Imaji & Sensibilitas Goenawan Mohamad dalam Santiran
02 December 2023 |
14:57 WIB
Goenawan Mohamad, mungkin lebih dikenal sebagai penulis dalam literatur sastra Indonesia. Namun, penyair gaek itu nyatanya, belakangan ini makin rajin memamerkan karya-karya seni rupa. Terutama setelah dia mendalami teknik seni cetak grafis.
Terbaru, sastrawan yang akrab disapa GM itu kembali memacak sepilihan karya intaglio dan litografinya di CG Artspace Rumah Miring, Jakarta. Pada pameran tunggal bertajuk Santiran itu sang seniman menghadirkan total 30 karya grafis berukuran kecil hingga sedang.
Baca juga: Seni dan Filantropi Butuh Harmonisasi
Adapun, seluruh karya tersebut merupakan hasil residensi GM saat menekuni seni grafis di studio Devto Printmaking Institute di Ubud, Bali. Sebelumnya, dia juga telah menggelar pameran tunggal Kitab Hewan, dan Kitab Hantu di Dia.Lo.Gue, dan ArtJog 2023.
Namun, berbeda dari ekshibisi sebelumnya yang didominasi palet hitam-putih, kini GM justru lebih banyak bermain dengan warna-warna cerah. Kendati begitu, sebagian besar karyanya masih menghamparkan ragam objek, simbol, atau figur sederhana, tapi penuh enigma.
Hal itu misalnya, terejawantah dalam karya Quantum (2023). Karya hasil teknik litografi berukuran 48 x 69 cm itu menampilkan totem dan singa dengan rumus fisika quantum. Kendati grafis yang digurat GM terkesan sederhana, tapi tetap memberi ketaksaan renungan yang berlapis.
"Saya suka eksperimen dan ada kesempatan untuk menggunakan warna. Biasanya kalau lukisan warna itu kan menggunakan cat minyak, akrilik, cat air. Ini beda, selain itu prosesnya lebih rumit, dan saya suka," katanya kepada Hypeabis.id.
Ada juga kaya bertajuk Ikan dan Rembulan (2023) berdimensi 60x50 cm. Adapun, dalam karya intaglio ini GM menghadirkan gambar tiga objek, yakni ikan, perahu, dan rembulan. Namun uniknya, dua objek ikan berwarna abu-abu dan keemasan justru ditampilkan melayang di atas langit.
Pada teknik intaglio, GM memacak sekitar 15 karya yang berpokok pada puspa rupa objek, figur, dan gaya hewan. Beberapa di antaranya terejawantah dalam karya seperti Arsitektur yang Tak Pasti, Badut Polkadot, Generasi, La Notte della Luna, Kormoranku, Lagu Untuk Trijata, dan Kuda Tak Bernama.
Baca juga: Monster Playground, Karya Seniman Darbotz Bertengger di BXc Mall Bintaro
Sementara itu, pada teknik litografi, GM menghadirkan sederet karya yang berpusat pada karakter-karakter fiktif, hewan, dan lain sebagainya. Antara lain, termasuk mewujud dalam karya Wayang Kulit, Unggas, The Brahmana, Sugih, Potehi in Blue, Potehi in Action, Penyair, dan Raja Lelah.
Dalam karya terakhir, sang seniman grafis ini secara umum melukiskan sosok penguasa yang sedang tetirah dengan mata yang menyorot tajam. Sementara itu, di belakangnya digambarkan simbol tampuk kekuasan berupa kursi, dengan bokor dan burung di bagian atas dan bawah lukisan.
Kurator pameran, Agung Hujatnikajennong mengatakan, dalam sepilihan karya ini sang seniman memang masih menyandarkan pola kreatifitasnya pada impuls menggambar. Hal itupun juga diamini oleh GM yang mencari inspirasi sesuai dengan mood yang sedang dialami atau pikirkan dari cerapan realitas.
Menurut Jennong, keunikan dari karya terbaru GM kali ini adalah terkadang garis-garis yang digoreskan bisa simpel, subtil, dan minimal, meski tetap bisa memunculkan kesan pejal pada objek. Namun, pada kesempatan lain, garis-garisnya juga bisa ekspresif, spontan dan intens, bertumpuk, saling-silang, hingga rumit.
"Sebagian yang lain juga menonjolkan hubungan-hubungan antar objek atau elemen visual yang enigmatik, serba taksa, seolah menuntun para penatapnya untuk 'membaca' karya-karya tersebut," katanya.
Secara teknis intaglio atau cetak dalam merupakan salah satu jenis teknik seni rupa grafis yang pembuatan karyanya menggunakan plat cetak almunium yang digores. Pada proses pembuatannya goresan dalam plat tersebut diberi tinta dan disapukan pada permukaan kertas yang dibasahi.
Sementara itu, litografi atau cetak datar merupakan teknik cetak yang memanfaatkan plat datar untuk membuat bagian gambar dan bukan gambar berada pada ketinggian sama. Teknik ini memerlukan keahlian khusus karena menggunakan lapisan emulsi yang membuat bagian gambar akan menolak tinta dan bagian lainnya menerima tinta sebagai pencetak gambar.
