imbuhnya.
Kuis ini kemudian berhasil bertahan hingga lima tahun di Indosiar, setahun di RCTI, setengah tahun di ANTV. Lalu, ketika di TVRI, saat Helmy menjadi Direktur Utama, pembawa acaranya berganti.
Helmy mengaku senang bisa terlibat di dalam kuis tersebut. Menurutnya, kuis ini telah membawa banyak perjalanan hebat di kariernya. Dia pun bersyukur karena kuis bertema pengetahuan, yang sering dianggap tak laku, bisa berubah berkat program yang dibuatnya tersebut. Terlebih, ini adalah program lokal, bukan hasil impor dari negeri orang.
Baca juga: Hypereport: Merawat Warisan Intelektual Lewat Restorasi Film Lawas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Variety show yang merupakan format acara TV dengan kombinasi banyak konsep sekaligus dalam satu program, seperti talk show, magazine show, kuis, music concert, drama, dan situasi komedi, rupanya cukup diminati.
Pada periode emas tersebut, ada banyak acara televisi yang melegenda dan terus dikenang hingga sekarang. Beberapa yang ikonik misalnya ialah program Berpacu dalam Melodi yang pertama kali tayang di TVRI pada 1988, kuis Siapa Berani yang tayang pada awal 2000-an di Indosiar, hingga Lenong Rumpi yang mulai tenar pada awal 1990-an di RCTI.
Hingga kini, televisi Indonesia terus mencoba menghadirkan banyak program acara variety show. Namun, beberapa program yang lahir pada periode emas tersebut akan terus jadi sebuah trademark bagi apa yang muncul setelahnya.
Baca juga: Anak Betawi Asli Merapat, Yuk Kepoin Cerita Si Pitung & Mariyam lewat Wayang Golek
Ditemui Hypeabis.id di kawasan Blok M, Harry de Fretes, salah satu pentolan sekaligus inisiator Lenong Rumpi berbagi kisah tentang perjalanan grup yang mengangkat kesenian Betawi tersebut. Saat itu, Lenong Rumpi, yang dianggotai Debby Sahertian, Ira Wibowo, Titi DJ, Robby Tumewu, Jimmy Gideon, Ade Juwita, Inggrid Widjanarko, dan dirinya memang begitu ikonik.
Sebelum menjadi sebuah program acara televisi, Lenong Rumpi adalah sebuah grup kesenian yang tampil dari panggung ke panggung. Salah satu panggung yang mengawali perjalanan grup ini terjadi pada 1989, ketika itu, Harry dan kawan-kawannya tampil di acara hari jadi Mas Guruh Soekarnoputra.
Penampilannya kala itu begitu pecah, ada banyak gelak tawa dan para penonton terhibur. Tawaran manggung pun jadi makin sering. Di antara panggung-panggung offline mereka, ada satu penontonnya yang rupanya adalah produser televisi.
Singkat cerita, hanya sekitar dua tahun sejak pertama dibentuk, akhirnya Harry mampu menembus televisi dan punya program sendiri dengan tajuk nama grup mereka sendiri pada 1991. Perjalanan menjadi sebuah acara televisi paling ikonik yang membawa kesenian betawi ini pun dimulai.
“Ketika itu, bisa dibilang kita memang pionir. Kita (grup komedi lenong, Red) di TV swasta itu yang duluan. Mungkin sempat ada lenong yang di televisi, tetapi lama sekali enggak ada, lalu barulah muncul lagi bahwa ada kesenian Betawi yang bisa tampil dan direspons baik,” ungkapnya.
Harry mengatakan proses kreatif selama tampil di televisi lebih banyak dilakukan olehnya dan kru dari program tersebut. Adapun anggota Lenong Rumpi lain lebih banyak terlibat sebagai aktor panggung, meski beberapa kali mereka juga membantu dari sisi cerita.
Sebelum syuting dimulai, Harry akan menyodorkan sebuah cerita dalam bentuk sinopsis dan gambaran alurnya. Berbekal sinopsis tersebut, para anggota Lenong Rumpi pun mulai berlatih. Menurutnya, semua yang terjadi di Lenong Rumpi adalah sebuah spontanitas.
Dari sinopsis dan gambaran alur sederhana, para pemain akan merangkai sendiri naskah ceritanya. Menurut Harry, cara ini dipilih agar komedi yang tercipta benar-benar menggelitik. Sebab, jika semua hal dikonsepkan di awal, justru para pemain bisa jadi kaku dan sangat terpaku pada naskah.
Dengan pola seperti ini, tektokan para pemain menjadi kunci mengalirnya sebuah pertunjukan. Di titik inilah, Harry menyebut komedian sebenarnya adalah orang-orang yang pintar. Mungkin, apa yang dilakukannya di atas panggung bisa terlihat sebuah hal yang bodoh, tetapi dari tawa penonton yang muncul, ada kecerdasan dari si komedian tersebut.
“Mereka harus bisa menciptakan dialog yang spontan dan mendukung situasi yang sedang diperankan. Jadi, mereka akan saling chit chat dan menerapkan rumus ‘lu jual, gue beli’ sehingga menimbulkan kelucuan,” imbuhnya.
Dirinya sengaja hanya memberi sinopsis singkat kepada para anggota Lenong Rumpi agar mereka punya ruang yang besar untuk mengeksplorasi naskah. Antarpemain pun bakal lebih berkembang dan punya ide-ide segar untuk terciptanya banyak tawa.
