Kedai legendaris Bakmi Gang Kelinci. (Foto: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Hypereport: Jejajah Kuliner di Pasar Baru Jakarta, Menikmati Bakmi Gang Kelinci yang Autentik & Segarnya Es Krim Legendaris

28 October 2023   |   18:59 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Jam baru menunjukkan pukul 11.00 WIB, tetapi matahari di Jakarta sudah seperti sejengkal di atas kepala. Namun, saya masih bersemangat dan tersenyum. Sebab ini akhir pekan itu, kota metropolitan yang biasanya disesaki lautan kendaraan dan manusia, terasa sedikit lebih lengang.

Siang itu, saya sedang membelah ruas Jalan Gunung Sahari menuju Pasar Baru. Tujuannya adalah Gang Kelinci, salah satu sudut di kawasan tersebut yang masih banyak menawarkan sajian kuliner klasik.

Sebelum ke sana, kita akan melewati sebuah gerbang tinggi dan kokoh yang bernuansa kawasan pecinan. Sepanjang jalan, kita akan dengan mudah melihat bangunan-bangunan tua yang berumur ratusan tahun

Dari gerbang tersebut, lokasi Gang Kelinci tak begitu jauh lagi. Berjalanlah beberapa puluh meter sampai menemukan perempatan yang agak besar, lalu belok ke kanan. Tak jauh dari sana, kedai bertulisan Bakmi Gang Kelinci akan langsung terlihat.

Baca juga: Hypereport: Denyut Kuliner Legendaris di Kawasan Elite Ibu Kota

Aroma sajian bakmi ayam samar-samar tercium ketika memasuki kedai legendaris yang telah ada sejak 1957 ini. Di dalam kedai, kesan jadul dan sederhana pun sangat terasa. Padahal, kedai ini telah memiliki puluhan cabang. Namun, tampaknya suasana seperti ini sengaja tetap dipertahankan di kedai pusatnya.

Hidangan andalan di kedai ini adalah bakmi ayam yang terdiri dari mi, ayam kecap, ayam putih, sayur rebus, dan jamur kecap. Saya pun memesannya, tetapi kali ini dengan tambahan pangsit goreng.
 

Bakmi Gang Kelinci. (Foto: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Bakmi Gang Kelinci. (Foto: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Tak lama setelah duduk, semangkuk bakmi itu datang. Dari sumpitan pertama saja, bakmi ini telah menawarkan sensasi berbeda. Gurih sudah tentu, tetapi juga memunculkan rasa klasik yang begitu khas.

Tekstur minya lembut dan tidak terlalu lembek sehingga masih enak ketika dikunyah. Sama seperti bakmi lain, kuahnya disajikan terpisah. Rasa kuahnya begitu bersih dan segar.

Menurut Hesti, kepala pengelola Bakmi Gang Kelinci pusat, bakmi di kedai ini masih mempertahankan resep aslinya. Bahan-bahan yang digunakan selalu dicek kesegaran dan kebaruannya.

Lalu, mi di dalam bakmi yang masih terasa teksturnya itu rupanya adalah homade. Untuk kuah, rasa enaknya muncul murni dari bumbu resep rahasia yang berpadu dengan kaldu ayam. Bakmi ini tidak mengandung babi.

“Salah satu yang bikin orang tetap balik ke sini adalah rasanya sih. Cita rasa rasa yang ada tetap dipertahankan otentik,” ungkap Hesti kepada Hypeabis.id.

Sebagai kedai legendaris, Bakmi Gang Kelinci tak mau berkompromi soal rasa. Namun, terkait perkembangan zaman, tentu jawabannya iya. Hesti menyebut Bakmi Gang Kelinci sudah bisa dipesan melalui berbagai aplikasi pemesanan online.

Namun, saat ini penjualan di outlet masih menjadi yang utama. Mungkin, kata Hesti, orang lebih suka makan makanan legendaris langsung dari tempatnya.

“Biasanya ramainya ketika makan siang. Namun, kalau akhir pekan, ya dari pagi sampai malam. Sehari bisa menjual lebih dari 100 porsi per outletnya,” imbuhnya.

Baca juga: Jakarta Jadi Surga Sekaligus Dapur Penciptaan Ragam Kuliner Baru

Hesti menuturkan pelanggan di Bakmi Gang Kelinci kini sudah lintas usia. Memang, kebanyakan ialah orang tua. Mereka terkadang datang ke sini ketika akhir pekan bersama keluarga. Namun, sekarang ini anak-anak muda juga mulai ramai karena mereka banyak yang berburu kuliner legendaris.

Harga makanan di Bakmi Gang Kelinci bervariasi, dari Rp20.000 sampai Rp50.000. Jam buka kedai ini mulai pukul 08.00 WIB. Selain bakmi sebagai menu signature, beberapa menu juga kini jadi incaran, seperti aneka olahan kwetiaw, ayam, sapi, hingga nasio goreng.


Es Krim Legendaris

Es krim legendaris di Pasar Baru, Jakarta. (Foto: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Es krim legendaris di Pasar Baru, Jakarta. (Foto: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Setelah perut terisi oleh bakmi, kini saatnya mencari yang segar-segar. Di Pasar Baru, terdapat restoran yang menyajikan menu dessert yang tak kalah legendaris. Namanya adalah Restoran Tropik (Tropic).

Kalau mau ke sini, mata mesti jeli melihat ke kanan dan kiri. Sebab, bisa dibilang papan penunjuk nama yang ada masih kurang terlihat. Namun, sebuah bangunan berwarna hitam yang area depannya dipenuhi kaca akan membuat siapa saja melirik.

Tak jauh berbeda dari area luar yang sudah terkesan vintage, bagian dalamnya pun demikian. Deretan meja dan kursi bergaya tua ditata cukup rapi. Penerangan di dalam berwarna kuning temaram sehingga kesan lawas sangat terasa.

Seorang pelayan langsung datang membawakan selembar menu. Saya direkomendasikan memesan Banana Splits. Salah satu menu andalan di sini selain es krim Tutty. Tak butuh lama pesanan itu langsung datang. Sebuah mangkuk lonjong bening, dengan es krim tiga rasa hadir di meja.

Banana Splits berisi tiga varian rasa es krim berbeda, yakni tiramisu, kopi, dan kacang. Ada taburan saus cokelat lengkap dengan wafer di atas tumpukan es, sedangkan di bagian bawahnya ada sepotong pisang.

Tekstur es krimnya tidak terlalu lembut, bisa dibilang masih bertekstur. Tetapi inilah yang membuatnya berbeda. Dari segi rasa, Banana Splits sangat berbeda dibanding es krim zaman sekarang yang tampak terasa lebih sintetis. Di Banana Splits, saya merasakan rasa yang lebih segar dan tidak nyangkut di tenggorokan.

Menurut Mayti Imelda, pemilik generasi kedua Restoran Tropic, rahasia sedapnya es krim miliknya terletak di bahan pembuatannya. Dia mengatakan selalu menggunakan susu segar dan bahan-bahan alami yang selalu baru.

Dalam pembuatannya, dirinya juga tidak bisa memproduksinya secara masal. Paling besar ialah untuk stok satu minggu. Hal ini dilakukan karena es krim tanpa pengawet cenderung tidak bisa bertahan lama. Selain itu, dirinya ingin menyajikan es krim dengan kualitas yang segar setiap minggunya.

Lantaran alasan itu pulalah, saat ini Restoran Tropic juga hanya mengandalkan pembelian secara fisik. Es krim bikinannya tak bisa dijajakan secara online karena pasti akan cepat meleleh, terlebih udara Jakarta selalu panas mentereng.

Meskipun demikian, justru hal itu sedikit banyak membuat orang tertarik. Sebab, untuk bisa menikmati es krim bikinannya, mereka mesti menuju ke Pasar Baru.

May, sapaan akrabnya, bercerita bahwa pelanggan lamanya masih terus datang hingga hari ini. Mereka terkadang juga mengajak sanak saudaranya sembari mengenang masa muda mereka.

Baca juga: Kevindra Soemantri Kulik Perkembangan Kuliner Jakarta di Buku Gastropolitan

Namun, belakangan ini ada banyak anak muda juga yang datang ke restorannya. Berkat media sosial, saat ini ada banyak generasi muda yang penasaran dengan es krim legendarisnya. Dia berharap ini akan jadi fase penting untuk regenerasi konsumennya dan membuat restoran yang telah berdiri sejak 1960-an ini tetap bertahan.

“Bagi saya, karena ini warisan dari almarhum ayah, maka sebisa mungkin harus tetap dijalani. Ada nasihat dari ayah saya yang selalu saya pegang ‘selalu pertahankan kualitas’,” tutur May kepada Hypeabis.id

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Koleksi Big Size Ala Bigissimo Curi Perhatian di Runway Jakarta Fashion Week 2024

BERIKUTNYA

Lagi Tren, Cek Cara Membuat Poster Film ala Disney dengan AI Bing Creator Image

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: