Ilustrasi penayangan film (Sumber gambar: Unsplash/Jeremy Yap)

Melihat Alur Distribusi Film Dokumenter di Tengah Gempuran Film Fiksi

10 October 2023   |   14:32 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Kehadiran film dokumenter di bioskop masih terbilang minim jika dibandingkan dengan film-film fiksi yang memang memiliki nilai komersial lebih tinggi. Hal ini membuat film dokumenter cenderung mengambil jalur-jalur distribusi alternatif lain, seperti festival hingga platform OTT.

Sutradara Ininnawa: An Island Calling Arfan Sabran mengamini hal tersebut. Arfan mengaku sering ditanya mengapa film Ininnawa: An Island Calling, yang notabene memenangkan Dokumenter Panjang Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022, justru sulit ditonton di dalam negeri.

Sebab, dalam kenyataannya distribusi film dokumenter di Indonesia tidak semudah itu. Di sisi lain, dirinya melihat jalur distribusi film dokumenter sebenarnya agak berbeda dengan film mainstream yang lebih banyak mengandalkan penayangan di bioskop.

Baca juga: Cerita Sutradara Arfan Sabran Garap Dokumenter Ininnawa: An Island Calling, Lebih dari 3 Dekade hanya untuk 1 Judul

“Memang agak gambling jika mau masuk ke bioskop atau segala macam. Dokumenter justru biasanya lebih laku di luar negeri, baik penayangan di festival maupun program televisi luar,” ujar Arfan kepada Hypeabis.id saat ditemui di TIM, Jakarta, Senin (9/10/2023).

Sejauh ini, distribusi Ininnawa: An Island Calling memang difokuskan untuk ke arah festival film dan program televisi di luar negeri. Film yang menceritakan kisah unik dua generasi pekerja kesehatan tersebut telah mendapatkan penayangan global di beberapa stasiun televisi luar, seperti Aljazeera hingga EBS TV Korea.

Untuk jalur distribusi festival, film yang digarap lebih dari 15 tahun ini juga telah berhasil menembus beberapa festival film ternama, seperti EBS International Documentary Festival (EIDF) 2023 dan official selection dan CinefestOZ Film Festival 2023.

Adapun untuk distribusi dalam negeri, Arfan memilih untuk menggunakan jalur distribusi dampak atau impact distribution. Metode distribusi ini umumnya dikhususkan untuk mendekatkan karya sineas langsung ke penonton dengan target yang tepat. Tujuannya ialah agar sebuah film mampu membawa perubahan lebih luas.

“Kami menggandeng asosiasi perawat juga untuk terus membicarakan isu-isu di cerita ini. Kemarin kami baru selesai roadshow film ini di empat kota, Jakarta, Surabaya, Lombok, dan Makassar. Mudah-mudahan akan ada lagi karena banyak permintaan untuk mendiskusikan Ininnawa ini,” imbuhnya.

Walaupun demikian, bioskop sama sekali tidak ditinggalkannya. Selama ini, penayangan di bioskop beberapa kali diadakan dengan pemutaran-pemutaran yang terbatas. “Jadi, diputarnya tetap di bioskop, tetapi satuan-satuan gitu. Karena di bioskop juga enggak mudah ya, kita harus beli slot segala macam,” terangnya.
 


Distribusi Film Dokumenter dan Film Fiksi Belum Berimbang di Indonesia

Pengamat film Shandy Gasella mengatakan bahwa film dokumenter di Indonesia memang kurang gemerlap, utamanya jika dilihat dari kacamata mainstream. Sulit sekali menemukan film bergenre tersebut di bioskop. Bahkan dalam satu tahun saja belum tentu ada film dokumenter yang menembus bioskop komersil.

“Ia masih seperti gerakan akar rumput, dibuat oleh segelintir orang, dan disaksikan oleh segelintir orang pula,” ucap Shandy kepada Hypeabis.id Selasa (10/10/2023).

Menurut Shandy, hal itu tidak terlepas dari distribusi film dokumenter yang belum berimbang dengan film fiksi. Dengan demikian, akses penonton terhadap film dokumenter pun bisa dibilang tak bisa seluas ketika menikmati film fiksi.

Padahal, lanjutnya, jika berkaca pada negara arus utama, dengan penduduk yang lebih berbudaya, film dokumenter sebenarnya juga dapat hidup berdampingan dengan film fiksi mainstream. Sayangnya di Indonesia hal itu masih urung terjadi. “Baik bioskop maupun penonton masih alergi dengan dokumenter,” imbuhnya.

Festival Director Jakarta World Cinema Week itu menilai Indonesia sebenarnya tak kekurangan film dokumenter yang baik. Setiap tahun selalu ada film dokumenter yang berkualitas dan penting, tetapi tidak bisa leluasa menjumpai penonton. Hal ini tentu jadi permasalahan tersendiri di industri film Indonesia.

Baca juga: Film Dokumenter Indonesia Berkembang, Tapi Dukungan Pendanaan & Distribusi Masih Minim

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Cek Jadwal, Cara Nonton & Harga Tiket Playoff MPL ID S12 yang Digelar 11-15 Oktober 2023

BERIKUTNYA

Mau Pasang Kaca Film Mobil? Pakar Safety Ingatkan Masalah Krusial Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: