Alula Sumendap berpose saat pameran tunggalnya yang bertajuk Idola di CG Art Space, Jakarta (sumber gambar Hypeabis.id/ Suselo Jati)

Menelisik Pencarian Estetika Alula Sumendap & Seni Sebagai Terapi dalam Pameran Idola di CG Art Space

31 August 2023   |   14:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Bagi Alula Sumendap, melukis merupakan salah cara termudah untuk berekspresi sekaligus terapi. Seni sebagai pembebasan, itulah sekiranya kalimat yang tepat untuk merangkum motifnya sebagai seorang perupa dan visual artis.

Alula mengidap attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau kondisi seseorang kerap mengalami kesulitan fokus, hiperaktif, dan impulsif. Namun, lewat kesenian perempuan itu jutru menjadikannya sebagai titik tolok karya-karyanya.

Baca juga: Cek 5 Pameran Seni Rupa September 2023, Ada Ruth Marbun & Iwan Suastika

Kini, hal itu pun tergelar dalam pameran tunggal pertamanya bertajuk Idola di CG Artspace Rumah Miring, Jakarta hingga 5 September 2023. Sebanyak 16 lukisan yang dipacak dalam eksibisi itu merupakan wujud imaji sang perupa untuk menciptakan karakter alter egonya.

Dalam Idola, Alula memandang konsep keimanan dan identitas sebagai dua kekuatan yang tidak dapat dipisahkan dari cinta dalam hidupnya. Ketika melihat lukisan-lukisannya hampir dipastikan kita akan dibawa memasuki dunia visual neo pop Jepang.

Semua bentuk karyanya yang bergaya kartun memuat sosok karakter perempuan berusia muda. Sepintas, karya tersebut seolah merepresentasikan perasaan moe, istilah Jepang yang mengacu pada pemujaan tokoh fiksi. Selain itu terlihat juga gaya kawaii atau nuansa keimutan dalam karakternya yang dinamai Pekorin.

Adapun, karakter Pekorin merujuk pada sosok perawat yang selalu menggerakan hati Alula. Hal itu bermula saat kecil dia kerap gering dan dirawat di rumah sakit, hingga gambaran mengenai sosok yang selalu merawat pasien tersebut membekas cukup dalam di sanubarinya.
 

Lukisan karya Alula Sumendap berjudul Discord #1,#2, dan 3# (Acrylic on Canvas, 2023, 50x50 cm) (sumber gambar Hypeabis.id/Suselo Jati)

Lukisan karya Alula Sumendap berjudul Discord #1,#2, dan 3# (Acrylic on Canvas, 2023, 50x50 cm) (sumber gambar Hypeabis.id/Suselo Jati)


Misalnya hal itu tampak pada lukisan serial bertajuk Discord #1 sampai Discord #5 yang menggambarkan sosok perawat dalam berbagai gestur. Menggunakan medium kanvas berukuran 50 X 50 cm, Pekorin dilukiskan lewat deretan ekspresi mulai dari marah, tersenyum genit, hingga menangis.

Uniknya, alih-alih menggambarkan perawat dengan warna kulit yang umum, Alula justru menggunakan palet merah sehingga memberi nuansa kontras dengan sosoknya yang imut. Rambut Pekorin juga digores dengan warna hijau yang memberi impresi pada kultur harajuku Jepang dan kini galib ditemui di dunia cosplayer.

Di beberapa karya lain, Alula juga menghadirkan sosok-sosok yang selama ini menemani dan memberinya inspirasi. Termasuk sosok GWS atau Get Well Soon, Gorila, boneka Seal, hingga karakter virtual Youtuber yang menjadi favoritnya meski sang seniman mendeformasi ulang sosok tersebut.

Dalam lukisan Gachapon Common misalnya, sang perupa melukis sosok perawat yang sedang tersenyum dengan latar belakang sketsa yang memenuhi seluruh bidang kanvas. Lukisan mix media berdimensi 120 X 60 cm itu juga menampilkan bentuk paripurna dari sosok Pekorin yang utuh meski dibagi menjadi dua  figur.
 

arya Alula Sumendap berjudul Gachapon Common dalam pameran Idola di CG Art Space, Jakarta (sumber gambar Hypeabis.id/ Suselo Jati)

Salah satu karya Alula Sumendap dalam pameran Idola di CG Art Space, Jakarta (sumber gambar Hypeabis.id/ Suselo Jati)

Alula mengatakan dalam karya-karyanya, dia mencoba untuk mewujudkan semua hal yang dicintainya selama ini. Menurutnya dia memang dilahirkan sebagai pencinta dan selalu mengasihi apapun dengan sepenuh hati, terutama pada suatu kepolosan dan keceriaan yang mewujud dalam Pekorin dengan busana era Victorian.

Baca juga: Kim Bum & Maudy Ayunda Dikabarkan Bakal Beradu Akting di Film Tanah Air Kedua

Alula juga mendekonstruksi ulang lukisan masyhur Monalisa dalam karakter ciptaannya. Hal itu terejawantah dalam karya Cheese Renaissance (2021), acrylic on canvas berdimensi 80 X 60 cm. Sesuai tajuknya karya ini memang mencoba mengambil zeitgeist atau semangat dari zaman renaisans yang dalam dunia seni rupa terpatri lewat karya Leonardo da Vinci.

Tak hanya berangkat dari imajinya, karya-karyanya juga menjadi simbol ekspresi dari pembacaannya terhadap sumber-sumber lain seperti idol, boy group, hingga karakter virtual. Terlebih saat ayahnya sering memberi hadiah berkisar dari patung hingga  compact disc (CD) idola pop Jepang.

Proses pencarian karakter-karakternya juga tidak mudah, dari awal dia memang sudah mengimajikan berbagai sosok prototipe tertentu. Namun, momen pandemi yang akhirnya merenggut ayahnya menjadi titik baliknya menemukan karakter Pekorin secara personal.

"Berkarya memang menjadi salah satu cara bagi saya untuk membuat ruang aman. Salah satunya dengan membeli kanvas, menenangkan diri di kamar lalu membuat berbagai karakter yang aku cintai," katanya.

Antara Realitas dan Virtual

Kurator Raihan Prabowo mengatakan dibandingkan dengan pameran bersamanya dua tahun silam, kali ini Alula tampak memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam berekspresi dan melukis dalam karya-karyanya.

Dengan berbagai latar belakang yang melekat pada dirinya termasuk sebagai DJ profesional yang menggeluti selecta anime song (anisong), sang perupa juga menunjukkan kecenderungan yang unik dengan menampilkan kemungkinan yang beragam di atas kanvas.

Menurutnya, budaya pop Jepang dekade 1980-an memang banyak menginspirasi kepekaan artistik dan perspektif duniawi Alula. Hal itu dapat dilihat lewat teknik cell shading dan pemblokiran warna yang ingar bingar sebagai penghormatan terhadap gaya dan estetika anime.

 

 Salah satu karya Alula Sumendap dalam pameran Idola di CG Art Space, Jakarta (sumber gambar Hypeabis.id/ Suselo Jati)

Salah satu karya Alula Sumendap dalam pameran Idola di CG Art Space, Jakarta (sumber gambar Hypeabis.id/ Suselo Jati)

Eksplorasi sang seniman dalam seni kontemporer Jepang juga membawanya menemukan seniman Mr. dan Takashi Murakami yang banyak mendominasi bentuk karakter karya-karyanya. Terutama pada era Web 3.0 yang telah memungkinkan masyarakat melampaui batas fisik dan identitas nasional.

Raihan mengungkap, salah satu cara Alula untuk mencapai cita-citanya adalah dengan menggunakan Pekorin sebagai custom online persona di VR Chat. Perkembangan inilah yang kemudian membentuk berbagai narasi baru di dunia seni rupa, khususnya di ranah virtual.

"Apa yang awalnya merupakan upaya untuk melepaskan diri dari wujud fisik karakter ciptaannya, hal itu kemudian berubah menjadi praktik pengabdian dengan mewujudkan Pekorin ke dalam kehidupannya melalui berbagai media visual," katanya.

Baca juga: Kiprah Djoko Pekik, Seniman di Balik Lukisan Masyhur Berburu Celeng


Editor: Indyah Sutriningrum

SEBELUMNYA

Tip Padu Padan Scarft Ala Ivan Gunawan Agar Penampilan Lebih Stylish

BERIKUTNYA

Profil Kim Bum, Aktor Korea yang Bakal Adu Akting dengan Maudy Ayunda Jadi Warga Garut

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: