Labu berukir menjadi salah satu ikon perayaan Halloween. (Sumber gambar: Karolina Grabowska/Pexels)

Perayaan Halloween Identik dengan Hantu & Hal-hal Seram, Ternyata Begini Asal Mulanya

31 October 2023   |   09:25 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Ada tampilan menarik ketika Genhype mengetik kata kunci Halloween di situs pencarian Google. Animasi hantu berwarna kehijauan akan beterbangan meramaikan layar monitor kalian. Bukan tanpa sebab, hari ini, Selasa (31/10) menjadi puncak perayaan Hari Halloween yang identik dengan hantu dan hal-hal menyeramkan.

Saat perayaan Halloween, orang-orang biasanya akan melakukan sejumlah kegiatan mulai dari membuat labu berukir, trick-or-treat, dan pesta kostum. Namun, mengapa perayaan Halloween identik dengan hantu dan segala hal yang menakutkan? Apa sejarah di baliknya yang melatari perayaan Halloween?

Baca juga: 5 Event Halloween Seru dan Mencekam di Jakarta, Ada Lomba Lari sampai Festival Musik

Halloween atau Hallowe'en adalah kependekan dari All Hallows Evening yang berarti Malam Hari Semua Orang Kudus. Halloween sering juga disebut sebagai All Halloween, All Hallow's Eve, atau All Saint's Eve.

Perayaan yang jatuh pada 31 Oktober itu didedikasikan untuk mengenang orang-orang yang telah meninggal dunia, termasuk pada kudus atau santo/santa, martir, dan semua arwah umat Kristen Barat.

Melansir dari laman Britannica, perayaan Halloween berawal dari festival Samhain di antara bangsa Celtic kuno Inggris dan Irlandia. Pada hari yang bertepatan dengan tanggal 1 November dalam kalender kontemporer, diyakini dimulainya tahun baru. Tanggal tersebut menandai berakhirnya musim panas dan awal periode musim dingin, ketika hewan ternak dikembalikan dari padang rumput dan kepemilikan lahan diperbarui.

Selama festival Samhain, arwah orang yang meninggal diyakini akan kembali mengunjungi rumah mereka, dan orang-orang yang meninggal pada tahun tersebut akan melakukan perjalanan ke dunia lain. Bangsa Celtic percaya saat momen itu,  antara dunia orang hidup dan dunia orang mati memiliki batas yang tipis.

Bahkan, mereka juga percaya bahwa orang-orang yang meninggal dalam satu tahun terakhir serta karena satu dan lain hal belum rela akan kepergiannya, dapat berinteraksi dengan orang yang masih hidup untuk mengucapkan selamat tinggal.

Saat perayaan festival tersebut, orang-orang biasanya akan menyalakan api unggun di puncak bukit untuk menghidupkan kembali api perapian mereka pada musim dingin, termasuk untuk menakut-nakuti roh jahat yang dipercaya hadir saat itu.

Dalam melakukan tradisi itu, orang-orang terkadang mengenakan topeng dan penyamaran lainnya agar tidak dikenali oleh hantu yang diduga hadir. Karena hal itulah sosok makhluk seperti penyihir, hobgoblin, peri, dan setan diasosiasikan dengan perayaan Halloween. 

Baca juga: 5 Film Horor Lokal yang Cocok Ditonton saat Halloween
 

Contoh kostum Halloween. (Sumber gambar: T Leish/Pexels)

Contoh kostum Halloween. (Sumber gambar: T Leish/Pexels)

Pada perkembangannya, festival Samhain tak terlepas dari upaya memasukkan unsur-unsur Kristenisasi. Mengutip dari laman worldhistory.org, pada abad ke-7, Paus Boniface IV awalnya menetapkan tanggal 13 Mei sebagai All Hallow's Day atau Hari Semua Orang Kudus. Namun, pada abad ke-8, Paus Gregorius III memindahkan tanggal perayaan tersebut menjadi 1 November.

Motivasi langkah ini masih diperdebatkan. Beberapa cendekiawan menyatakan bahwa hal ini dilakukan dengan sengaja untuk mengkristenkan Samhain dan mengubahnya menjadi All Hallows' Eve. Anggapan itu mencutat karena langkah tersebut dinilai mengikuti paradigma Kristen yang sudah mapan untuk "menebus" segala sesuatu yang bersifat kafir, dalam upaya memudahkan proses pertobatan seseorang.


Ikon Labu Berukir

Ritual Samhain akhirnya tiba di Amerika Serikat kurang dari satu abad kemudian dengan perpindahan orang Irlandia pada 1845-1849, selama masa kelaparan kentang. Masyarakat Irlandia, yang sebagian besar beragama Katolik, terus merayakan Malam Semua Hallows, Hari Semua Orang Kudus, dan Hari Semua Jiwa bersamaan dengan praktik "souling", yang diisi juga dengan tradisi rakyat seperti jack-o'-lantern.

Cerita rakyat jack-o'-lantern inilah yang menjadi cikal bakal perayaan Halloween identik dengan mengukir labu. Menurut kepercayaan orang Irlandia, ada seorang penipu bernama Stingy Jack yang menjelajahi dunia dengan membawa lentera kecil yang terbuat dari lobak, dengan bara api neraka di dalamnya untuk menerangi jalannya setelah kematiannya.

Pada Malam Semua Hallows, orang Irlandia melubangi lobak dan mengukirnya dengan wajah, menempatkan lilin di dalamnya. Dengan begitu, saat mereka melakukan tradisi souling atau berdoa untuk para teman dan kerabat pada malam ketika tabir antara hidup dan mati paling tipis, mereka akan terlindungi dari roh jahat.

Namun, tak lama setelah kedatangan mereka di Amerika Serikat, orang Irlandia menukar lobak dengan labu sebagai lentera pilihan mereka karena lebih mudah untuk diukir. Oleh karena itu, sampai saat ini, perayaan Halloween identik dengan ikon labu berukir dengan lilin atau cahaya di dalamnya. 

Baca juga: 5 Kegiatan Seru Merayakan Halloween, Mulai dari Pesta Kostum sampai Nonton Film Horor
 

Yaroslav SHuraev

Ilustrasi trik-or-tret. (Sumber gambar: Yaroslav Shuraev/Pexels)

Trick-or-Treat saat Halloween

Selain kostum menyerupai hantu dan labu berukir, perayaan Halloween juga identik dengan permainan trick-or-treat. Mengutip laman Library of Congress, disebutkan bahwa selama Abad Pertengahan, umumnya anak-anak dan orang dewasa miskin mengumpulkan makanan dan uang dari rumah-rumah setempat sebagai imbalan untuk mendoakan orang mati pada Hari Semua Jiwa.

Namun, mereka biasanya akan menjelma menjadi Guisers atau orang yang berdandan seperti hantu. Mereka menggunakan praktik yang lebih non-religius dengan memasukkan lagu, lelucon, dan trik lainnya. Setelah itu, biasanya anak-anak akan diberi permen oleh pemilik rumah. 

Tradisi ini berlanjut di Amerika Utara sepanjang 1930-an. Namun, terhenti oleh Perang Dunia II karena jatah gula yang secara drastis mengurangi pasokan permen, dan muncul kembali pada akhir 1940-an.

Akan tetapi, saat ini, perayaan Halloween cenderung tidak dikaitkan dengan agama atau tradisi tertentu dan umumnya dipandang sebagai hari libur komunitas sekuler, terutama berfokus pada kaum muda. Perayaan Halloween juga menjadi momentum untuk meraup keuntungan bagi bisnis yang menawarkan permen dan dekorasi serta industri hiburan yang merilis film, acara TV spesial, dan buku bertema horor atau misteri. 

Baca juga: 4 Ide Kostum Halloween Pria Terinspirasi dari Drama Korea Hit

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Kenali Penyebab, Dampak, dan Cara Mencegah Penyakit Demensia

BERIKUTNYA

Mingyu SEVENTEEN Kembali Beraktivitas dengan Grup Setelah Pulih dari Sakit Punggung

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: