Bisnis Angkringan, Ikon Kuliner dan Kisah Sukses Pengusaha Muda
04 January 2024 |
19:30 WIB
1
Like
Like
Like
Bisnis angkringan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Angkringan, warung kecil yang menyajikan berbagai hidangan ringan dan minuman dengan harga terjangkau, tidak hanya menjadi tempat kuliner, tetapi juga menjadi ikon budaya dan pusat interaksi sosial.
Angkringan yang berasal dari bahasa Jawa 'angkring' yang bisa diartikan sebagai alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikulannya berbentuk melengkung ke atas.
Namun dalam perkembangannya angkringan berwujud sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kemudian menyebar di banyak daerah di Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis angkringan terus menanjak popularitasnya, terutama di perkotaan, di mana masyarakat mencari pengalaman kuliner yang autentik dan terjangkau.
Baca Juga: Contek 3 Strategi Bisnis Soto Angkringan Mas Boed yang Tetap Eksis Belasan Tahun
Keberadaan angkringan bukan hanya sebagai penyedia makanan, tetapi juga sebagai wadah untuk berkumpul, berbincang, dan merasakan atmosfer kebersamaan yang khas.
Bisnis angkringan juga mencerminkan daya tahan dan adaptasi dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Dengan menyajikan hidangan-hidangan tradisional yang lezat dengan harga yang bersahabat, angkringan menjadi pilihan favorit untuk kalangan pelajar, pekerja, hingga para penggemar kuliner.
Faktor ini tidak hanya memperkuat posisi angkringan dalam ranah kuliner lokal, tetapi juga memberikan kontribusi pada keberlanjutan ekonomi lokal dan pelestarian kuliner tradisional.
Buat kalian Genhype yang ingin buka usaha angkringan bisa baca artikel Hypeabis berikut ini.
Dalam bahan baku untuk bisnis angkringan, seperti nasi, telur, dan bumbu-bumbu, umumnya lebih mudah ditemukan dan dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau.
Salah satu pelaku usaha bisnis angkringan adalah Muhammad Khori (24) yang akrab disapa Kori. Dia memulai usaha ini sejak lulus sekolah bersama dua orang sahabatnya. Modalnya, patungan.
Ide usaha ini awalnya muncul dari salah seorang temannya yang mengajak untuk membuka usaha angkringan karena dia mempunyai gerobak bekas yang masih bisa dimanfaatkan. Kori dan temannya lalu hanya tinggal membeli bahan dan peralatan untuk memulai usaha ini.
Baca Juga: Omzet Angkringan Ini Naik 50% Usai Adopsi Layanan Digital
Mereka bertiga setiap harinya berjualan di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan dari menjelang matahari terbenam hingga tengah malam. Aneka makanan yang mereka sajikan juga beragam mulai dari sate-satean (usus, telur puyuh dan lain-lain), gorengan, wedang jahe, susu jahe, kopi, teh manis, dan masih banyak lagi.
“Kalau penghasilan bersih yang kami dapatkan itu dalam semalam bisa sekitar Rp150.000 hingga Rp200.000, jadi dalam sebulan kami bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp6 juta dan itu semua sudah lepas dari keperluan lain seperti stok bahan dan sewa tempat,” terang Kori.
Tantangan terbesar yang mereka alami selama menjalani usaha angkringan ini adalah pada saat masa pandemi Covid-19 lalu, Kori mengatakan kalau usaha mereka hampir gulung tikar karena mengalami penurunan omzet akibat hal tersebut.
Dia mengaku pada masa tersebut, pernah dalam suatu malam hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp35.000, dan dari kejadian tersebut mereka mengalami kerugian yang besar.
Baca Juga: Angkringan hingga Fine Dining, Intip 4 Hidden Gem Kuliner di Malang
Menu angkringan milik Kori dan temannya itu sedikit berbeda dengan angkringan umumnya, Mereka menyediakan menu roti goreng, dimsum dan burger.
Menu makanan tersebut adalah sebuah inovasi dengan tujuan menarik pembeli yang masih muda.