Di beberapa bagian, para pemain juga biasanya akan saling berdiskusi. Dengan demikian, meski ada sebuah ruang bebas yang diciptakan, komedi ala Lenong Rumpi bisa lebih terarah dan terstruktur dengan sendirinya lewat obrolan-obrolan tersebut.
Baca juga: Lakon Srimulat, Dari Panggung ke Panggung hingga Eksis di Televisi
Pelawak Lenong Rumpi Jakarta Harry de Fretes berpose seusai wawancara dengan Hypeabis di Jakarta, Kamis (15/2/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)
Selain itu, Harry menyebut pengalaman para pemain ketika di panggung off air juga turut membentuk kematangan komedi mereka di layar kaca. Hal ini berimbas pada acara televisi yang sangat disukai oleh penonton Indonesia saat itu.
Menurut Harry, salah satu yang membuat Lenong Rumpi saat itu terkenal, selain kekuatan aktornya, juga perihal naskah yang cukup berani menyentil kondisi sosial. Ada banyak lawakan yang muncul berisi kritikan sosial.
Dalam hal tersebut, Harry mengaku kerap melakukan riset kecil-kecilan. Dalam minggu-minggu tertentu, dirinya sengaja pergi ke tempat yang jauh dengan menggunakan transportasi umum. Dari situ, dia mendengar dan melihat secara langsung kondisi sosial yang ada.
Pengalaman tersebut kemudian diramu menjadi sebuah sinopsis dan makin mempertajam kekuatan lenong sebagai kesenian yang mampu menceritakan kehidupan sehari-hari masyarakat secara nyata. Sebuah gambaran dari apa yang sebenarnya terjadi di akar rumput.
Harry juga membuat lenong, sebuah kesenian asal Betawi, menjadi punya penggemar yang jauh lebih luas. Berbeda dari lenong sejenis pada zamannya, dirinya sengaja membuat cerita yang memungkinkan kehadiran karakter lain dari luar Betawi.
Dalam lakon Arisan Nusantara misalnya, Harry memasukkan unsur Papua, Manado, Jawa, Padang, bahkan China ke dalam Lenong Rumpi. Hal ini membuat terciptanya asimilasi budaya sehingga disukai lebih banyak orang.
“Denger-denger Lenong Rumpi memang jadi cukup menguntungkan. Selain karena populer, secara produksi, kita itu syuting tiga hari saja buat bikin 13 episode. Ya, ini kan jadi efisien. Selain praktis buat si televisi, kami juga bisa mengambil job off air lain,” tuturnya sembari tertawa.
Selain Harry, Helmy Yahya juga dikenal sebagai salah satu tokoh penting variety show di Indonesia. Lulusan Politeknik Keuangan Negara (STAN) itu bahkan dikenal sebagai raja kuis karena melahirkan banyak acara melegenda di Indonesia.
Dalam dunia televisi, Helmy Yahya telah meraih 26 Panasonic Award baik sebagai presenter maupun sebagai kreator dan produser. Dia juga meraih 1 rekor dunia kategori kuis terlama melalui program 24 Hours Quiz.
Salah satu yang cukup terkenal tentu saja adalah program acara Siapa Berani?. Helmy pada mulanya adalah orang kreatif dan produser di program tersebut. Namun, dia juga menjadi pembawa acaranya bersama dengan Alya Rohali pada acara fenomenal yang lahir 2000-an tersebut.
Helmy menyebut, ketika itu, dua hari sebelum on air, host laki-laki belum ditemukan. Pada akhirnya, dirinyalah yang maju sebagai pembawa acaranya.
“Waktu itu coba-coba, dikasih untuk (program) Ramadan. Kalau sukses jalan, enggak ya stop. Pun dikasihnya itu bagian pagi hari jam 8 harus live,” ungkap Helmy saat berbincang di YouTube Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Kemenkeu, dikutip Hypeabis.id.
Helmy mengatakan meramu program pada acara pagi merupakan sebuah tantangan. Sebab, jarang ada orang nonton televisi pagi-pagi. Primetime televisi saat itu selalu malam hari. Namun, sejak minggu-minggu pertama, acara ini disebutnya langsung sukses besar.
Menurut Helmy, dalam dua minggu pertama, 200-300 orang yang ingin mendaftar dan ikut acaranya. Hal ini kemudian membuat masa tunggu ikut acara bahkan cukup panjang. Ketika itu, rating program tersebut juga menyentuh angka 9 meski tayang pada pagi hari.
“Itu membuat peta pertelevisian berubah. Dahulu, ada riset pas kuis Siapa Berani? tayang, itu jalan-jalan di Jakarta agak sepi. Bahkan ada tren orang terlambat ke kantor atau buru-buru ke kantor biar bisa lihat kuis Siapa Berani?” imbuhnya.
Kuis ini kemudian berhasil bertahan hingga lima tahun di Indosiar, setahun di RCTI, setengah tahun di ANTV. Lalu, ketika di TVRI, saat Helmy menjadi Direktur Utama, pembawa acaranya berganti.
Helmy mengaku senang bisa terlibat di dalam kuis tersebut. Menurutnya, kuis ini telah membawa banyak perjalanan hebat di kariernya. Dia pun bersyukur karena kuis bertema pengetahuan, yang sering dianggap tak laku, bisa berubah berkat program yang dibuatnya tersebut. Terlebih, ini adalah program lokal, bukan hasil impor dari negeri orang.
Baca juga: Hypereport: Merawat Warisan Intelektual Lewat Restorasi Film Lawas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.