Mencicipi Sroto Banyumas di Jakarta, Kuliner yang Masuk Kekayaan Intelektual Komunal
14 January 2024 |
19:00 WIB
Mendiang Bondan Winarno menganalogikan Jakarta seperti salad bowl. Bagi foodie yang ikonik dengan jargon maknyus tersebut, kota ini tak ubahnya seperti mangkuk tempat berkumpulnya kekayaan kuliner dari berbagai penjuru Indonesia.
Jakarta, sebagai ibu kota negara dan pusat bisnis adalah magnet perantau dari segenap pelosok Nusantara. Para pendatang tersebut menyinggahi kota ini dengan membawa ikon dan keragaman yang unik, termasuk dalam hal makanan.
Hingga hari ini, hampir semua cita rasa kuliner dari berbagai daerah ada di Jakarta. Termasuk, salah satu di antaranya adalah Sroto Banyumas.
Baca juga: Mendoan khas Banyumas Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda
Sesuai dengan namanya, Sroto Banyumas berasal dari Kabupaten Banyumas. Daerah yang berada di barat Jawa Tengah ini punya variasi soto yang berbeda dengan wilayah lain. Sroto atau soto adalah bagian dari seranai panjang kekayaan kuliner Indonesia yang dianggap banyak peneliti makanan termasuk Bondan Winarno, kerap kali bersifat provinsial dan terroir (karakteristik lokal).
Maksudnya, meski sebuah kuliner memiliki nama yang sama, itu bisa punya banyak versi di setiap daerah yang berbeda. Sroto Banyumas adalah bagian dari variasi kelokalan tersebut.
Selain sroto, rendang juga sebenarnya punya banyak versi, rendang Payakumbuh berbeda dengan rendang Kapau. Lalu, ada sate Padang yang cita rasa dari daerah Pariaman tak sama dengan Danguang-danguang, berbeda pula ketika dibandingkan dengan versi Padang Panjang.
Sroto Banyumas punya keunikan yang khas. Jika soto pada umumnya memiliki kuah kuning pekat, sroto Banyumas cenderung lebih bening dengan rasa rempah yang kuat dan selalu diberi sambal kacang sebagai pelengkapnya.
Mencari sroto Banyumas di Jakarta sebenarnya tak terlalu sulit. Jika mengetik kata kunci “Sroto Banyumas Jakarta” di Google, sekiranya akan ada 20 lebih lokasi yang direkomendasikan. Kali ini, Hypeabis.id menjajal salah satunya.
Pilihannya jatuh pada rumah makan Sroto & Mendoan Eling-eling. Warung makan yang terletak di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur ini dari kejauhan sudah cukup menarik perhatian. Sebuah papan reklame cukup besar bertuliskan Sroto & Mendoan cukup menjelaskan kuliner apa yang akan didapati jika menyinggahinya.
Setelah memarkirkan kendaraan, penulis bergegas masuk. Di bagian dalamnya, tempat ini memiliki interior yang khas seperti rumah makan keluarga pada umumnya. Beberapa meja makannya diset untuk diisi cukup banyak orang, meski juga punya alternatif duduk lesehan di bagian kanan ruangannya.
Sroto & Mendoan Eling-Eling adalah rumah makan yang telah berdiri sejak 1985. Awal mula dibuatnya rumah makan ini adalah karena pemiliknya, Sukimin, merasa kangen dengan masakan dari kampung halamannya. Untuk mengobati kerinduannya, dia mencoba-coba meracik sroto dari daerah asalnya tersebut.
Setelah menemukan resep yang pas, rumah makan ini pun berdiri. Meski berkali-kali merugi karena ketidakjujuran pegawai dan lokasi yang kurang strategis, Sukimin gigih menyebarkan cita rasa kuliner dari kampungnya ini kepada warga ibu kota.
Hingga akhirnya, rumah makan Sroto & Mendoan Eling-Eling terus berkembang dan kini telah memiliki beberapa cabang di Tebet, Blok M, Galaxy, dan di Rawamangun.
“Wong jujur ya ana hasile (orang jujur pasti ada hasilnya, Red)” demikian semboyan dan wejangan Sukimin yang juga dipampang di dinding rumah makannya.
Sesuai dengan nama rumah makannya, sroto dan mendoan adalah dua menu yang jadi andalannya. Untuk sroto, ada beberapa varian yang bisa dipilih, yakni sroto ayam, sroto daging, sroto komplit, sroto istimewa, dan sroto campur.
Seorang pelayan menyapa ramah, menanyakan pesanan, tidak lama setelah penulis duduk di salah satu kursi. Penulis pun segera memesan sroto daging, mendoan, dan es teh manis. Tak butuh waktu lama, pesanan datang.
Baca juga: Gurihnya Soto Betawi Haji Ma'ruf, Kuahnya Dibuat dari Susu
Semangkuk sroto Banyumas dengan sedikit asap yang mengepul dari kuah panasnya kini tersaji di atas meja. Dalam semangkuk sroto, terdapat daging, taoge, daun bawang, bawang goreng, dan taburan kerupuk merah di atasnya. Sroto ini disajikan dengan ketupat yang telah diiris-iris dan dihidangkan secara terpisah.
Kuahnya berwarna bening, sedikit kekuningan, dengan aroma rempah yang kuat. Kerupuk merah di sroto ini bukan berfungsi untuk menghasilkan tekstur kriuk. Justru, kerupuk dibiarkan tenggelam di dalam kuahnya, lalu akan menciptakan kesan melempem yang memunculkan tekstur kenyal dan rasa gurih.
Ketika diicip, sroto Banyumas punya tipikal kuah yang segar, berempah, dan diselingi manis yang samar. Pada umumnya, kuah ini didapat dari kaldu daging sapi sandung lamur yang dimasak lama. Kemudian, dicampur berbagai bahan lain, dari kunyit, lengkuas, jahe, kemiri, bawang merah, bawang putih, dan berbagai bumbu rahasia lain.
Namun, kelezatan yang dirasa ini baru setengah. Sroto Banyumas tak pernah lengkap tanpa racikan tambahan dari sambalnya yang khas. Bukan sambal cabe rawit seperti soto pada umumnya, melainkan sambal kacang. Ini yang memunculkan cita rasa tiada duanya.
Sekilas, sambal kacang ini mirip bumbu kacang pada pecel meski secara rasa berbeda. Teksturnya pun lebih encer. Seluruh kondimen kemudian bercampur dalam semangkuk kenikmatan yang memberikan rasa maknyus di setiap suapannya. Tak terasa, semangkuk sroto telah habis dalam sekejap.
Selepas menyesap sroto, tak lengkap rasanya bila tak menyantap kudapan asal Banyumas lain, yakni mendoan. Dengan kondisi mengilap, sedikit berasap karena masih panas, tempe berbentuk kotak ini begitu menggoda untuk segera disantap
Dalam gigitan pertama, mendoan akan memberikan perpaduan empuknya tempe dan garing tepung yang digoreng sebentar di dalam kuah minyak panas. Rasa khas daun bawang yang jadi campuran tepung Mendoan ini juga masih terasa.
Semua berpadu di dalam mulut dan menciptakan sensasi yang wah. Meski bagi sebagian orang mungkin akan merasa sedikit berminyak, tetapi tempe yang dimasak setengah matang ini tak pernah gagal menggoda siapa saja dengan rasanya yang begitu khas dan gurih.
Sroto Banyumas dan mendoan adalah dua kuliner tradisional yang patut dicoba di Jakarta. Jika tak sempat pergi ke tempat asalnya, kuliner ini cukup mudah ditemui di beberapa kota besar lain di Indonesia. Namun, tentu sebagai penjelajah kuliner, suatu saat mesti menjajal kudapan asli di tempat asalnya.
Sroto asal Banyumas ini sekarang juga sudah terdaftar sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Kemenkumham RI. Ini artinya, sroto sudah menjadi kekayaan intelektual milik masyarakat atau umum yang wajib dijaga kelestariannya.
Kepemilikan KIK berbeda dari KI pada umumnya karena bersifat kelompok. KIK biasanya diberikan untuk kekayaan intelektual yang berupa ekspresi budaya tradisional (EBT), pengetahuan tradisional (PT), sumber daya genetik (SGD), dan potensi indikasi geografis yang merupakan identitas suatu kelompok atau masyarakat.
Baca juga: Mencicipi Lezatnya Nasi Campur Ayam di Warung Bali Pak Gede
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Jakarta, sebagai ibu kota negara dan pusat bisnis adalah magnet perantau dari segenap pelosok Nusantara. Para pendatang tersebut menyinggahi kota ini dengan membawa ikon dan keragaman yang unik, termasuk dalam hal makanan.
Hingga hari ini, hampir semua cita rasa kuliner dari berbagai daerah ada di Jakarta. Termasuk, salah satu di antaranya adalah Sroto Banyumas.
Baca juga: Mendoan khas Banyumas Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda
Sesuai dengan namanya, Sroto Banyumas berasal dari Kabupaten Banyumas. Daerah yang berada di barat Jawa Tengah ini punya variasi soto yang berbeda dengan wilayah lain. Sroto atau soto adalah bagian dari seranai panjang kekayaan kuliner Indonesia yang dianggap banyak peneliti makanan termasuk Bondan Winarno, kerap kali bersifat provinsial dan terroir (karakteristik lokal).
Maksudnya, meski sebuah kuliner memiliki nama yang sama, itu bisa punya banyak versi di setiap daerah yang berbeda. Sroto Banyumas adalah bagian dari variasi kelokalan tersebut.
Selain sroto, rendang juga sebenarnya punya banyak versi, rendang Payakumbuh berbeda dengan rendang Kapau. Lalu, ada sate Padang yang cita rasa dari daerah Pariaman tak sama dengan Danguang-danguang, berbeda pula ketika dibandingkan dengan versi Padang Panjang.
Sroto Banyumas punya keunikan yang khas. Jika soto pada umumnya memiliki kuah kuning pekat, sroto Banyumas cenderung lebih bening dengan rasa rempah yang kuat dan selalu diberi sambal kacang sebagai pelengkapnya.
Berburu Sroto Banyumas di Jakarta
Mencari sroto Banyumas di Jakarta sebenarnya tak terlalu sulit. Jika mengetik kata kunci “Sroto Banyumas Jakarta” di Google, sekiranya akan ada 20 lebih lokasi yang direkomendasikan. Kali ini, Hypeabis.id menjajal salah satunya.Pilihannya jatuh pada rumah makan Sroto & Mendoan Eling-eling. Warung makan yang terletak di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur ini dari kejauhan sudah cukup menarik perhatian. Sebuah papan reklame cukup besar bertuliskan Sroto & Mendoan cukup menjelaskan kuliner apa yang akan didapati jika menyinggahinya.
Setelah memarkirkan kendaraan, penulis bergegas masuk. Di bagian dalamnya, tempat ini memiliki interior yang khas seperti rumah makan keluarga pada umumnya. Beberapa meja makannya diset untuk diisi cukup banyak orang, meski juga punya alternatif duduk lesehan di bagian kanan ruangannya.
Berburu Sroto Banyumas di Jakarta (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Setelah menemukan resep yang pas, rumah makan ini pun berdiri. Meski berkali-kali merugi karena ketidakjujuran pegawai dan lokasi yang kurang strategis, Sukimin gigih menyebarkan cita rasa kuliner dari kampungnya ini kepada warga ibu kota.
Hingga akhirnya, rumah makan Sroto & Mendoan Eling-Eling terus berkembang dan kini telah memiliki beberapa cabang di Tebet, Blok M, Galaxy, dan di Rawamangun.