Baca juga: Upaya Memanusiakan Mesin dalam Karya Seni Beauty is in the Eye of the Debugger
Adapun pameran Santiran masih akan berlangsung 10 Desember 2023 di galeri GC Artspace Rumah Miring, Pondok Pinang, Jakarta Selatan.Karya-karya GM ini adalah hasil residensi saat menekuni seni grafis di Devfto Printmaking Institute di Ubud, Bali, sejak 2 tahun silam.
Editor: Fajar Sidik
Terbaru, sastrawan yang akrab disapa GM itu kembali memacak sepilihan karya intaglio dan litografinya di CG Artspace Rumah Miring, Jakarta. Pada pameran tunggal bertajuk Santiran itu sang seniman menghadirkan total 30 karya grafis berukuran kecil hingga sedang.
Baca juga: Seni dan Filantropi Butuh Harmonisasi
Adapun, seluruh karya tersebut merupakan hasil residensi GM saat menekuni seni grafis di studio Devto Printmaking Institute di Ubud, Bali. Sebelumnya, dia juga telah menggelar pameran tunggal Kitab Hewan, dan Kitab Hantu di Dia.Lo.Gue, dan ArtJog 2023.
Namun, berbeda dari ekshibisi sebelumnya yang didominasi palet hitam-putih, kini GM justru lebih banyak bermain dengan warna-warna cerah. Kendati begitu, sebagian besar karyanya masih menghamparkan ragam objek, simbol, atau figur sederhana, tapi penuh enigma.
Hal itu misalnya, terejawantah dalam karya Quantum (2023). Karya hasil teknik litografi berukuran 48 x 69 cm itu menampilkan totem dan singa dengan rumus fisika quantum. Kendati grafis yang digurat GM terkesan sederhana, tapi tetap memberi ketaksaan renungan yang berlapis.
"Saya suka eksperimen dan ada kesempatan untuk menggunakan warna. Biasanya kalau lukisan warna itu kan menggunakan cat minyak, akrilik, cat air. Ini beda, selain itu prosesnya lebih rumit, dan saya suka," katanya kepada Hypeabis.id.
Karya Goenawan Mohamad berjudul Ikan dan Rembulan (sumber gambar CG Artspace)
Pada teknik intaglio, GM memacak sekitar 15 karya yang berpokok pada puspa rupa objek, figur, dan gaya hewan. Beberapa di antaranya terejawantah dalam karya seperti Arsitektur yang Tak Pasti, Badut Polkadot, Generasi, La Notte della Luna, Kormoranku, Lagu Untuk Trijata, dan Kuda Tak Bernama.
Baca juga: Monster Playground, Karya Seniman Darbotz Bertengger di BXc Mall Bintaro
Sementara itu, pada teknik litografi, GM menghadirkan sederet karya yang berpusat pada karakter-karakter fiktif, hewan, dan lain sebagainya. Antara lain, termasuk mewujud dalam karya Wayang Kulit, Unggas, The Brahmana, Sugih, Potehi in Blue, Potehi in Action, Penyair, dan Raja Lelah.
Dalam karya terakhir, sang seniman grafis ini secara umum melukiskan sosok penguasa yang sedang tetirah dengan mata yang menyorot tajam. Sementara itu, di belakangnya digambarkan simbol tampuk kekuasan berupa kursi, dengan bokor dan burung di bagian atas dan bawah lukisan.
Kurator pameran, Agung Hujatnikajennong mengatakan, dalam sepilihan karya ini sang seniman memang masih menyandarkan pola kreatifitasnya pada impuls menggambar. Hal itupun juga diamini oleh GM yang mencari inspirasi sesuai dengan mood yang sedang dialami atau pikirkan dari cerapan realitas.
Karya Goenawan Mohamad berjudul Raja Lelah (sumber gambar CG Artsaace)
"Sebagian yang lain juga menonjolkan hubungan-hubungan antar objek atau elemen visual yang enigmatik, serba taksa, seolah menuntun para penatapnya untuk 'membaca' karya-karya tersebut," katanya.
Secara teknis intaglio atau cetak dalam merupakan salah satu jenis teknik seni rupa grafis yang pembuatan karyanya menggunakan plat cetak almunium yang digores. Pada proses pembuatannya goresan dalam plat tersebut diberi tinta dan disapukan pada permukaan kertas yang dibasahi.
Sementara itu, litografi atau cetak datar merupakan teknik cetak yang memanfaatkan plat datar untuk membuat bagian gambar dan bukan gambar berada pada ketinggian sama. Teknik ini memerlukan keahlian khusus karena menggunakan lapisan emulsi yang membuat bagian gambar akan menolak tinta dan bagian lainnya menerima tinta sebagai pencetak gambar.
Baca juga: Upaya Memanusiakan Mesin dalam Karya Seni Beauty is in the Eye of the Debugger
Adapun pameran Santiran masih akan berlangsung 10 Desember 2023 di galeri GC Artspace Rumah Miring, Pondok Pinang, Jakarta Selatan.Karya-karya GM ini adalah hasil residensi saat menekuni seni grafis di Devfto Printmaking Institute di Ubud, Bali, sejak 2 tahun silam.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.