Profil KAWS, Seniman AS yang Boyong Patung Raksasa di Candi Prambanan
20 August 2023 |
07:00 WIB
Ada pemandangan yang berbeda di Kompleks Taman Candi Prambanan, Yogyakarta. Sebuah patung raksasa seperti karakter kartun tampak tergeletak di sebuah lapangan luas di situs candi terbesar umat Hindu itu. Patung tersebut adalah karya seni karakter companion ikonik dari seniman asal AS Brian Donnelly atau yang lebih dikenal dengan nama KAWS.
Kehadiran patung raksasa sepanjang 45 meter dan setinggi 15 meter itu merupakan bagian dari rangkaian tur pameran dunia KAWS yang bertajuk KAWS: Holiday. Menjadi gelarannya yang ke-10, pameran KAWS di Indonesia ini berlangsung pada 19-31 Agustus 2023.
Baca juga: Profil Seniman Erianto: Profesi Tanpa Batas, Karya Tanpa Pensiun
KAWS: Holiday merupakan tur pameran dunia KAWS yang dimulai sejak 2018. Penyelenggaraan pameran ini bekerja sama dengan AllRightsReserved (ARR), sebuah studio kreatif yang berbasis di Hong Kong. Pameran ini pertama kali digelar di Seoul, Korea Selatan, selama satu bulan dan menampilkan sejumlah karya patung companion ikonik raksasa KAWS sepanjang 28 meter yang mengapung di atas air.
Setelah di Korea, pameran itu pun berkeliling ke sejumlah kota di beberapa negara seperti Taipei, Hong Kong, Tokyo, Bristol, Singapura, Gunung Changbai, dan Melbourne. Dalam setiap gelarannya, pameran itu selalu disambut riuh oleh penikmat seni dan masyarakat umum setempat.
Namun, pameran KAWS:Holiday di Indonesia berbeda dari gelaran sebelumnya di sejumlah negara. Untuk pertama kalinya sepanjang tur KAWS:Holiday selama enam tahun, sang seniman memperkenalkan kembali karya berjudul Accomplice yang pertama kali muncul dalam bentuk figur vinil yang dirilis pada 2002.
"Karya seni sepanjang 45 meter ini akan menjadi patung terbesar yang pernah dibuat oleh sang seniman hingga saat ini," kata pihak ARR dalam keterangan resminya.
Profil KAWS
Brian Donnelly atau lebih dikenal dengan nama KAWS adalah desainer dan seniman asal Amerika Serikat kelahiran Jersey City, New Jersey, pada 4 November 1974. Sebelum dikenal sebagai seniman kenamaan dunia, KAWS memulai perjalanan berkeseniannya di jalanan.
Bakatnya di bidang seni telah muncul sejak KAWS duduk di bangku sekolah menengah atas. Kala itu, dia tertarik pada seni grafiti berkat teman-teman di lingkungan rumahnya. Sejak itu, KAWS gemar menggambar grafiti di atas kertas atau di dinding tempat komunitasnya.
Seiring waktu, dia juga mulai mendapatkan pengaruh dari beberapa seniman seperti Gerhard Richter, Klaus Oldenberg, dan Chuck Close. Kegemarannya dalam menggambar grafiti pun menjadikannya mulai dikenal sebagai seniman grafiti di New York pada awal 1990-an. Gambarnya sering muncul di papan reklame, halte bus, dan bilik telepon umum.
Pada 1996, KAWS memperoleh gelar Bachelor of Fine Arts (BFA) dari School of Visual Arts di New York. Setelah lulus, seniman berusia 49 tahun itu mulai bekerja sebagai seniman lepas untuk The Walt Disney Company, dan berkontribusi untuk beberapa film terkenal besutan perusahaan hiburan itu seperti 101 Dalmatians (1996) dan Daria (1997).
Nama KAWS sebagai seniman pun kian dikenal berkat karya-karya gambar grafitinya, dan sering berpameran di sejumlah museum dan galeri di beberapa negara seperti Paris, London, Jerman, dan Jepang. Pada tahun 1998, dia menerima Pernod Liquid Art Award yang menawarkan hibah kepada seniman baru.
Baca juga: Hypereport Kemerdekaan: Spirit Revolusioner dalam Karya-karya Seniman Dullah
Pada akhir 1990-an, KAWS mulai merancang dan memproduksi mainan vinil edisi terbatas, yang langsung menjadi hit di kalangan komunitas pegiat mainan global. Pada masa ini, KAWS mulai menciptakan karya patung karakter bernama Companion. Kartun itu berupa sosok seperti badut yang mirip Mickey Mouse dengan wajah tertutup oleh kedua tangan dan tanda X pada kepala dan tangannya.
Karakter ini diadaptasi menjadi balon untuk acara Macy's Thanksgiving Day Parade pada 2012 sebagai bagian dari balon Blue Sky Gallery. Sejak saat itu, KAWS mulai serius menggarap sejumlah karya patung Companion hingga berpameran di sejumlah negara seperti Swiss, Hong Kong, Taiwan, London, dan China.
Gaya artistik karya-karya KAWS dicirikan dengan penekanan pada warna dan garis, grafik yang khas seperti penggunaan berulang tanda X pada tangan, hidung, mata, dan telinga karakternya, serta mendekonstruksi ikon budaya pop seperti Mickey Mouse dan Michelin Man dalam bentuk yang baru.
Karakter-karakter kartunnya kerap digambarkan dalam pose pemalu atau tidak berdaya yang ditandai dengan menutupi wajah dengan kedua tangan. Bahkan, beberapa karya patungnya dibuat dengan pose terlentang yang menjadi simbol ketidakberdayaan, alih-alih berdiri tegak.
Meski mengawali kariernya dengan membuat patung, KAWS juga produktif membuat lukisan dan telah berpameran di sejumlah negara seperti Swiss, Hong Kong, Taiwan, London, dan China. Pada 2019, lukisannya yang berjudul The KAWS Album (2005) berhasil terjual seharga US$14,7 juta atau sekitar Rp222 miliar di balai lelang Sotheby's Hong Kong.
Baca juga: Profil Mella Jaarsma, Seniman Komisi Terpilih di ARTJOG 2023
Karya seninya juga telah menjadi ikon budaya pop yang mendunia. Gambar kartun ikoniknya kerap hadir di berbagai merek fesyen dalam proyek kolaborasi sebut saja Nike, Uniqlo, Vans, Burton, Supreme, dan DC Shoes. Selain itu, dia juga kerap berkolaborasi dengan musisi untuk membuat merchandise seperti Travis Scott, Kanye West, dan John Mayer.
Editor: Fajar Sidik
Kehadiran patung raksasa sepanjang 45 meter dan setinggi 15 meter itu merupakan bagian dari rangkaian tur pameran dunia KAWS yang bertajuk KAWS: Holiday. Menjadi gelarannya yang ke-10, pameran KAWS di Indonesia ini berlangsung pada 19-31 Agustus 2023.
Baca juga: Profil Seniman Erianto: Profesi Tanpa Batas, Karya Tanpa Pensiun
KAWS: Holiday merupakan tur pameran dunia KAWS yang dimulai sejak 2018. Penyelenggaraan pameran ini bekerja sama dengan AllRightsReserved (ARR), sebuah studio kreatif yang berbasis di Hong Kong. Pameran ini pertama kali digelar di Seoul, Korea Selatan, selama satu bulan dan menampilkan sejumlah karya patung companion ikonik raksasa KAWS sepanjang 28 meter yang mengapung di atas air.
Setelah di Korea, pameran itu pun berkeliling ke sejumlah kota di beberapa negara seperti Taipei, Hong Kong, Tokyo, Bristol, Singapura, Gunung Changbai, dan Melbourne. Dalam setiap gelarannya, pameran itu selalu disambut riuh oleh penikmat seni dan masyarakat umum setempat.
Namun, pameran KAWS:Holiday di Indonesia berbeda dari gelaran sebelumnya di sejumlah negara. Untuk pertama kalinya sepanjang tur KAWS:Holiday selama enam tahun, sang seniman memperkenalkan kembali karya berjudul Accomplice yang pertama kali muncul dalam bentuk figur vinil yang dirilis pada 2002.
"Karya seni sepanjang 45 meter ini akan menjadi patung terbesar yang pernah dibuat oleh sang seniman hingga saat ini," kata pihak ARR dalam keterangan resminya.
Profil KAWS
Brian Donnelly atau lebih dikenal dengan nama KAWS adalah desainer dan seniman asal Amerika Serikat kelahiran Jersey City, New Jersey, pada 4 November 1974. Sebelum dikenal sebagai seniman kenamaan dunia, KAWS memulai perjalanan berkeseniannya di jalanan.
Bakatnya di bidang seni telah muncul sejak KAWS duduk di bangku sekolah menengah atas. Kala itu, dia tertarik pada seni grafiti berkat teman-teman di lingkungan rumahnya. Sejak itu, KAWS gemar menggambar grafiti di atas kertas atau di dinding tempat komunitasnya.
Seiring waktu, dia juga mulai mendapatkan pengaruh dari beberapa seniman seperti Gerhard Richter, Klaus Oldenberg, dan Chuck Close. Kegemarannya dalam menggambar grafiti pun menjadikannya mulai dikenal sebagai seniman grafiti di New York pada awal 1990-an. Gambarnya sering muncul di papan reklame, halte bus, dan bilik telepon umum.
Pada 1996, KAWS memperoleh gelar Bachelor of Fine Arts (BFA) dari School of Visual Arts di New York. Setelah lulus, seniman berusia 49 tahun itu mulai bekerja sebagai seniman lepas untuk The Walt Disney Company, dan berkontribusi untuk beberapa film terkenal besutan perusahaan hiburan itu seperti 101 Dalmatians (1996) dan Daria (1997).
Nama KAWS sebagai seniman pun kian dikenal berkat karya-karya gambar grafitinya, dan sering berpameran di sejumlah museum dan galeri di beberapa negara seperti Paris, London, Jerman, dan Jepang. Pada tahun 1998, dia menerima Pernod Liquid Art Award yang menawarkan hibah kepada seniman baru.
Baca juga: Hypereport Kemerdekaan: Spirit Revolusioner dalam Karya-karya Seniman Dullah
Pada akhir 1990-an, KAWS mulai merancang dan memproduksi mainan vinil edisi terbatas, yang langsung menjadi hit di kalangan komunitas pegiat mainan global. Pada masa ini, KAWS mulai menciptakan karya patung karakter bernama Companion. Kartun itu berupa sosok seperti badut yang mirip Mickey Mouse dengan wajah tertutup oleh kedua tangan dan tanda X pada kepala dan tangannya.
Karakter ini diadaptasi menjadi balon untuk acara Macy's Thanksgiving Day Parade pada 2012 sebagai bagian dari balon Blue Sky Gallery. Sejak saat itu, KAWS mulai serius menggarap sejumlah karya patung Companion hingga berpameran di sejumlah negara seperti Swiss, Hong Kong, Taiwan, London, dan China.
Gaya artistik karya-karya KAWS dicirikan dengan penekanan pada warna dan garis, grafik yang khas seperti penggunaan berulang tanda X pada tangan, hidung, mata, dan telinga karakternya, serta mendekonstruksi ikon budaya pop seperti Mickey Mouse dan Michelin Man dalam bentuk yang baru.
Karakter-karakter kartunnya kerap digambarkan dalam pose pemalu atau tidak berdaya yang ditandai dengan menutupi wajah dengan kedua tangan. Bahkan, beberapa karya patungnya dibuat dengan pose terlentang yang menjadi simbol ketidakberdayaan, alih-alih berdiri tegak.
Meski mengawali kariernya dengan membuat patung, KAWS juga produktif membuat lukisan dan telah berpameran di sejumlah negara seperti Swiss, Hong Kong, Taiwan, London, dan China. Pada 2019, lukisannya yang berjudul The KAWS Album (2005) berhasil terjual seharga US$14,7 juta atau sekitar Rp222 miliar di balai lelang Sotheby's Hong Kong.
Baca juga: Profil Mella Jaarsma, Seniman Komisi Terpilih di ARTJOG 2023
Karya seninya juga telah menjadi ikon budaya pop yang mendunia. Gambar kartun ikoniknya kerap hadir di berbagai merek fesyen dalam proyek kolaborasi sebut saja Nike, Uniqlo, Vans, Burton, Supreme, dan DC Shoes. Selain itu, dia juga kerap berkolaborasi dengan musisi untuk membuat merchandise seperti Travis Scott, Kanye West, dan John Mayer.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.