“Dalam mengembangkan usaha ini, rencananya kami berniat mempromosikan tempat angkringan kami agar bisa menjangkau masyarakat lebih jauh. Kami mencoba membuat konten menarik seputar angkringan kami seperti di TikTok dan media sosial lainnya,” pungkas Kori.
Range harga makanan yang dijual dalam angkringan Wahyu mulai dari Rp3.000 sampai Rp10.000. Wahyu mengaku, dalam sebulan dia mendapat keuntungan sebesar Rp10 juta, di luar modal operasional.
“Tantangan terberat yang saya alami selama menjalani usaha ini adalah ketika mengalami sepi pembeli. Bagi saya usaha ini tidak bisa selalu stabil, oleh karena itu terkadang penghasilan yang diperoleh bisa tidak terduga,” kata Wahyu.
Baca Juga: Menjaring Peluang Usaha Ikan Hias, Cek Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Dalam mencegah kerugian pada usaha angkringannya, Wahyu mempunyai cara. Dia akan menganalisis data penjualan sebelumnya, produk mana yang paling laku dan yang kurang laku, dari hal tersebut maka dia akan menyediakan barang yang lebih banyak dari produk yang laku.
Meskipun banyak pesaing dalam usaha angkringan, Wahyu mengatakan dirinya tidak merasa keberatan. Baginya, sebanyak apapun pesaing dalam usaha ini, yang terpenting adalah citranya kepada pembeli, karena kesan yang baik bisa membuat para pembeli berlangganan di tempatnya.
"Dominan peminat makanan angkringan ini anak muda dan biasanya mulai ramai dari jam 7 sampai jam 12 malam. Untuk menu yang paling laku adalah sate – satean” ujar Wahyu.
Dalam mengembangkan usahanya, Wahyu berencana untuk membuka cabang baru di tempat lain dan mencari orang yang bisa dia percaya untuk memegang tempat tersebut. Tidak hanya itu saja, dia juga ingin mempromosikan angkringannya lewat sosial media agar semakin luas jangkauannya dalam berjualan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: M. Taufikul Basari
Angkringan yang berasal dari bahasa Jawa 'angkring' yang bisa diartikan sebagai alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikulannya berbentuk melengkung ke atas.
Namun dalam perkembangannya angkringan berwujud sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kemudian menyebar di banyak daerah di Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis angkringan terus menanjak popularitasnya, terutama di perkotaan, di mana masyarakat mencari pengalaman kuliner yang autentik dan terjangkau.
Baca Juga: Contek 3 Strategi Bisnis Soto Angkringan Mas Boed yang Tetap Eksis Belasan Tahun
Keberadaan angkringan bukan hanya sebagai penyedia makanan, tetapi juga sebagai wadah untuk berkumpul, berbincang, dan merasakan atmosfer kebersamaan yang khas.
Bisnis angkringan juga mencerminkan daya tahan dan adaptasi dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Dengan menyajikan hidangan-hidangan tradisional yang lezat dengan harga yang bersahabat, angkringan menjadi pilihan favorit untuk kalangan pelajar, pekerja, hingga para penggemar kuliner.
Faktor ini tidak hanya memperkuat posisi angkringan dalam ranah kuliner lokal, tetapi juga memberikan kontribusi pada keberlanjutan ekonomi lokal dan pelestarian kuliner tradisional.
Buat kalian Genhype yang ingin buka usaha angkringan bisa baca artikel Hypeabis berikut ini.
Modal Bisnis Angkringan Cukup Terjangkau
Bagi para kaum muda, bisnis ini bisa mereka geluti karena membutuhkan modal awal yang lebih terjangkau dibandingkan dengan bisnis makanan lain yang lebih besar, hal ini dapat menjadi daya tarik bagi anak muda dengan keterbatasan modal.Dalam bahan baku untuk bisnis angkringan, seperti nasi, telur, dan bumbu-bumbu, umumnya lebih mudah ditemukan dan dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau.
Salah satu pelaku usaha bisnis angkringan adalah Muhammad Khori (24) yang akrab disapa Kori. Dia memulai usaha ini sejak lulus sekolah bersama dua orang sahabatnya. Modalnya, patungan.
Ide usaha ini awalnya muncul dari salah seorang temannya yang mengajak untuk membuka usaha angkringan karena dia mempunyai gerobak bekas yang masih bisa dimanfaatkan. Kori dan temannya lalu hanya tinggal membeli bahan dan peralatan untuk memulai usaha ini.
Baca Juga: Omzet Angkringan Ini Naik 50% Usai Adopsi Layanan Digital
Mereka bertiga setiap harinya berjualan di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan dari menjelang matahari terbenam hingga tengah malam. Aneka makanan yang mereka sajikan juga beragam mulai dari sate-satean (usus, telur puyuh dan lain-lain), gorengan, wedang jahe, susu jahe, kopi, teh manis, dan masih banyak lagi.
“Kalau penghasilan bersih yang kami dapatkan itu dalam semalam bisa sekitar Rp150.000 hingga Rp200.000, jadi dalam sebulan kami bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp6 juta dan itu semua sudah lepas dari keperluan lain seperti stok bahan dan sewa tempat,” terang Kori.
Tantangan terbesar yang mereka alami selama menjalani usaha angkringan ini adalah pada saat masa pandemi Covid-19 lalu, Kori mengatakan kalau usaha mereka hampir gulung tikar karena mengalami penurunan omzet akibat hal tersebut.
Dia mengaku pada masa tersebut, pernah dalam suatu malam hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp35.000, dan dari kejadian tersebut mereka mengalami kerugian yang besar.
Baca Juga: Angkringan hingga Fine Dining, Intip 4 Hidden Gem Kuliner di Malang
Menu angkringan milik Kori dan temannya itu sedikit berbeda dengan angkringan umumnya, Mereka menyediakan menu roti goreng, dimsum dan burger.
Menu makanan tersebut adalah sebuah inovasi dengan tujuan menarik pembeli yang masih muda.
“Dalam mengembangkan usaha ini, rencananya kami berniat mempromosikan tempat angkringan kami agar bisa menjangkau masyarakat lebih jauh. Kami mencoba membuat konten menarik seputar angkringan kami seperti di TikTok dan media sosial lainnya,” pungkas Kori.
Untung Rp10 Juta per Bulan
Sementara itu, pelaku lainnya yang menggeluti usaha angkringan bernama Arifin Wahyudo (29) atau biasa disapa Wahyu. Usaha ini dia lakukan secara turun temurun dari almarhum ayahnya dan hingga sekarang masih dia lakukan.Range harga makanan yang dijual dalam angkringan Wahyu mulai dari Rp3.000 sampai Rp10.000. Wahyu mengaku, dalam sebulan dia mendapat keuntungan sebesar Rp10 juta, di luar modal operasional.
“Tantangan terberat yang saya alami selama menjalani usaha ini adalah ketika mengalami sepi pembeli. Bagi saya usaha ini tidak bisa selalu stabil, oleh karena itu terkadang penghasilan yang diperoleh bisa tidak terduga,” kata Wahyu.
Baca Juga: Menjaring Peluang Usaha Ikan Hias, Cek Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Dalam mencegah kerugian pada usaha angkringannya, Wahyu mempunyai cara. Dia akan menganalisis data penjualan sebelumnya, produk mana yang paling laku dan yang kurang laku, dari hal tersebut maka dia akan menyediakan barang yang lebih banyak dari produk yang laku.
Meskipun banyak pesaing dalam usaha angkringan, Wahyu mengatakan dirinya tidak merasa keberatan. Baginya, sebanyak apapun pesaing dalam usaha ini, yang terpenting adalah citranya kepada pembeli, karena kesan yang baik bisa membuat para pembeli berlangganan di tempatnya.
"Dominan peminat makanan angkringan ini anak muda dan biasanya mulai ramai dari jam 7 sampai jam 12 malam. Untuk menu yang paling laku adalah sate – satean” ujar Wahyu.
Dalam mengembangkan usahanya, Wahyu berencana untuk membuka cabang baru di tempat lain dan mencari orang yang bisa dia percaya untuk memegang tempat tersebut. Tidak hanya itu saja, dia juga ingin mempromosikan angkringannya lewat sosial media agar semakin luas jangkauannya dalam berjualan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.