“Wong jujur ya ana hasile (orang jujur pasti ada hasilnya, Red)” demikian semboyan dan wejangan Sukimin yang juga dipampang di dinding rumah makannya.
Sesuai dengan nama rumah makannya, sroto dan mendoan adalah dua menu yang jadi andalannya. Untuk sroto, ada beberapa varian yang bisa dipilih, yakni sroto ayam, sroto daging, sroto komplit, sroto istimewa, dan sroto campur.
Seorang pelayan menyapa ramah, menanyakan pesanan, tidak lama setelah penulis duduk di salah satu kursi. Penulis pun segera memesan sroto daging, mendoan, dan es teh manis. Tak butuh waktu lama, pesanan datang.
Baca juga: Gurihnya Soto Betawi Haji Ma'ruf, Kuahnya Dibuat dari Susu
Berburu Sroto Banyumas di Jakarta (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Kuahnya berwarna bening, sedikit kekuningan, dengan aroma rempah yang kuat. Kerupuk merah di sroto ini bukan berfungsi untuk menghasilkan tekstur kriuk. Justru, kerupuk dibiarkan tenggelam di dalam kuahnya, lalu akan menciptakan kesan melempem yang memunculkan tekstur kenyal dan rasa gurih.
Ketika diicip, sroto Banyumas punya tipikal kuah yang segar, berempah, dan diselingi manis yang samar. Pada umumnya, kuah ini didapat dari kaldu daging sapi sandung lamur yang dimasak lama. Kemudian, dicampur berbagai bahan lain, dari kunyit, lengkuas, jahe, kemiri, bawang merah, bawang putih, dan berbagai bumbu rahasia lain.
Namun, kelezatan yang dirasa ini baru setengah. Sroto Banyumas tak pernah lengkap tanpa racikan tambahan dari sambalnya yang khas. Bukan sambal cabe rawit seperti soto pada umumnya, melainkan sambal kacang. Ini yang memunculkan cita rasa tiada duanya.
Sekilas, sambal kacang ini mirip bumbu kacang pada pecel meski secara rasa berbeda. Teksturnya pun lebih encer. Seluruh kondimen kemudian bercampur dalam semangkuk kenikmatan yang memberikan rasa maknyus di setiap suapannya. Tak terasa, semangkuk sroto telah habis dalam sekejap.
Kuliner Mendoan (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Dalam gigitan pertama, mendoan akan memberikan perpaduan empuknya tempe dan garing tepung yang digoreng sebentar di dalam kuah minyak panas. Rasa khas daun bawang yang jadi campuran tepung Mendoan ini juga masih terasa.
Semua berpadu di dalam mulut dan menciptakan sensasi yang wah. Meski bagi sebagian orang mungkin akan merasa sedikit berminyak, tetapi tempe yang dimasak setengah matang ini tak pernah gagal menggoda siapa saja dengan rasanya yang begitu khas dan gurih.
Sroto Banyumas dan mendoan adalah dua kuliner tradisional yang patut dicoba di Jakarta. Jika tak sempat pergi ke tempat asalnya, kuliner ini cukup mudah ditemui di beberapa kota besar lain di Indonesia. Namun, tentu sebagai penjelajah kuliner, suatu saat mesti menjajal kudapan asli di tempat asalnya.
Sroto asal Banyumas ini sekarang juga sudah terdaftar sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Kemenkumham RI. Ini artinya, sroto sudah menjadi kekayaan intelektual milik masyarakat atau umum yang wajib dijaga kelestariannya.
Kepemilikan KIK berbeda dari KI pada umumnya karena bersifat kelompok. KIK biasanya diberikan untuk kekayaan intelektual yang berupa ekspresi budaya tradisional (EBT), pengetahuan tradisional (PT), sumber daya genetik (SGD), dan potensi indikasi geografis yang merupakan identitas suatu kelompok atau masyarakat.
Baca juga: Mencicipi Lezatnya Nasi Campur Ayam di Warung Bali Pak Gede
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.