Gapai Sukses Lewat Hobi Membaca Ala Rhenald Kasali
28 July 2021 |
20:08 WIB
Rajin membaca menuntun kita pada keberhasilan dalam hidup maupun karier. Sejumlah orang membuktikan, pencapaian itu tak lepas dari kebiasaan mereka membaca buku. Kita pun bisa mengikuti jejak mereka yang menjadi penggemar buku atau punya kegemaran membaca. Salah satunya adalah Rhenald Kasali.
Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia (UI) dan juga praktisi bisnis ini cukup akrab dengan buku. Dia mengatakan bahwa membaca sudah menjadi bagian dari kesehariannya yang tak bisa terlepaskan.
Rhenald Kasali punya cerita tersendiri terkait dengan kegemarannya membaca. Dia menuturkan, dirinya bisa membeli sampai dengan 20 buku terbaru setiap pergi ke luar negeri.
Buku-buku tersebut tidak hanya terkait dengan disiplin ilmu yang dia tekuni, yaitu manajemen. Dia menyatakan, senang melahap berbagai buku dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari manajemen, ekonomi, psikologi, politik, hingga novel fiksi dari karangan penulis Tanah Air.
“Saya membaca [buku] lintas disiplin ilmu, tidak melatih diri pada suatu [disiplin] ilmu. Saya juga membaca novel-novel karangan Lesley Cookman, Tom Kristensen. Kalau novel-novel Indonesia saya membaca karangan Dewi Lestari, Ahmad Tohari, dan Pram (Pramoedya Ananta Toer),” ujarnya.
Lebih lanjut, Rhenald menjelaskan bahwa seluruh koleksi bukunya yang jumlahnya mencapai 12.000 buku saat ini dia simpan di rumahnya. Adapun sebelumnya, buku-buku tersebut sempat dia simpan di Niaga Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta selama satu dekade.
“Dulu sempat saya taruh di Niaga Tower sekitar 10 tahun. Saya tarik ke tempat saya setelah Pak Robby Djohan (eks Direktur Utama Bank Niaga dan Garuda Indonesia) meninggal dunia. Karena tidak tahu siapa yang bertanggung jawab dan membaca nantinya,” paparnya.
Selain mengoleksi lebih dari 12.000 buku fisik, Rhenald menyebut dirinya juga berlangganan layanan perpustakaan digital untuk mengakses berbagai buku yang belum atau tidak tersedia di Indonesia.
Berbicara mengenai waktu yang digunakan untuk membaca, Rhenald mengatakan dirinya menghabiskan waktu sampai dengan empat jam setiap harinya untuk membaca. Hal tersebut dia lakukan setiap pagi setelah berolahraga atau di sela-sela kesibukannya.
“Kalau waktu untuk menulis dan membaca tidak ada pembagian khusus. Kalau saya sedang kosong ya antara menulis atau membaca, contoh ketika di bandara atau pesawat. Ketika libur agak panjang bisa seharian penuh menulis atau membaca,” ujarnya.
Kemudian dia juga menyebut bahwa membaca dan menulis merupakan sebuah latihan kesabaran. Saat melakukan aktivitas tersebut sudah barang tentu harus mampu menahan berbagai godaan untuk melakukan aktivitas lain yang jauh lebih menyenangkan.
Adapun dari puluhan buku karangannya, Rhenald menyebut buku berjudul “cHaNgE!” yang terbit pada 2005 paling istimewa. Pasalnya, buku tersebut yang akhirnya melahirkan Rumah Perubahan pada 2007.
“Rumah perubahan itu didirikan dengan uang [penjualan] buku “cHaNgE!” itu buku yang istimewa buat saya. Selain itu, ada juga buku “Disruption” yang terbit pada 2017 dan menjadi istimewa karena setelahnya semua orang mendadak bicara mengenai itu,” tuturnya.
Editor: Roni Yunianto
Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia (UI) dan juga praktisi bisnis ini cukup akrab dengan buku. Dia mengatakan bahwa membaca sudah menjadi bagian dari kesehariannya yang tak bisa terlepaskan.
Rhenald Kasali punya cerita tersendiri terkait dengan kegemarannya membaca. Dia menuturkan, dirinya bisa membeli sampai dengan 20 buku terbaru setiap pergi ke luar negeri.
Buku-buku tersebut tidak hanya terkait dengan disiplin ilmu yang dia tekuni, yaitu manajemen. Dia menyatakan, senang melahap berbagai buku dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari manajemen, ekonomi, psikologi, politik, hingga novel fiksi dari karangan penulis Tanah Air.
“Saya membaca [buku] lintas disiplin ilmu, tidak melatih diri pada suatu [disiplin] ilmu. Saya juga membaca novel-novel karangan Lesley Cookman, Tom Kristensen. Kalau novel-novel Indonesia saya membaca karangan Dewi Lestari, Ahmad Tohari, dan Pram (Pramoedya Ananta Toer),” ujarnya.
Lebih lanjut, Rhenald menjelaskan bahwa seluruh koleksi bukunya yang jumlahnya mencapai 12.000 buku saat ini dia simpan di rumahnya. Adapun sebelumnya, buku-buku tersebut sempat dia simpan di Niaga Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta selama satu dekade.
“Dulu sempat saya taruh di Niaga Tower sekitar 10 tahun. Saya tarik ke tempat saya setelah Pak Robby Djohan (eks Direktur Utama Bank Niaga dan Garuda Indonesia) meninggal dunia. Karena tidak tahu siapa yang bertanggung jawab dan membaca nantinya,” paparnya.
Selain mengoleksi lebih dari 12.000 buku fisik, Rhenald menyebut dirinya juga berlangganan layanan perpustakaan digital untuk mengakses berbagai buku yang belum atau tidak tersedia di Indonesia.
Berbicara mengenai waktu yang digunakan untuk membaca, Rhenald mengatakan dirinya menghabiskan waktu sampai dengan empat jam setiap harinya untuk membaca. Hal tersebut dia lakukan setiap pagi setelah berolahraga atau di sela-sela kesibukannya.
“Kalau waktu untuk menulis dan membaca tidak ada pembagian khusus. Kalau saya sedang kosong ya antara menulis atau membaca, contoh ketika di bandara atau pesawat. Ketika libur agak panjang bisa seharian penuh menulis atau membaca,” ujarnya.
Kemudian dia juga menyebut bahwa membaca dan menulis merupakan sebuah latihan kesabaran. Saat melakukan aktivitas tersebut sudah barang tentu harus mampu menahan berbagai godaan untuk melakukan aktivitas lain yang jauh lebih menyenangkan.
Adapun dari puluhan buku karangannya, Rhenald menyebut buku berjudul “cHaNgE!” yang terbit pada 2005 paling istimewa. Pasalnya, buku tersebut yang akhirnya melahirkan Rumah Perubahan pada 2007.
“Rumah perubahan itu didirikan dengan uang [penjualan] buku “cHaNgE!” itu buku yang istimewa buat saya. Selain itu, ada juga buku “Disruption” yang terbit pada 2017 dan menjadi istimewa karena setelahnya semua orang mendadak bicara mengenai itu,” tuturnya.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.