Ilustrasi menjalani gaya hidup slow living (Sumber foto: Freepik)

Hypereport: Menjalani Hidup yang Bermakna dengan Slow Food & Slow Living

19 September 2023   |   16:21 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Tak ada salahnya untuk menjalani kehidupan yang perlahan, tanpa terburu-buru dalam melakukan segala sesuatu. Berangkat dari pemahaman tersebut, kini sejumlah orang mulai menerapkan gaya hidup yang dikenal dengan slow living. Mereka yang melakoni ini hidup lebih lebih santai, sederhana, dan bermakna.

Segala ambisi dan kompetisi yang menuntut kita untuk punya suatu pencapaian dalam hidup, mungkin bisa dikesampingkan terlebih dulu. Dengan gaya hidup slow living, kalian akan lebih didorong untuk fokus pada masa kini, diri sendiri, dan hubungan yang terjalin dengan orang sekitar.
 

Mengutip dari slow living ldn, berdasarkan sejarahnya, kemunculan gaya hidup slow living dipicu oleh gerakan slow food yang dimulai pada era 1980-an di Italia. Gerakan itu merupakan aksi untuk menggunakan pangan lokal, melindungi keanekaragaman hayati, dan mendukung produksi pangan yang baik, bersih, dan adil untuk semua orang

Pada dasarnya slow food adalah aksi penolakan terhadap fast food yang makin menjamur di mana-mana. Sejak awal kemunculannya, waralaba makanan cepat saji memang menyasar orang-orang yang sangat sibuk sampai tidak punya waktu untuk makan.

Kini dengan munculnya gaya hidup slow living, orang jadi bisa memilih untuk lebih menikmati makanan yang diolah dengan perlahan. Tentunya dibuat dari bahan-bahan alami dan proses memasak yang sehat. 

Baca juga artikel terkait: 
1. Hypereport: Putuskan Pensiun Dini karena Frugal Living
2. Hypereport: Menata Gaya Hidup Lebih Ramah Lingkungan & Berkelanjutan
3. Hypereport: Gaya Hidup Minimalis, Bukan Sekadar Berhemat

Siti Ariyani, salah satu penggiat slow food dan slow living, mengaku telah menjalankan gaya hidup ini sejak 2018. Sekitar 7 tahun lalu, suaminya didiagnosis kanker oleh dokter dan harus menjalani 6 kali kemoterapi. Kejadian yang menimpanya itu membuatnya berefleksi kenapa hidup terlalu terburu-buru, termasuk dari sisi mengonsumsi makanan. 

Keduanya lalu memutuskan untuk menerapkan gaya hidup sehat. Dimulai dengan menghindari makanan yang dibuat dan diproses dengan bahan kimia, lalu beralih dengan mengonsumsi bahan pangan hasil kebun sendiri.

"Alhamdulillah suami diberi kesehatan dan mulai menjaga makanannya, untuk mempermudah kami membuat kebun organik untuk mempermudah masak sehari-hari," katanya kepada Hypeabis.id.

Ariyani dan suaminya pun berpikir mungkin di luar sana banyak orang-orang dengan pengalaman serupa. Mereka yang ingin mengonsumsi bahan pangan sehat tapi tidak memiliki akses untuk mendapatkannya. Sampai akhirnya pada 2021, bersama sang suami dia mendirikan restoran bernama Tanasurga yang menyajikan makanan organik dengan konsep slow food.

"Saya dan suami menanam sayuran seperti tomat, kale, kailan, kemangi, basil, daun bawang, mint, lalu ada juga buah seperti markisa yang akan diolah jadi sirup, selai, atau salad dressing," katanya. 
 
Meski begitu, tidak semua bahan makanan yang disajikan menggunakan hasil panen kebun sendiri. Ariyani juga membeli dari komunitas petani lokal di sekitar salatiga yang menyediakan bahan pangan organik.

"Kami punya konsep from garden to table, menggunakan bahan makanan yang diambil dari kebun lalu diolah dan disajikan kepada pengunjung," katanya. 

Lebih lanjut dia berujar, memang dari segi penyajiannya bisa lebih lama daripada fast food, tapi nilai gizinya tentu lebih tinggi dan sangat menyehatkan. Terakhir dia berpesan, apa yang kita konsumsi saat ini akan menentukan apa yang terjadi pada kita di masa depan.
 

(Sumber foto: Freepik/Wirestock)

(Sumber foto: Freepik/Wirestock)

Gaya hidup slow food inilah yang selanjutnya membuat banyak orang mulai menerapkan slow living. Joe Irene, psikolog klinis dari Rumah Bicara menjelaskan bahwa slow living merupakan keinginan untuk lebih fokus menjalani hidup di masa kini dan mementingkan hal yang bermakna baginya.

"Slow living artinya semua hal dilakukan dengan perlahan dan penuh kesadaran, mulai dari makan, memasak, bekerja, menjalin pertemanan, sampai mengasuh anak," kata Irene.

Gaya hidup ini membuat seseorang lebih tenang dalam mengelola dirinya sendiri. Fokus pada apa yang dikerjakan saat ini dan tidak melulu berorientasi pada hasil. Tentunya ini baik untuk kesehatan mental. "Kalau menjalani hidup yang tidak fokus di masa kini, dia akn melupakan hal yang bermakna dan akhirnya malah menyesal di kemudian hari," ujarnya. 

Lebih lanjut Irene menegaskan bahwa slow living berbeda dengan hidup bermalas-malasan. Menurutnya, slow living adalah tentang melakukan segala sesuatunya dengan perlahan tapi tetap produktif. Sementara malas adalah memilih untuk tidak melakukan sesuatu. 

Jadi, katanya, orang yang melakoni gaya hidup ini tetap bisa produktif karena mereka punya mindset untuk fokus kepada kualitas bukan kuantitas. Mereka umumnya lebih mementingkan proses ketimbang hasil. 

Meski begitu, memang dalam memulai hal ini banyak tantangannya, terutama kaum urban di perkotaan yang semua aktivitasnya diburu waktu. Rasanya semua orang berjuang untuk bertahan hidup dengan ambisi dan kompetisi, supaya lebih baik dari orang lain.

"Ambisi dan kompetisi sebetulnya penting supaya kita tetap termotivasi, dalam slow living kita juga perlu tapi dalam level moderat," katanya.

Di tengah kehidupan perkotaan yang sangat sibuk, masyarakat tetap bisa menjalani slow living tanpa mengesampingkan ambisi dan kompetisi. Misalnya dalam bekerja, tentu kita perlu memenuhi tenggat waktu. Namun, setiap orang bisa saja menuntaskannya dengan tempo dan kecepatannya masing-masing.

"Kalau tidak mau diburu waktu, kita bisa mengatur plan, misalnya apa yang mau dikerjakan duluan supaya semuanya bisa tetap selesai tepat waktu," katanya.

Baca juga: Memahami Slow Living, Ide Besar dari Carlo Petrini yang Mengubah Banyak Hal

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Serial One Piece Live Action Raih Rating Memuaskan, Bakal Lanjut ke Season 2?

BERIKUTNYA

3 Filosofi Hidup Orang Jepang yang Bisa Bikin Kalian Tenteram

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: