Rekomendasi 5 Buku Fiksi & Non Fiksi, Ada Kumpulan Esai hingga Kisah Petualangan
06 September 2023 |
15:00 WIB
1
Like
Like
Like
Praktik menambah cakrawala ilmu bisa dilakukan dengan berbagai hal sederhana, salah satunya dengan membaca buku. Dikenal sebagai jendela dunia, buku memang bisa menjadi teman dalam menyikapi rutinitas sehari-hari yang monoton sekaligus menemukan momen katarsis.
Selain menambah wawasan, melalui kegiatan ini seseorang juga bisa menghindari rasa bosan serta merangsang kreativitas. Tak hanya itu, lewat membaca juga bisa meningkatkan kualitas berbahasa dan perkembangan sosioemosional hingga kognitif.
Baca juga: 5 Rekomendasi Novel Fiksi Sejarah Karya Sastrawan Populer Indonesia
Nah, jika Genhype sedang mencari buku untuk menemani waktu santai, di bulan September ini ada beberapa buku yang menarik untuk dibaca. Selain untuk mengisi waktu luang, dengan membaca tentunya bakal membuat hari-hari kalian jadi lebih bermanfaat.
Ditulis oleh Yusi Avianto Pareanom, novel setebal 348 halaman ini berkisah tentang riwayat hidup Loki Tua, sang juru masak yang memandu Raden Mandasia dan Sungu Lembu ke Gerbang Agung dalam buku Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi (2016).
Mengambil lanskap sejarah hingga dongeng, buku ini akan mengajak kalian menekuri kisah avonturisme Loki Tua. dari Kepulauan Rempah-rempah hidupnya kelak terombang-ambing dalam bencana dan keberuntungan hidup hingga mengelilingi dunia.
Baca juga: Resensi Buku Pengantin-pengantin Loki Tua: Sebuah Upaya Menelisik Riwayat Si Juru Masak Agung
Keunikan dari buku ini adalah bagaimana sang pengarang mengeksplorasi puspa rupa kuliner yang kerap menerbitkan liur. Kisah pertemuan sang protagonis dengan semesta tokoh dalam novel juga bakal membuat pembaca merenungkan kembali mengenai proses pembelajaran yang seharusnya berlaku seumur hidup.
Buku karya jurnalis senior Nezar Patria ini merupakan kumpulan esai yang ditulis mengenai catatan tentang Aceh, jurnalisme, HAM, dan demokrasi Indonesia. Sebelumnya tulisan tersebut tersebar di berbagai kolom media massa atau postingan medsos sang penulis.
Alih-alih membangun peristiwa dengan narasi besar, Nezar justru menggunakan pengalaman personalnya untuk merefleksikan berbagai persoalan dengan cara yang sangkil. Salah satunya lewat pengalaman yang ditemui hingga ingatan-ingatan terhadap kampung halamannya di Aceh.
Salah satu esai yang cukup menarik disimak adalah Obituari Sirop yang mengisahkan tentang eksistensi pabrik sirup rumahan di Kampung Mulia Aceh. Atau, kelindan pertemuannya dengan berbagai peristiwa (GAM, Orde Baru) dan sosok (Toriq Hadad, Bre Redana, Goenawan Mohamad) yang ditulis dengan gaya ciamik.
Merupakan kumpulan esai dari penulis Eka Kurniawan yang sebelumnya banyak dimuat di Jawa Pos. Dalam buku setebal 276 halaman ini Eka banyak menuliskan tentang perkara-perkara hangat di masyarakat, terutama dinamika sosial, politik, sastra, hingga dunia filsafat.
Total terdapat 68 esai yang ditulis oleh pengarang novel Cantik Itu Luka tersebut. Beberapa yang menarik adalah esai mengenai cara seseorang mendengar atau menafsir sesuatu dalam esai berjudul Yang Benar 'Kongkorongkok' yang Lain Salah.
Selain itu pembaca juga bisa melihat bagaimana sang penulis merefleksikan selera pasar (film, sastra, kopi) yang dibentuk oleh industri kapital di belakangnya. Hal itu pun dapat disimak lewat esai berjudul Bukan Sinema, Bukan Sastra, Juga Bukan Kopi.
Novel karya Remy Sylado ini juga patut untuk dijadikan bacaan dalam menyikapi hari yang begitu-begitu saja. Sebab, selain mengenang sosok cendekia yang mangkat pada akhir tahun lalu itu pembaca juga dapat menghayati kondisi sosial di masa Orba.
Secara umum buku setebal 674 halaman ini berkisah tentang ibu tunggal dengan 2 anak yang bekerja sebagai penyanyi club. Syahdan dia jatuh cinta dengan seorang dosen asal Bali saat bertemu di sebuah pub tempatnya bekerja.
Baca juga: Momen Penting Kiprah Sastrawan Remy Sylado & Karyanya di Belantika Seni Indonesia
Namun, cerita yang seolah berakhir romantis itu tak hanya berhenti disitu. Lewat tokoh bernama Oom Sam kelindan konflik turut bergumul dengan narasi yang dibangun. Sebagai pengusaha, Sam memiliki rencana untuk menguasai lahan Luc yang diindikasikan menyimpan harta karun di dalamnya.
Merupakan kumpulan tulisan dari Budi Warsito mengenai film, seluloid, acara televisi, serangga atau hal-hal yang menarik minat sang penulis dalam merefleksikan pemikirannya. Total, terdapat 41 esai yang ditulis oleh pengarang sekaligus pustakawan itu.
Lewat kumpulan esai yang sebelumnya tersebar blog dan akun media sosialnya itu pembaca akan diajak mengenali proses kreatif sang penulis. Misalnya saat dia menanyakan hal remeh tapi bernas, seperti siapa yang pertama kali memakai istilah punk di Indonesia? Siapa itu Sujud Kendang dan kenapa dia lucu?, dan lainnya.
Dalam kumpulan esainya ini Budi Warsito juga seolah mengajak pembaca mencari benang merah dari semua premis yang ditawarkan. Termasuk merasa menemukan kode-kode, dan malah tersesat sendiri di dalamnya.
Baca juga: Rekomendasi 5 Buku Fiksi yang Cocok Dibaca pada Waktu Luang, Salah Satunya Karya Penulis Eka Kurniawan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Selain menambah wawasan, melalui kegiatan ini seseorang juga bisa menghindari rasa bosan serta merangsang kreativitas. Tak hanya itu, lewat membaca juga bisa meningkatkan kualitas berbahasa dan perkembangan sosioemosional hingga kognitif.
Baca juga: 5 Rekomendasi Novel Fiksi Sejarah Karya Sastrawan Populer Indonesia
Nah, jika Genhype sedang mencari buku untuk menemani waktu santai, di bulan September ini ada beberapa buku yang menarik untuk dibaca. Selain untuk mengisi waktu luang, dengan membaca tentunya bakal membuat hari-hari kalian jadi lebih bermanfaat.
1. Pengantin-pengantin Loki Tua
Ilustrasi buku Pengantin-pengantin Loki Tua. (Sumber gambar: BaNANA)
Mengambil lanskap sejarah hingga dongeng, buku ini akan mengajak kalian menekuri kisah avonturisme Loki Tua. dari Kepulauan Rempah-rempah hidupnya kelak terombang-ambing dalam bencana dan keberuntungan hidup hingga mengelilingi dunia.
Baca juga: Resensi Buku Pengantin-pengantin Loki Tua: Sebuah Upaya Menelisik Riwayat Si Juru Masak Agung
Keunikan dari buku ini adalah bagaimana sang pengarang mengeksplorasi puspa rupa kuliner yang kerap menerbitkan liur. Kisah pertemuan sang protagonis dengan semesta tokoh dalam novel juga bakal membuat pembaca merenungkan kembali mengenai proses pembelajaran yang seharusnya berlaku seumur hidup.
2. Sejarah Mati di Kampung Kami
Ilustrasi buku Sejarah Mati di Kampung Kami (sumber gambar penerbit Pocer)
Buku karya jurnalis senior Nezar Patria ini merupakan kumpulan esai yang ditulis mengenai catatan tentang Aceh, jurnalisme, HAM, dan demokrasi Indonesia. Sebelumnya tulisan tersebut tersebar di berbagai kolom media massa atau postingan medsos sang penulis.
Alih-alih membangun peristiwa dengan narasi besar, Nezar justru menggunakan pengalaman personalnya untuk merefleksikan berbagai persoalan dengan cara yang sangkil. Salah satunya lewat pengalaman yang ditemui hingga ingatan-ingatan terhadap kampung halamannya di Aceh.
Salah satu esai yang cukup menarik disimak adalah Obituari Sirop yang mengisahkan tentang eksistensi pabrik sirup rumahan di Kampung Mulia Aceh. Atau, kelindan pertemuannya dengan berbagai peristiwa (GAM, Orde Baru) dan sosok (Toriq Hadad, Bre Redana, Goenawan Mohamad) yang ditulis dengan gaya ciamik.
3. Tragedimu Komediku
Ilustrasi buku Tragedimu Komediku (sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung)
Total terdapat 68 esai yang ditulis oleh pengarang novel Cantik Itu Luka tersebut. Beberapa yang menarik adalah esai mengenai cara seseorang mendengar atau menafsir sesuatu dalam esai berjudul Yang Benar 'Kongkorongkok' yang Lain Salah.
Selain itu pembaca juga bisa melihat bagaimana sang penulis merefleksikan selera pasar (film, sastra, kopi) yang dibentuk oleh industri kapital di belakangnya. Hal itu pun dapat disimak lewat esai berjudul Bukan Sinema, Bukan Sastra, Juga Bukan Kopi.
4. Kerudung Merah Kirmizi
Ilustrasi buku Kerudung merah Kirmizi (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)
Novel karya Remy Sylado ini juga patut untuk dijadikan bacaan dalam menyikapi hari yang begitu-begitu saja. Sebab, selain mengenang sosok cendekia yang mangkat pada akhir tahun lalu itu pembaca juga dapat menghayati kondisi sosial di masa Orba.
Secara umum buku setebal 674 halaman ini berkisah tentang ibu tunggal dengan 2 anak yang bekerja sebagai penyanyi club. Syahdan dia jatuh cinta dengan seorang dosen asal Bali saat bertemu di sebuah pub tempatnya bekerja.
Baca juga: Momen Penting Kiprah Sastrawan Remy Sylado & Karyanya di Belantika Seni Indonesia
Namun, cerita yang seolah berakhir romantis itu tak hanya berhenti disitu. Lewat tokoh bernama Oom Sam kelindan konflik turut bergumul dengan narasi yang dibangun. Sebagai pengusaha, Sam memiliki rencana untuk menguasai lahan Luc yang diindikasikan menyimpan harta karun di dalamnya.
5. Trocoh
Ilustrasi buku Trocoh (sumber gambar BaNANA)
Lewat kumpulan esai yang sebelumnya tersebar blog dan akun media sosialnya itu pembaca akan diajak mengenali proses kreatif sang penulis. Misalnya saat dia menanyakan hal remeh tapi bernas, seperti siapa yang pertama kali memakai istilah punk di Indonesia? Siapa itu Sujud Kendang dan kenapa dia lucu?, dan lainnya.
Dalam kumpulan esainya ini Budi Warsito juga seolah mengajak pembaca mencari benang merah dari semua premis yang ditawarkan. Termasuk merasa menemukan kode-kode, dan malah tersesat sendiri di dalamnya.
Baca juga: Rekomendasi 5 Buku Fiksi yang Cocok Dibaca pada Waktu Luang, Salah Satunya Karya Penulis Eka Kurniawan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.