Owner Brand Skincare Senang Pamer Kekayaan di Media Sosial, Ada yang Salah?
11 September 2023 |
16:13 WIB
Platform media sosial TikTok belakangan ini diramaikan dengan sejumlah pemilik bisnis skincare atau perawatan kulit yang pamer kemewahan. Mulai dari mengenakan baju dan tas bermerek, rutin belanja menghabiskan uang, hingga memperlihatkan koleksi barang-barang branded.
Meskipun begitu, para owner bisnis skincare lokal ini juga kerap mengunggah video yang menampilkan membludaknya pesanan produk perawatan kulit.Tak jarang dari mereka juga memperlihatkan kepada netizen ratusan, bahkan ribuan resi pesanan ataupun paket produk yang tercecer.
Baca juga: Di Balik Cerahnya Bisnis Skincare Lokal, Harga Terjangkau Saja Tidak Cukup
Bukan cuma itu, mereka juga sesekali memamerkan pendapatan penjualan produk skincare, yang bisa mencapai miliaran rupiah dalam satu hari. Capaian itu juga umujnya ditopang dengan kegiatan promosi penjualan melalui fitur live streaming di media sosial ataupun ecommerce.
Fenomena ini pun memunculkan pertanyaan hingga perbincangan di kalangan warganet. Tak sedikit dari mereka yang meduga, kekayaan para owner bisnis skincare itu terjadi secara instan. Di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa semua itu hanya trik marketing dari para owner brand skincare belaka.
Jika merujuk pada data, masyarakat Indonesia kini agaknya memang menaruh minat yang besar terhadap produk-produk skincare juga makeup lokal. Laporan ZAP Beauty Index 2023 menemukan bahwa 96,8 persen dari 9.000 responden yang disurvei mengaku telah menggunakan produk skincare lokal. Sementara itu, hanya 3,2 persen yang menggunakan produk perawatan kulit dari luar negeri.
Di sisi lain, laporan dari Populix bertajuk Unveiling Indonesian Beauty & Dietary Lifestyle menyebutkan bahwa sebanyak 54 persen responden lebih memilih produk mekap lokal dibandingkan dari luar negeri. Dua alasan terbesar responden lebih memilih produk makeup lokal yakni karena harganya yang terjangkau dan kualitasnya yang serupa dengan produk-produk merek kenamaan.
Menanggapi fenomena tersebut, Pakar Marketing Inventure Consulting Yuswohady mengatakan apa yang dilakukan oleh para owner bisnis skincare tersebut merupakan bagian dari personal branding, yang secara terus-menerus coba mereka bangun di media sosial.
Personal branding adalah upaya sadar dan disengaja untuk menciptakan dan mempengaruhi persepsi publik terhadap seseorang dengan memposisikan mereka sebagai otoritas dalam industrinya.
Selain itu, personal branding juga bisa meningkatkan kredibilitas seseorang dan membedakan diri mereka dari pesaing. Pada akhirnya memajukan karier serta memperluas lingkaran pengaruh mereka, hingga mempunyai dampak yang lebih besar.
Menurutnya, dalam bisnis skincare, personal branding menjadi sangat penting sebagai daya pikat konsumen. Misalnya, sebuah merek skincare menggaet artis terkenal untuk menjadi duta merek ataupun endorser produk mereka. Belakangan, hal itu juga dilakukan oleh owner brand itu sendiri untuk membangun kepercayaan publik, dengan cara menciptakan persona yang kuat di media sosial.
Hanya, karena mereka kebanyakan membangun bisnis dari usaha kecil, ada kecenderungan dari para owner bisnis skincare itu untuk flexing, atau memamerkan kekayaan ketika telah mencapai kesuksesan, sebagai bagian dari personal branding mereka.
Termasuk, mereka juga menunjukkan penampilan yang cantik, glamor, dengan kulit glowing hanya menggunakan produk skincare dari brand mereka sendiri. Dengan begitu, ketika personal branding sang owner berhasil, bukan tak mungkin banyak orang pun akhirnya tertarik untuk membeli produk mereka.
Baca juga: Cerita Pasangan yang Sukses Kembangkan Brand Skincare Teratu Beauty, Kini Beromzet Miliaran!
"Jadi menurut saya ini antara personal branding dan product branding itu jalan bareng, karena bisnis kosmetik itu kan menjual dream [mimpi], jadi hal-hal seperti itu menjadi perhitungan. Artinya kalau sosoknya sukses, maka akan kebawa produknya juga sukses," katanya saat dihubungi Hypeabis.id, Senin (11/9/2023).
Pasalnya, menurut Yuswohady, ketika personal branding hanya menonjolkan seseorang menggunakan atau membicarakan keunggulan produk yang dijual, justru akan menciptakan kejenuhan di kalangan calon konsumen. Oleh karena itu, para owner tersebut mengajak para pengikutnya untuk mengikuti rutinitas dan gaya hidup mereka.
Akan tetapi, jika tidak dilakukan dengan bijak, para owner ini bukan tidak mungkin akan terbuai dengan sorotan selebritas yang menghampiri mereka. Sebaliknya, mereka justru mengabaikan tugas dan fungsi mereka sebagai pemilik bisnis untuk terus mengembangkan produk, mengatur manajemen perusahaan, serta menciptakan inovasi.
"Karena sebenarnya business owner yang paling penting kan justru mengembangkan produk, sistem, pemasaran, dan seterusnya. Kalau keasyikan ngartis dan senang dielu-elukan banyak orang, nanti dia lupa bahwa produk itu perlu ditekuni dan ditingkatkan," katanya.
Strategi Efektif
Diakui oleh Yuswohady cara marketing semacam ini cukup efektif dilakukan di zaman banyaknya orang yang menggunakan media sosial seperti sekarang ini. Dia menjelaskan media sosial diciptakan sebagai ruang komunikasi antarorang, sehingga kedudukan suatu brand atau perusahaan masih kalah dengan kekuatan sosok figur tertentu.
Hal itu bisa dibuktikan dengan jumlah pengikut owner brand tertentu yang biasanya lebih banyak dibandingkan dengan akun brand mereka. Oleh karena itu, Yuswohady menuturkan untuk melakukan pemasaran di media sosial, tidak bisa dilakukan dengan pendekatan korporasi. Sebaliknya, pendekatan yang perlu dilakukan adalah secara personal dengan membangun interaksi dan engagement sesama manusia.
"Makanya personal branding itu menjadi lebih powerful. Jadi bukan owner-nya numpang ke produk tapi produknya numpang ke owner, karena media sosial itu memang interaksi orang bukan perusahaan," imbuhnya.
Baca juga: Tren Skincare: Pencerahan Kulit Disukai Pasar Indonesia, Pasar Eropa Pilih Anti Penuaan
Editor: Dika Irawan
Meskipun begitu, para owner bisnis skincare lokal ini juga kerap mengunggah video yang menampilkan membludaknya pesanan produk perawatan kulit.Tak jarang dari mereka juga memperlihatkan kepada netizen ratusan, bahkan ribuan resi pesanan ataupun paket produk yang tercecer.
Baca juga: Di Balik Cerahnya Bisnis Skincare Lokal, Harga Terjangkau Saja Tidak Cukup
Bukan cuma itu, mereka juga sesekali memamerkan pendapatan penjualan produk skincare, yang bisa mencapai miliaran rupiah dalam satu hari. Capaian itu juga umujnya ditopang dengan kegiatan promosi penjualan melalui fitur live streaming di media sosial ataupun ecommerce.
Fenomena ini pun memunculkan pertanyaan hingga perbincangan di kalangan warganet. Tak sedikit dari mereka yang meduga, kekayaan para owner bisnis skincare itu terjadi secara instan. Di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa semua itu hanya trik marketing dari para owner brand skincare belaka.
Jika merujuk pada data, masyarakat Indonesia kini agaknya memang menaruh minat yang besar terhadap produk-produk skincare juga makeup lokal. Laporan ZAP Beauty Index 2023 menemukan bahwa 96,8 persen dari 9.000 responden yang disurvei mengaku telah menggunakan produk skincare lokal. Sementara itu, hanya 3,2 persen yang menggunakan produk perawatan kulit dari luar negeri.
Di sisi lain, laporan dari Populix bertajuk Unveiling Indonesian Beauty & Dietary Lifestyle menyebutkan bahwa sebanyak 54 persen responden lebih memilih produk mekap lokal dibandingkan dari luar negeri. Dua alasan terbesar responden lebih memilih produk makeup lokal yakni karena harganya yang terjangkau dan kualitasnya yang serupa dengan produk-produk merek kenamaan.
Menanggapi fenomena tersebut, Pakar Marketing Inventure Consulting Yuswohady mengatakan apa yang dilakukan oleh para owner bisnis skincare tersebut merupakan bagian dari personal branding, yang secara terus-menerus coba mereka bangun di media sosial.
Personal branding adalah upaya sadar dan disengaja untuk menciptakan dan mempengaruhi persepsi publik terhadap seseorang dengan memposisikan mereka sebagai otoritas dalam industrinya.
Selain itu, personal branding juga bisa meningkatkan kredibilitas seseorang dan membedakan diri mereka dari pesaing. Pada akhirnya memajukan karier serta memperluas lingkaran pengaruh mereka, hingga mempunyai dampak yang lebih besar.
Menurutnya, dalam bisnis skincare, personal branding menjadi sangat penting sebagai daya pikat konsumen. Misalnya, sebuah merek skincare menggaet artis terkenal untuk menjadi duta merek ataupun endorser produk mereka. Belakangan, hal itu juga dilakukan oleh owner brand itu sendiri untuk membangun kepercayaan publik, dengan cara menciptakan persona yang kuat di media sosial.
Hanya, karena mereka kebanyakan membangun bisnis dari usaha kecil, ada kecenderungan dari para owner bisnis skincare itu untuk flexing, atau memamerkan kekayaan ketika telah mencapai kesuksesan, sebagai bagian dari personal branding mereka.
Termasuk, mereka juga menunjukkan penampilan yang cantik, glamor, dengan kulit glowing hanya menggunakan produk skincare dari brand mereka sendiri. Dengan begitu, ketika personal branding sang owner berhasil, bukan tak mungkin banyak orang pun akhirnya tertarik untuk membeli produk mereka.
Baca juga: Cerita Pasangan yang Sukses Kembangkan Brand Skincare Teratu Beauty, Kini Beromzet Miliaran!
"Jadi menurut saya ini antara personal branding dan product branding itu jalan bareng, karena bisnis kosmetik itu kan menjual dream [mimpi], jadi hal-hal seperti itu menjadi perhitungan. Artinya kalau sosoknya sukses, maka akan kebawa produknya juga sukses," katanya saat dihubungi Hypeabis.id, Senin (11/9/2023).
Ilustrasi produk skincare. (Sumber gambar: Reuben Manshell/Unsplash)
Akan tetapi, jika tidak dilakukan dengan bijak, para owner ini bukan tidak mungkin akan terbuai dengan sorotan selebritas yang menghampiri mereka. Sebaliknya, mereka justru mengabaikan tugas dan fungsi mereka sebagai pemilik bisnis untuk terus mengembangkan produk, mengatur manajemen perusahaan, serta menciptakan inovasi.
"Karena sebenarnya business owner yang paling penting kan justru mengembangkan produk, sistem, pemasaran, dan seterusnya. Kalau keasyikan ngartis dan senang dielu-elukan banyak orang, nanti dia lupa bahwa produk itu perlu ditekuni dan ditingkatkan," katanya.
Strategi Efektif
Diakui oleh Yuswohady cara marketing semacam ini cukup efektif dilakukan di zaman banyaknya orang yang menggunakan media sosial seperti sekarang ini. Dia menjelaskan media sosial diciptakan sebagai ruang komunikasi antarorang, sehingga kedudukan suatu brand atau perusahaan masih kalah dengan kekuatan sosok figur tertentu.
Hal itu bisa dibuktikan dengan jumlah pengikut owner brand tertentu yang biasanya lebih banyak dibandingkan dengan akun brand mereka. Oleh karena itu, Yuswohady menuturkan untuk melakukan pemasaran di media sosial, tidak bisa dilakukan dengan pendekatan korporasi. Sebaliknya, pendekatan yang perlu dilakukan adalah secara personal dengan membangun interaksi dan engagement sesama manusia.
"Makanya personal branding itu menjadi lebih powerful. Jadi bukan owner-nya numpang ke produk tapi produknya numpang ke owner, karena media sosial itu memang interaksi orang bukan perusahaan," imbuhnya.
Baca juga: Tren Skincare: Pencerahan Kulit Disukai Pasar Indonesia, Pasar Eropa Pilih Anti Penuaan
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.