Ilustrasi penulis sedang membuat karya (Sumber gambar: Unsplash/Nick Morrison)

Hypereport Resolusi 2024: Mengulik Karya & Asa Para Penulis Muda

15 January 2024   |   16:15 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Rayinda Muhammad Ichwan tampak bungah. Penulis yang dikenal dengan nama Raiy Ichwana itu tengah merampungkan buku keenamnya berjudul Hibrida. Novel grafis bergenre supranatural dan fiksi-ilmiah itu merupakan buku lanjutan dari serial Senggang, yang sebelumnya telah menghadirkan novel Senggang (2014) dan Gama (2019).

Hibrida, yang ditargetkan rilis 24 Mei 2024, akan menjadi spin-off cerita karakter-karakter yang sebelumnya telah hadir dalam buku Senggang dan Gama. Namun, lantaran masih dalam proses penulisan, Raiy belum bisa membeberkan dengan detail karakter apa saja yang akan hadir dalam buku barunya itu.

Di samping itu, sang penulis juga memastikan bahwa akan hadir pula karakter-karakter baru yang akan ikut mewarnai semesta Senggang. Dari segi latar waktu cerita, kisah dalam novel Hibrida akan menjadi penghubung antara buku Senggang dan Gama.

"Karakter-karakternya sebenarnya sudah pernah aku spill sebelumnya di media sosial dan beberapa proyek kolaborasi. Jadi nanti ada karakter baru namanya Prabu Gasmara dan Mima di buku Hibrida," katanya kepada Hypeabis.id, Jumat (12/1/2024). 

Baca juga: Hypereport Resolusi 2024: Cerita Para Seniman yang Terus Menggores Pesan di Atas Kanvas 
 

Seperti judulnya, Raiy bercerita bahwa novel Hibrida akan lebih banyak mengupas kisah tentang karakter manusia Hibrida yang sebelumnya telah muncul dalam novel Gama. Bagi pembaca yang telah mengikuti kisahnya, akan disuguhkan cerita asal muasal dari karakter Hibrida tersebut. Termasuk, kisah Mima dan Prabu Gasmara, sang raja alam gaib dari Alas Moyo.

Berbeda dari dua seri sebelumnya, karya Hibrida akan disuguhkan dalam bentuk novel grafis. Hal itu dipilih Raiy lantaran menurutnya karakter Hibrida memiliki cerita latar belakang yang menarik, dan kehadiran ilustrasi visual akan lebih memantik imajinasi pembaca tentang karakter tersebut.

"Ini [Hibrida] memang akan lebih dominan gambarnya dibandingkan tulisannya, tapi bukan berarti mematikan imajinasi pembaca. Tetap ada pancingan-pancingan yang akan bisa memantik imajinasi pembaca," katanya.

Selain kehadiran lebih banyak ilustrasi, hal lain yang juga membedakan Hibrida dengan dua seri sebelumnya yakni eksplorasi cerita supranatural yang akan lebih dominan, termasuk unsur drama keluarga. Hal ini berbeda dengan buku Senggang dan Gama yang lebih banyak mengeksplorasi dari sisi fiksi-ilmiahnya. 

 
Diakui oleh Raiy kehadiran novel Hibrida tak terlepas dari keinginan para pembaca yang mengharapkan adanya kisah spin-off dari dua buku serial Senggang. Meski demikian, sebagai penulis, dia ingin buku barunya itu juga bisa menjangkau pasar pembaca yang baru.

Salah satu caranya dengan lebih menonjolkan penceritaan karakter baru, alih-alih menggunakan tokoh yang telah dikenal sebelumnya, sehingga menjadi kejutan tersendiri bagi pembaca.

Dua novel serial Senggang sebelumnya memang telah memiliki pembaca setianya. Novel Senggang yang diterbitkan pada 2016 kini telah memasuki cetakan ke-10. Begitu juga dengan novel Gama yang terbit pada 2019, kini telah memasuki cetakan ke-6 hingga tahun 2023.

Lantaran minat yang cukup besar terhadap dua buku itu, terbentuklah komunitas Semesta Senggang yang dibuat secara organik oleh para pembaca setia novel seri tersebut, yang lantas diberi nama Rekan Semesta.

Dengan komunitas pembaca setianya itu, Raiy juga aktif mengadakan kelas menulis kreatif, yang diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan mulai dari ibu rumah tangga, aparatur sipil negara, karyawan swasta, hingga jurnalis.

Dari kelas itu, Rekan Semesta akhirnya menerbitkan buku digital berjudul Cerita Tak Bersyarat, kumpulan cerita dari tokoh-tokoh yang ada di novel Senggang dan Gama, tapi direkayasa ulang sehingga memiliki semestanya sendiri. Seluruh cerita tersebut dikurasi langsung oleh Raiy dan tim penerbit, dan menjadi bagian dari intellectual property (IP) dari serial Senggang.

"Kehadiran mereka tentunya penting dan sangat memotivasi aku. Sekarang itu aku sebagai penulis bukan cuma untuk karier, tapi juga profesi yang punya makna untuk orang-orang di sekitar aku seperti mereka yang sudah menjadi support system aku," katanya.

Untuk tahun 2024, Raiy mengaku menargetkan hanya akan merilis buku Hibrida. Kendati begitu, tidak menutup kemungkinan dia akan menulis buku lain juga pada tahun ini dengan mengeksplorasi genre dan penceritaan yang berbeda, misalnya novel romansa metro pop dewasa. "Kalau memang ada waktunya. Karena aku enggak mau jadi penulis yang terpaku dengan satu tema saja," ucapnya.

Tak hanya itu, untuk mengembangkan IP dari Semesta Senggang, dia juga akan berkolaborasi dengan beberapa event dan brand, salah satunya toko roti Ann's Bakehouse & Creamery yang berjalan hingga akhir tahun. Termasuk, membuat proyek audio visual dari IP Semesta Senggang. 

Baca juga: Hypereport Resolusi 2024: Eksplorasi Baru Sineas Lokal Wujudkan Film yang Lebih Berwarna

Di tengah peluang dan sederet rencana itu, Raiy tak menampik bahwa profesi penulis sampai saat ini juga masih menghadapi beberapa tantangan serius, utamanya terkait pembajakan. Dia mengaku masih menemukan buku-bukunya dibajak oleh orang-orang tidak bertanggung jawab baik dalam bentuk digital maupun cetak.

Selain itu, hal lain yang menurutnya cukup menjadi tantangan juga yakni kian masifnya kehadiran para penulis baru di berbagai platform. "Itu menjadi tantangan bagaimana kami bisa survive di tengah gempuran platform yang bisa bikin orang menulis dan menerbitkan buku dengan gratis," ujarnya.

Namun, di tengah kondisi menantang itu, Raiy tak gentar untuk terus berkarya. Sebaliknya, menurutnya, penting untuk adaptif dengan kemajuan teknologi salah satunya dengan mengkomersilkan kekayaan IP yang dipunya oleh penulis. Misalnya, berkolaborasi dengan perusahaan gim online untuk menciptakan skin character dari tokoh-tokoh fiksi.

"Sebenarnya banyak cara untuk penulis berkarya dengan story-telling dan mendapatkan royalti, untuk menyiasati pembajakan. Jadi penulis harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, sistem, dan informasi," tambahnya. 

2024 juga menjadi tahun yang penuh pengharapan bagi penulis Wicak Hidayat. Dia belum lama ini telah menerbitkan novel pertamanya berjudul Perjamuan Arwah. Meski demikian, Wicak bukan orang baru dalam dunia kepenulisan. Sebelumnya, Wicak aktif menulis baik fiksi maupun non-fiksi dalam berbagai proyek kolektif.

Pada 2021, ceritanya yang bertajuk Buku Merah telah dijadikan sebuah film pendek untuk tayang di festival film di Malaysia. Cerpennya yang berjudul Merah Pedas, telah terbit di harian Kompas dan masuk dalam antologi Hujan Klise (Penerbit Buku Kompas, 2018). Kini, dengan menerbitkan novel Perjamuan Arwah, Wicak mantap untuk berkarier sebagai penulis.
 

Mengangkat genre fantasi gelap (dark fantasy), novel Perjamuan Arwah berkisah tentang Mira yang meminta bantuan adiknya, Jay, untuk melunasi hutang pinjaman online (pinjol) yang menjeratnya.

Namun, sang adik yang memiliki pekerjaan lebih stabil dari Mira tiba-tiba menghilang. Kejadian itu membawa Mira pada upaya pencarian yang malah membuatnya terjebak dalam ritual gelap terkait kejahatan masa lalu.

Di meja perjamuan dalam ritual tersebut, setiap orang punya keinginan terpendam yang harus diwujudkan. Untuk memenuhinya, ada harga yang harus dibayar. Mira harus menanggung konsekuensi demi bisa menemukan sang adik kembali.

Inspirasi Wicak untuk mengeksplorasi cerita-cerita fantasi gelap tak terlepas dari mitos-mitos yang mengelilinginya sejak kecil tinggal di Depok, Jawa Barat.

Salah satunya yakni berdirinya sebuah pohon beringin besar yang tumbuh di rumah masa kecilnya di Perumnas Depok, yang 'merangkul' sebuah pohon kelapa, hingga dijuluki sebagai 'Pohon Kawin'.

"Pohon itu cukup menjadi sumber-sumber cerita dan mitos-mitos lokal yang membangkitkan imajinasi orang-orang di sekitar situ. Karena terbiasa mendengar cerita seperti itu, jadi terbiasa untuk berpikir dan memiliki imajinasi yang agak gelap seperti itu, walaupun bukan menulis pengalaman sendiri," katanya.

Selain berangkat dari memori masa kecilnya, dalam menulis novel Perjamuan Arwah, Wicak juga dipengaruhi oleh cerita-cerita fantasi dari buku-buku lain seperti Harry Potter dan The Lord of the Rings. Termasuk, buku-buku fantasi dari sejumlah penulis populer seperti Neil Gaiman, Coraline, Alan Moore, dan American Gods.

Tak mudah bagi Wicak untuk menerbitkan novel pertamanya. Meski telah menyukai dunia tulis-menulis sejak dulu, dia mengaku sempat tak mengerti bagaimana caranya untuk menulis buku fiksi dengan struktur yang baik. Akhirnya, pada 2019, dia mengikuti kelas menulis yang dipandu oleh penulis kenamaan Salman Aristo. Dari kelas itu, dia menjadi mengerti teknis kerangka kerja menulis yang lebih terarah.

"Dari situ ditambah pandemi jadi banyak waktu di rumah, akhirnya mulai menulis draf novel pertama. Setelah naskahnya ditolak beberapa kali, akhirnya baru diterima sama Elex Media Komputindo akhir tahun lalu [2023]," ucapnya. 

Dalam meramu novel pertamanya ini, Wicak mencoba menghadirkan kisah-kisah fantasi gelap dengan lebih menekankan sisi horor dibandingkan dengan tulisan-tulisan sebelumnya. Sementara dari segi teknik, dia mencoba menghadirkan section yang lebih pendek, agar menciptakan phasing atau pentahapan emosi cerita yang lebih cepat.

"Saya mikirnya pembaca novel ini orang-orang yang senang dengan cerita-cerita horor yang tidak biasa dan lebih ke arah dark fantasy. Pembaca yang suka karya-karyanya Neil Gaiman dan Stephen King, karya-karya yang memotret kenyataan dan hal-hal di balik kenyataan itu sendiri, " tuturnya.

Diakui oleh Wicak menjangkau kelompok pembaca semacam itu termasuk kalangan pembaca yang lebih luas menjadi tantangan tersendiri baginya. Menurutnya, penulis saat ini tidak bisa hanya mengandalkan penerbit untuk mempromosikan karyanya. Penulis, katanya, juga harus bisa mendorong upaya promosi bukunya sendiri dengan berbagai cara misalnya melalui media sosial.

"Tahun ini akan coba upaya-upaya promosi marketing yang lebih kreatif. Tapi saat ini pakai mekanisme awal dulu, dari jaringan-jaringan yang ada dulu, nanti baru pakai upaya marketing lain seperti paid promotion. Targetnya minimal ingin best seller," imbuhnya.

Di samping mengupayakan target pembaca yang luas, Wicak juga memiliki sejumlah rencana yang secara bertahap akan direalisasikannya, mulai dari membuat sekuel dari novel Perjamuan Arwah, mengembangkan karyanya menjadi IP yang lebih luas, hingga membentuk komunitas penggemar kisah-kisah fantasi gelap. 

Baca juga: Hypereport Resolusi 2024: Rancang Bangun Arsitektur dengan Nilai Kearifan Lokal & Konsep Hijau

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Tom Cruise Bakal Beraksi Lagi di Top Gun 3

BERIKUTNYA

TikTok atau Shopee, Siapa Pemimpin Tren Belanja Live Streaming di Indonesia?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: