Menengok Pasar Novel Grafis & Potensinya untuk Pengembangan IP
15 January 2024 |
21:00 WIB
Belakangan, sejumlah penulis Indonesia gencar merilis novel grafis. Meski bukan jenis buku yang baru, minat pembaca terhadap novel grafis rupanya kini dinilai cukup besar. Kondisi ini pun membuat sejumlah penulis berlomba-lomba menyajikan novel grafis dengan cerita dan visual yang menarik.
Penulis Marchella Febritrisia Putri atau yang lebih dikenal Marchella FP baru-baru ini menerbitkan buku terbarunya berjudul Tabi. Buku ini merupakan karya cerita panjang perdana sang penulis yang disajikan dalam format novel grafis. Tabi menjadi buku keenam yang ditulis oleh Marchella FP.
Baca juga: Penulis Marchella FP Luncurkan Novel Grafis Tabi, Kisah Perempuan Berdamai dengan Luka
Novel populer Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono belum lama ini juga diterbitkan ulang dalam bentuk novel grafis oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. Selain itu, ada pula novel grafis Life as We Know It yang ditulis oleh penulis sekaligus ilustrator Muhammad Taufiq atau yang lebih dikenal dengan nama emte.
Tak ketinggalan, penulis Raiy Ichwana tengah merampungkan buku keenamnya berjudul Hibrida. Novel grafis bergenre supranatural dan fiksi-ilmiah itu merupakan buku lanjutan dari serial Senggang, yang sebelumnya telah menghadirkan novel Senggang (2014) dan Gama (2019). Hibrida, yang ditargetkan bakal rilis 24 Mei 2024, akan menjadi spin-off cerita karakter-karakter yang telah hadir dalam buku sebelumnya.
Raiy Ichwana mengamini jika minat pembaca Indonesia terhadap novel grafis saat ini cukup besar. Namun, menurutnya, minat yang besar itu belum dibarengi dengan banyaknya penulis di Tanah Air yang mau bereksplorasi dan menghadirkan ragam novel grafis untuk pembaca.
"Novel grafis memang ada market-nya yang didominasi kalangan milenial. Karena banyak dari mereka yang tumbuh dengan buku-buku dongeng bergambar, dan akhirnya sekarang membentuk market buku ilustrasi untuk orang dewasa karena inner child-nya terbangun," katanya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Di samping itu, penulis pemilik nama lengkap Rayinda Muhammad Ichwan itu juga menilai meningkatnya minat pembaca terhadap novel grafis lantaran tingginya minat terhadap keberagaman buku bacaan, alih-alih hanya membaca novel, cerpen, dan antologi cerpen. Hal inilah yang menurut Raiy mendorong penulis mulai menghadirkan karyanya dalam format novel grafis.
Secara global, pasar komik dan novel grafis juga dilaporkan terus menunjukkan tren yang stabil selama satu dekade, dan prospeknya masih cukup menjanjikan. Minat tersebut datang baik dari pembaca buku komik tradisional maupun pembaca baru yang tertarik dengan format tersebut
Terlebih, novel grafis kini hadir dengan genre yang beragam serta mencakup variasi tema dan topik, termasuk memoar, fiksi sejarah, fantasi, dan fiksi ilmiah. Diversifikasi genre ini telah menarik pembaca dari berbagai kelompok umur dan latar belakang, menjadikan pasar komik dan novel grafis lebih inklusif dan mudah diakses.
Baca juga: Review Novel Terbaru Karya Leila S. Chudori, Namaku Alam
Selain itu, kemajuan teknologi telah memfasilitasi produksi dan distribusi novel grafis, yang berkontribusi pada semakin populernya jenis bacaan ini. Tak terkecuali platform digital dan e-reader yang telah mempermudah pembaca untuk mengakses dan menikmati novel grafis, sehingga meningkatkan jangkauan dan potensi ukuran pasarnya.
Menukil dari laman Twinkl, novel grafis didefinisikan sebagai bentuk fiksi panjang yang menggunakan rangkaian gambar atau ilustrasi untuk menyajikan sebuah cerita. Novel grafis dapat berupa cerita yang berdiri sendiri, atau dapat berupa kumpulan antologi terbitan karya yang lebih kecil.
Format ini semakin populer dalam beberapa tahun terakhir karena pendekatannya yang inovatif dalam penyampaian cerita, yang memungkinkan penulis dan seniman menciptakan karya imersif dan menakjubkan secara visual, yang menarik bagi banyak pembaca.
Data dari Statista menyebutkan bahwa pasar komik dan novel grafis di Amerika Serikat dan Kanada mencapai US$1,2 miliar pada 2021. Angka tersebut meningkat signifikan dari data pada 2016 yang hanya sebesar US$405 juta.
Pendapatan itu dicatat dari total penjualan komik dan novel grafis baik secara toko fisik, daring, maupun pameran buku. Sementara untuk penjualan toko komik mencapai US$705 juta pada 2021, dan US$170 juta untuk penjualan komik dan novel grafis dalam format e-book.
Tokoh-tokoh fiksi dalam novel yang divisualisasikan bisa menjadi karakter IP milik penulis, dan membuka peluang kolaborasi yang luas dengan brand atau kreator lain, termasuk mengomersilkannya ke dalam berbagai bentuk dan platform.
"Penulis itu sudah pada sadar ketika bikin buku ilustrasi atau komik, bisa dipatenkan menjadi IP lalu menjadi value dan [sumber] cuan lain sehingga menjadi potensi bisnis baru. Karena kalau cuma dari royalti juga tidak cukup," kata Raiy.
Misalnya, kepopuleran buku ilustrasi Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) karya Marchella FP menjadikan karya tersebut diadaptasi dalam bentuk film layar lebar oleh sutradara Angga Dwimas Sasongko pada 2020. Setelah versi bukunya terjual sebanyak 300.000 eksemplar, film NKCTHI juga sukses menjadi box office dan mendatangkan 2 juta lebih penonton di bioskop.
Selain itu, Marchella juga mendirikan perusahaan Intellectual Property Management yang mengelola karya-karyanya dengan nama PT Kebahagiaan Itu Sederhana. Tak hanya itu, sang penulis juga mendirikan merek keduanya bernama Proud to Post It yang bergerak di bidang barang dagangan (merchandising).
Dia membuat beragam merchandise dari buku NKCTHI dan Kamu Terlalu Banyak Bercanda. Beberapa kutipan andalan dari buku itu dikreasikan ke dalam berbagai bentuk, mulai dari baju, kaos kaki, tas belacu (tote bag), enamel pin, pelindung telepon pintar (handphone casing), dan masih banyak lagi.
Baca juga: Hypereport Resolusi 2024: Mengulik Karya & Asa Para Penulis Muda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Penulis Marchella Febritrisia Putri atau yang lebih dikenal Marchella FP baru-baru ini menerbitkan buku terbarunya berjudul Tabi. Buku ini merupakan karya cerita panjang perdana sang penulis yang disajikan dalam format novel grafis. Tabi menjadi buku keenam yang ditulis oleh Marchella FP.
Baca juga: Penulis Marchella FP Luncurkan Novel Grafis Tabi, Kisah Perempuan Berdamai dengan Luka
Novel populer Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono belum lama ini juga diterbitkan ulang dalam bentuk novel grafis oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. Selain itu, ada pula novel grafis Life as We Know It yang ditulis oleh penulis sekaligus ilustrator Muhammad Taufiq atau yang lebih dikenal dengan nama emte.
Tak ketinggalan, penulis Raiy Ichwana tengah merampungkan buku keenamnya berjudul Hibrida. Novel grafis bergenre supranatural dan fiksi-ilmiah itu merupakan buku lanjutan dari serial Senggang, yang sebelumnya telah menghadirkan novel Senggang (2014) dan Gama (2019). Hibrida, yang ditargetkan bakal rilis 24 Mei 2024, akan menjadi spin-off cerita karakter-karakter yang telah hadir dalam buku sebelumnya.
Raiy Ichwana mengamini jika minat pembaca Indonesia terhadap novel grafis saat ini cukup besar. Namun, menurutnya, minat yang besar itu belum dibarengi dengan banyaknya penulis di Tanah Air yang mau bereksplorasi dan menghadirkan ragam novel grafis untuk pembaca.
"Novel grafis memang ada market-nya yang didominasi kalangan milenial. Karena banyak dari mereka yang tumbuh dengan buku-buku dongeng bergambar, dan akhirnya sekarang membentuk market buku ilustrasi untuk orang dewasa karena inner child-nya terbangun," katanya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Di samping itu, penulis pemilik nama lengkap Rayinda Muhammad Ichwan itu juga menilai meningkatnya minat pembaca terhadap novel grafis lantaran tingginya minat terhadap keberagaman buku bacaan, alih-alih hanya membaca novel, cerpen, dan antologi cerpen. Hal inilah yang menurut Raiy mendorong penulis mulai menghadirkan karyanya dalam format novel grafis.
Secara global, pasar komik dan novel grafis juga dilaporkan terus menunjukkan tren yang stabil selama satu dekade, dan prospeknya masih cukup menjanjikan. Minat tersebut datang baik dari pembaca buku komik tradisional maupun pembaca baru yang tertarik dengan format tersebut
Terlebih, novel grafis kini hadir dengan genre yang beragam serta mencakup variasi tema dan topik, termasuk memoar, fiksi sejarah, fantasi, dan fiksi ilmiah. Diversifikasi genre ini telah menarik pembaca dari berbagai kelompok umur dan latar belakang, menjadikan pasar komik dan novel grafis lebih inklusif dan mudah diakses.
Baca juga: Review Novel Terbaru Karya Leila S. Chudori, Namaku Alam
Selain itu, kemajuan teknologi telah memfasilitasi produksi dan distribusi novel grafis, yang berkontribusi pada semakin populernya jenis bacaan ini. Tak terkecuali platform digital dan e-reader yang telah mempermudah pembaca untuk mengakses dan menikmati novel grafis, sehingga meningkatkan jangkauan dan potensi ukuran pasarnya.
Menukil dari laman Twinkl, novel grafis didefinisikan sebagai bentuk fiksi panjang yang menggunakan rangkaian gambar atau ilustrasi untuk menyajikan sebuah cerita. Novel grafis dapat berupa cerita yang berdiri sendiri, atau dapat berupa kumpulan antologi terbitan karya yang lebih kecil.
Format ini semakin populer dalam beberapa tahun terakhir karena pendekatannya yang inovatif dalam penyampaian cerita, yang memungkinkan penulis dan seniman menciptakan karya imersif dan menakjubkan secara visual, yang menarik bagi banyak pembaca.
Data dari Statista menyebutkan bahwa pasar komik dan novel grafis di Amerika Serikat dan Kanada mencapai US$1,2 miliar pada 2021. Angka tersebut meningkat signifikan dari data pada 2016 yang hanya sebesar US$405 juta.
Pendapatan itu dicatat dari total penjualan komik dan novel grafis baik secara toko fisik, daring, maupun pameran buku. Sementara untuk penjualan toko komik mencapai US$705 juta pada 2021, dan US$170 juta untuk penjualan komik dan novel grafis dalam format e-book.
Peluang Pengembangan IP
Tak hanya dari sisi pembaca, tren minat yang besar terhadap novel grafis juga menjadi peluang bagi penulis untuk mengembangkan karyanya sebagai intellectual property (IP) yang lebih luas.Tokoh-tokoh fiksi dalam novel yang divisualisasikan bisa menjadi karakter IP milik penulis, dan membuka peluang kolaborasi yang luas dengan brand atau kreator lain, termasuk mengomersilkannya ke dalam berbagai bentuk dan platform.
"Penulis itu sudah pada sadar ketika bikin buku ilustrasi atau komik, bisa dipatenkan menjadi IP lalu menjadi value dan [sumber] cuan lain sehingga menjadi potensi bisnis baru. Karena kalau cuma dari royalti juga tidak cukup," kata Raiy.
Misalnya, kepopuleran buku ilustrasi Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) karya Marchella FP menjadikan karya tersebut diadaptasi dalam bentuk film layar lebar oleh sutradara Angga Dwimas Sasongko pada 2020. Setelah versi bukunya terjual sebanyak 300.000 eksemplar, film NKCTHI juga sukses menjadi box office dan mendatangkan 2 juta lebih penonton di bioskop.
Selain itu, Marchella juga mendirikan perusahaan Intellectual Property Management yang mengelola karya-karyanya dengan nama PT Kebahagiaan Itu Sederhana. Tak hanya itu, sang penulis juga mendirikan merek keduanya bernama Proud to Post It yang bergerak di bidang barang dagangan (merchandising).
Dia membuat beragam merchandise dari buku NKCTHI dan Kamu Terlalu Banyak Bercanda. Beberapa kutipan andalan dari buku itu dikreasikan ke dalam berbagai bentuk, mulai dari baju, kaos kaki, tas belacu (tote bag), enamel pin, pelindung telepon pintar (handphone casing), dan masih banyak lagi.
Baca juga: Hypereport Resolusi 2024: Mengulik Karya & Asa Para Penulis Muda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.