Cerita Sutradara Arfan Sabran Garap Dokumenter Ininnawa: An Island Calling, Belasan Tahun hanya untuk 1 Judul
10 October 2023 |
15:30 WIB
Idealisme Arfan Sabran dalam membuat karya dokumenter memang patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, dia rela menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk menciptakan satu dokumenter. Hasilnya, karya dokumenternya berjudul Ininnawa: An Island Calling, tampil dengan cerita mendalam.
Dalam dokumenter itu, sineas asal Makassar tersebut begitu setia terhadap subjek yang sedang difilmkannya. Butuh lebih dari 15 tahun sebelum akhirnya film yang berhasil memenangkan kategori Dokumenter Panjang Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022 itu tercipta.
Baca juga: Melihat Alur Distribusi Film Dokumenter di Tengah Gempuran Film Fiksi
Ininnawa: An Island Calling adalah sebuah dokumenter panjang yang menceritakan dua generasi pekerja kesehatan, yakni Ibu Rabiah dan Mimi (ibu dan anak) yang sama-sama mendedikasikan hidup mereka melayani masyarakat di pulau-pulau terpencil di Sulawesi Selatan.
Film tersebut bisa dibilang jadi hasil eksplorasi baru Arfan. Sebelumnya, dengan karakter yang sama, dia membuat film dokumenter berjudul Suster Apung (2006). Buah kesabarannya mengikuti tokoh unik ini membawanya pada penemuan sudut pandang cerita yang segar, dan dengan storytelling yang asyik diikuti.
“Prosesnya memang panjang, ya. Dalam rentang waktu itu, ada banyak perubahan tiba-tiba juga, termasuk memutuskan mengganti alur penceritaan. Ya, bisa dibilang proses pembuatan film ini memang sangat dinamis,” kata Arfan kepada Hypeabis.id saat ditemui sesuai pemutaran filmnya di Madani International Film Festival di TIM, Jakarta, Senin (09/10/2023).
Dalam dokumenter tersebut, Arfan pada awalnya hanya ingin memotret kehidupan ibu Rabiah pascapensiun dari pekerja kesehatan. Namun, di tengah proses riset dan syuting selama 15 tahun itu, dirinya menemukan cerita sisi lain yang lebih kuat.
Dia tertarik dengan kehidupan ibu Rabiah bersama anaknya, Mimi yang rupanya sama-sama ingin mengabdi dan melayani masyarakat di pulau-pulau terpencil. Di luar itu, hubungan relasi antara ibu dan anak yang sama-sama sibuk mengabdi ini juga jadi bumbu-bumbu sedap di tengah jiwa kesukarelawanan kedua pekerja kesehatan tersebut.
Arahnya syutingnya pun berubah. Namun, perubahan tersebut rupanya bukan yang terakhir. Setelahnya, berbagai kedinamisan cerita hingga proses syuting yang penuh tantangan mewarnai produksi Arfan pada film Ininnawa: An Island Calling tersebut.
Misalnya, ketika melakukan pitching di Tokyo Docs pada 2019, Arfan memilih untuk menambah adegan di film dokumenternya. Terutama, setelah mendengar kabar bahwa peristiwa menarik lagi yang sedang dialami subjek ceritanya. Dia pun akhirnya kembali memutuskan untuk mengikuti kehidupan ibu Rabiah dan Mimi lagi untuk memperkaya adegan di filmnya.
Baca juga: Moviegoers Merapat, Ada 3 Festival Film yang Berlangsung pada Oktober 2023
Di tengah proses tersebut, pandemi Covid-19 datang. Bagi Arfan, pagebluk itu mengubah banyak hal di filmnya. Proses produksi filmnya jadi mesti menyesuaikan kondisi. Dirinya pun mesti berjibaku dengan syuting di tengah protokol kesehatan.
Di sisi lain, lokasi syuting yang ada di pulau Sanane, bagian selatan Sulawesi, juga membuat dirinya dan kru tak bisa serta merta datang ke sana. Kadang kala, cuaca tak menentu membuat dirinya tertahan di Sulawesi. Sebab, tak ada kapal yang berani berangkat ke sana.
Meskipun demikian, Arfan tak menganggap kedinamisan ini sebagai sebuah masalah. Justru, hal ini memunculkan cerita-cerita baru yang menarik dan menambah kuat apa yang sudah dibangunnya selama ini.
“Kita dinamis itu karena memperjuangkan filmnya. Mau tidak mau kita juga harus menikmati kedinamisan prosesnya. Yang penting adalah capaian yang diinginkan itu bisa diraih. Beruntung, Nick, produser saya, mengerti dengan berbagai kondisi tersebut,” imbuhnya.
Baca juga: Fakta-Fakta Menarik Glenn Fredly The Movie yang Bakal Tayang pada 2024
Membuat dokumenter dengan proses yang panjang dan rumit tentu bukan hal yang mudah. Butuh motivasi dan konsistensi yang tepat agar apa yang telah ditanam bisa berbuah dengan baik. Arfan mengerti betul soal itu. Baginya, menemukan tim produksi yang solid menjadi salah satu kunci merawat motivasi dan ketekunan membuat film dokumenter.
“Mendapatkan tim, seperti produser yang tepat seperti Nick, itu bisa bikin kita konsisten. Nick sangat baik dalam mengelola manajemen produksi, termasuk biaya-biaya segala macam. Kemudian, selain produksi, kita juga pitching ke berbagai festival untuk cari budjet agar produksinya berjalan terus,” terangnya.
Setelah memenangkan Dokumenter Panjang Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022, Ininnawa: An Island Calling melalang buana ke berbagai festival film lain, baik luar negeri maupun dalam negeri.
Dokumenter ini pernah menjadi official selestion EBS International Documentary Festival (EIDF) 2023 dan official selection dan CinefestOZ Film Festival 2023. Terbaru, dokumenter tersebut juga ditayangkan di Madani International Film Festival.
Baca juga: Dokumenter David Beckham Tayang di Netflix, Angkat Cerita-cerita Tak Terungkap Sang Megabintang
Editor: Dika Irawan
Dalam dokumenter itu, sineas asal Makassar tersebut begitu setia terhadap subjek yang sedang difilmkannya. Butuh lebih dari 15 tahun sebelum akhirnya film yang berhasil memenangkan kategori Dokumenter Panjang Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022 itu tercipta.
Baca juga: Melihat Alur Distribusi Film Dokumenter di Tengah Gempuran Film Fiksi
Ininnawa: An Island Calling adalah sebuah dokumenter panjang yang menceritakan dua generasi pekerja kesehatan, yakni Ibu Rabiah dan Mimi (ibu dan anak) yang sama-sama mendedikasikan hidup mereka melayani masyarakat di pulau-pulau terpencil di Sulawesi Selatan.
Film tersebut bisa dibilang jadi hasil eksplorasi baru Arfan. Sebelumnya, dengan karakter yang sama, dia membuat film dokumenter berjudul Suster Apung (2006). Buah kesabarannya mengikuti tokoh unik ini membawanya pada penemuan sudut pandang cerita yang segar, dan dengan storytelling yang asyik diikuti.
“Prosesnya memang panjang, ya. Dalam rentang waktu itu, ada banyak perubahan tiba-tiba juga, termasuk memutuskan mengganti alur penceritaan. Ya, bisa dibilang proses pembuatan film ini memang sangat dinamis,” kata Arfan kepada Hypeabis.id saat ditemui sesuai pemutaran filmnya di Madani International Film Festival di TIM, Jakarta, Senin (09/10/2023).
Dalam dokumenter tersebut, Arfan pada awalnya hanya ingin memotret kehidupan ibu Rabiah pascapensiun dari pekerja kesehatan. Namun, di tengah proses riset dan syuting selama 15 tahun itu, dirinya menemukan cerita sisi lain yang lebih kuat.
Dia tertarik dengan kehidupan ibu Rabiah bersama anaknya, Mimi yang rupanya sama-sama ingin mengabdi dan melayani masyarakat di pulau-pulau terpencil. Di luar itu, hubungan relasi antara ibu dan anak yang sama-sama sibuk mengabdi ini juga jadi bumbu-bumbu sedap di tengah jiwa kesukarelawanan kedua pekerja kesehatan tersebut.
Arahnya syutingnya pun berubah. Namun, perubahan tersebut rupanya bukan yang terakhir. Setelahnya, berbagai kedinamisan cerita hingga proses syuting yang penuh tantangan mewarnai produksi Arfan pada film Ininnawa: An Island Calling tersebut.
Misalnya, ketika melakukan pitching di Tokyo Docs pada 2019, Arfan memilih untuk menambah adegan di film dokumenternya. Terutama, setelah mendengar kabar bahwa peristiwa menarik lagi yang sedang dialami subjek ceritanya. Dia pun akhirnya kembali memutuskan untuk mengikuti kehidupan ibu Rabiah dan Mimi lagi untuk memperkaya adegan di filmnya.
Baca juga: Moviegoers Merapat, Ada 3 Festival Film yang Berlangsung pada Oktober 2023
Di tengah proses tersebut, pandemi Covid-19 datang. Bagi Arfan, pagebluk itu mengubah banyak hal di filmnya. Proses produksi filmnya jadi mesti menyesuaikan kondisi. Dirinya pun mesti berjibaku dengan syuting di tengah protokol kesehatan.
Di sisi lain, lokasi syuting yang ada di pulau Sanane, bagian selatan Sulawesi, juga membuat dirinya dan kru tak bisa serta merta datang ke sana. Kadang kala, cuaca tak menentu membuat dirinya tertahan di Sulawesi. Sebab, tak ada kapal yang berani berangkat ke sana.
Kedinamisan Menambah Kekuatan Cerita
Meskipun demikian, Arfan tak menganggap kedinamisan ini sebagai sebuah masalah. Justru, hal ini memunculkan cerita-cerita baru yang menarik dan menambah kuat apa yang sudah dibangunnya selama ini.
“Kita dinamis itu karena memperjuangkan filmnya. Mau tidak mau kita juga harus menikmati kedinamisan prosesnya. Yang penting adalah capaian yang diinginkan itu bisa diraih. Beruntung, Nick, produser saya, mengerti dengan berbagai kondisi tersebut,” imbuhnya.
Baca juga: Fakta-Fakta Menarik Glenn Fredly The Movie yang Bakal Tayang pada 2024
Membuat dokumenter dengan proses yang panjang dan rumit tentu bukan hal yang mudah. Butuh motivasi dan konsistensi yang tepat agar apa yang telah ditanam bisa berbuah dengan baik. Arfan mengerti betul soal itu. Baginya, menemukan tim produksi yang solid menjadi salah satu kunci merawat motivasi dan ketekunan membuat film dokumenter.
“Mendapatkan tim, seperti produser yang tepat seperti Nick, itu bisa bikin kita konsisten. Nick sangat baik dalam mengelola manajemen produksi, termasuk biaya-biaya segala macam. Kemudian, selain produksi, kita juga pitching ke berbagai festival untuk cari budjet agar produksinya berjalan terus,” terangnya.
Setelah memenangkan Dokumenter Panjang Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022, Ininnawa: An Island Calling melalang buana ke berbagai festival film lain, baik luar negeri maupun dalam negeri.
Dokumenter ini pernah menjadi official selestion EBS International Documentary Festival (EIDF) 2023 dan official selection dan CinefestOZ Film Festival 2023. Terbaru, dokumenter tersebut juga ditayangkan di Madani International Film Festival.
Baca juga: Dokumenter David Beckham Tayang di Netflix, Angkat Cerita-cerita Tak Terungkap Sang Megabintang
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.