Ilustrasi Slow Living (Sumber gambar: Freepik)

Memahami Slow Living, Ide Besar dari Carlo Petrini yang Mengubah Banyak Hal

20 July 2023   |   12:55 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Gaya hidup slow living belakangan jadi perbincangan banyak orang. Prinsip hidup yang lebih seimbang, lebih pelan, dan lebih menikmati kehidupan ini ternyata banyak dilakukan oleh selebritas dunia dan nasional. Terbaru, artis Lulu Tobing juga menerapkan konsep tersebut.

Di tengah kehidupan yang seolah terus berjalan makin cepat, slow living muncul bak oase di gurun pasir. Konsep ini menawarkan sisi berlawanan dari arah dunia saat ini. Dengan menjalani kehidupan yang lebih pelan dan seimbang, orang akan jadi lebih menghargai proses dan waktu.

Ya, sesuai dengan namanya, slow living menawarkan konsep hidup yang memungkinkan seseorang lebih menurunkan kecepatannya sejenak untuk menghargai berbagai momen indah di hidup ini. Slow living bisa diartikan sebagai melakukan hal lebih sedikit, membeli lebih sedikit, tetapi tetap punya makna di dalam segala aktivitasnya.

Gaya hidup yang sedikit melambat ini bukan berarti sebuah kegagalan. Konsep ini hanya ingin mempertanyakan apa yang sebenarnya kamu butuhkan dan bagaimana kamu bisa menikmati setiap hal yang dilakukan secara lebih dalam.

Filosofi ini mencoba membuat setiap orang kembali merebut waktu dan tidak lagi dikejar waktu. Dengan cara ini, harapannya akan ada ketenangan diri dan hubungan yang lebih baik yang tercipta antara diri ini dengan berbagai aktivitas yang dilakukan.

Oleh karena itu, dalam pandangan slow living, orang yang sibuk bukan selalu berarti orang sukses. Orang yang membeli lebih banyak juga bukan berarti lebih kaya.

Konsep hidup yang menarik ini nyatanya telah ada sejak puluhan tahun lalu. Hingga saat ini, konsep ini masih diamini oleh banyak orang di dunia. Kini, bahkan kembali tenar setelah sejumlah artis mengungkapkan bahwa dirinya mengikuti filosofi ini.
 

Slow Living dan Peran Carlo Petrini dari sebuah Makanan

 

Ilustrasi Slow Living (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi Slow Living (Sumber gambar: Freepik)


Konsep slow living tak bisa dilepaskan dari peran Carlo Petrini. Dia sejak 1980-an membuat gerakan yang sangat terkenal dan menginspirasi banyak orang. Gerakan tersebut bahkan mampu mengubah banyak hal.

Melansir dari laman resmi pergerakan Slow Food, Carlo memperkenalkan prinsip slow food movement untuk menentang budaya fast food yang makin bertumbuh pada era itu. Ide dia adalah untuk mengedepankan makanan tradisional dan kultur gastronomi yang jauh lebih sehat.

Manfaatnya yang besar membuat praktik “memperlambat diri” juga dipraktikkan dalam banyak hal, seperti gaya hidup, karier, dan banyak hal lainnya. Dari sini, kemudian orang mulai mengenal slow living.

Gerakan yang pelan-pelan membesar ini terus bertumbuh setiap tahun, bahkan saat ini. Pada 1990 misalnya, Kongres Internasional Slow Food pertama diadakan di Venesia. Setelah itu, gerakan ini mulai bermunculan di banyak negara.

Tujuh tahun berlalu, tepatnya 1997, sebuah pameran internasional tentang Slow Food digelar. Pameran Cheese ini mendedikasikan diri untuk produk susu. Lalu, acara ini terus diadopsi ulang dan menjadi rutin dua tahun sekali.

Pada 2003, Yayasan Slow Food untuk Keanekaragaman Hayati dibentuk. Prinsip ini juga makin melebar ke berbagai makanan, termasuk keju dan produk olahan lain.

Pada 2007, Kongres Slow Food Internasional kelima diadakan di Meksiko. Ada 600 delegasi internasional yang hadir. Pada pertemuan ini, deklarasi Puebla disahkan untuk melanjutkan perjalanan yang sudah dimulai 18 tahun sebelumnya.

Gerakan ini makin membesar pada 2011 saat kampenye Slow Europe diluncurkan. Mereka ingin kebijakan Eropa lebih mempromosikan keberlanjutan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan dukungan petani kecil. Dengan prinsip yang masih sama, tetapi fokus gerakan makin besar.

Dalam dua dekade ini, gerakan ini memang terus berevolusi merangkul pendekatan komprehensif terhadap makanan untuk mengakui hubungan kuat antara manusia, makanan, piring dan seisinya.

“Hari ini slow food mewakili gerakan global yang melibatkan ribuan proyek dan jutaan orang di lebih dari 160 negara,” tulis situs tersebut.

Atas jasa besar Carlo Petrini, dia pada 2008 dinobatkan sebagai salah satu dari 50 orang yang dapat menyelamatkan planet ini versi surat kabar The Guardian. Dia juga banyak menerima penghargaan bergengsi lain.

Mulai Communicator of the Year di International Wine and Spirit Competition, gelar kehormatan dalam antropologi budaya dari University of New Hampshire, hingga Eckart Witzigmann Science and Media Prize dari Jerman.

Baca juga: Cara Menerapkan Slow Fashion, Lebih Hemat dan Berkelanjutan

Sampai saat ini, Carlo dan gerakan ini masih membayangkan sebuah dunia di mana semua orang dapat mengakses dan menikmati makanan yang baik untuk mereka, baik untuk mereka yang menanamnya, dan baik untuk planet ini. Pendekatan gerakan ini didasarkan pada konsep pangan yang didefinisikan oleh tiga prinsip yang saling berhubungan: baik, bersih, dan adil.

Editor: M R Purboyo

SEBELUMNYA

Kisah Pasangan Suami Istri yang Sukses Produksi Keju Artisan Organik

BERIKUTNYA

Tayang 27 Juli, Cek Dulu 7 Fakta Menarik di Balik Film Horor Mantra Surugana

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: