Hari Raya Tri Suci Waisak 2024, Simak Makna & Tema Perayaannya
23 May 2024 |
10:53 WIB
Umat Buddha tahun ini merayakan peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak 2568 Buddhis Era (BE) pada 23 Mei 2024. Perayaan Waisak disebut sebagai Hari Raya Trisuci Waisak karena untuk memperingati tiga peristiwa penting yang dilalui Buddha Gautama, yakni Kelahiran Pangeran Sidharta, Pertapa Sidharta menjadi Buddha, dan Buddha Gautama Parinibbana (wafat).
Melalui Waisak, Umat Buddha dingatkan untuk selalu mengenang perjuangan Guru Agung Buddha Gautama dalam menemukan Dhamma Kebenaran Mulia yang membawa umat manusia mencapai kebahagiaan. Yaitu, kebenaran mulia atas adanya penderitaan, kebenaran mulia atas sebab penderitaan, kebenaran mulia atas jalan lenyapnya penderitaan, dan kebenaran mulia lenyapnya penderitaan.
Baca juga : Libur Hari Raya Waisak, Sistem Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan pada 23 & 24 Mei 2024
Menukil dari situs Kementerian Agama RI, kata Waisak berasal dari dua bahasa yakni Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali) yang berarti nama bulan dalam kalender Buddhis. Pada kalender Masehi, Waisak umumnya jatuh pada akhir April, Mei, atau awal Juni.
Kalangan umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak karena untuk memperingati tiga peristiwa penting yaitu kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM, Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM, serta wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Untuk menyambut Waisak, umat Buddha biasanya mengadakan sejumlah kegiatan seperti membersihkan vihara, ziarah ke makan leluhur, dan membersihkan makam pahlawan. Lalu, pada saat Hari Waisak, umat Buddha akan melaksanakan puja pada detik-detik bulan purnama.
Amat selaku Penyuluh Agama Buddha Kankemenag Deli Serdang menjelaskan Pencapaian Penerangan Sempurna merupakan salah satu peristiwa yang diperingati pada hari Waisak. Pencapaian Buddha ini, katanya, hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi umat untuk senantiasa berbuat kebajikan.
"Perayaan Waisak tidak sekadar melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu, umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma," katanya.
Dia menjelaskan tekad dan semangat Buddha Gautama itu ditunjukkan ketika beliau terlahir sebagai Petapa Sumedha, pada masa kehidupan Buddha Dipankara. Petapa Sumedha, jelas dia, bertekad untuk menjadi Buddha pada masa selanjutnya.
Ketika waktunya telah tiba, Siddharta Gautama pun terlahir di Bumi untuk terakhir kalinya demi menyempurnakan parami. Setelah Penerangan Sempurna terealisasikan, Buddha mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan dhamma dan membentuk Sangha.
"Saat menjelang wafat, beliau berpesan, oh para Bhikkhu, segala sesuatu tidak kekal adanya, berjuanglah dengan kewaspadaan [Maha Parinibbana Sutta]. Sudahkah melaksanakan pesan beliau," katanya.
Baca juga : Makna Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta yang Kerap Mengiringi Ucapan Selamat Waisak
Amat juga menambahkan kisah hidup Buddha Gautama mengajarkan umatnya tentang perlunya perjuangan. Umat Buddha yang menyambut Waisak dengan penuh kesadaran dan meneladani sifat-sifat luhur Buddha mampu memaknai arti Waisak yang sesungguhnya. Menurutnya, penghormatan atau puja tertinggi pada Buddha adalah dengan melaksanakan Dhamma dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari, beragama, berbangsa dan bernegara.
Tema Hari Waisak 2024
Tahun ini, perayaan Hari Waisak mengusung tema Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis dan Bahagia. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Supriyadi, menuturkan tema peringatan Tri Suci Waisak 2568 BE memberi pesan kepada umat bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan dan dipertentangkan.
"Perbedaan harus dipahami dan disadari sebagai keberagaman yang saling menguatkan satu sama lain dalam menapaki hidup luhur untuk mencapai tujuan kehidupan yang harmonis dan bahagia,” tuturnya.
Dalam penanggalan Buddhis, kata Supriyadi, pada 2568 tahun yang lalu, Guru Agung Buddha telah mengingatkan arti penting kesadaran atas perbedaan sebagai keberagaman dalam upaya menghindari perselisihan.
Hal itu pun tertuang dalam Dhammapada Syair 6 yang menyatakan, "Pare ca na vijananti, Mayamettha yamamase, Ye ca tattha vijananti, Tato sammanti medhaga”. Artinya, masih banyak orang tidak mengerti mengapa umat dapat binasa di dunia ini akibat perselisihan. Dia yang memahami kebenaran ini, akan dapat melenyapkan perselisihan.
Oleh karena itu, Supriyadi menuturkan umat Buddha diharapkan memaknai peringatan Tri Suci Waisak dengan mengedepankan kesadaran akan keberagaman guna merajut kehidupan bersama dengan suka cita. “Umat dapat mengikuti peringatan Tri Suci Waisak dengan Sati penuh kesadaran dan sukacita bersama keluarga," imbuhnya.
Adapun, peringatan Hari Waisak 2024 akan berpusat di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, yang menjadi candi atau kuil Buddha terbesar di dunia. Selain itu, proses ibadah juga berlangsung di sejumlah candi buddhis lainnya seperti Candi Sewu, Candi Muara Takus, Candi Muara Jambi, dan Candi Sojiwan.
Rangkaian Peringatan Tri Suci Waisak dimulai dengan Bakti Sosial Kesehatan, pengambilan api abadi di Kabupaten Grobogan, pengambilan air berkah di Kabupaten Temangung, Prosesi, Puja Bhakti Waisak, dan diakhiri Puja Pelita/offering lantern.
Baca juga :Serba-Serbi Festival Lampion Waisak 2024 di Candi Borobudur: Cara Penukaran Tiket hingga Rundown Acara
Editor : Puput Ady Sukarno
Melalui Waisak, Umat Buddha dingatkan untuk selalu mengenang perjuangan Guru Agung Buddha Gautama dalam menemukan Dhamma Kebenaran Mulia yang membawa umat manusia mencapai kebahagiaan. Yaitu, kebenaran mulia atas adanya penderitaan, kebenaran mulia atas sebab penderitaan, kebenaran mulia atas jalan lenyapnya penderitaan, dan kebenaran mulia lenyapnya penderitaan.
Baca juga : Libur Hari Raya Waisak, Sistem Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan pada 23 & 24 Mei 2024
Menukil dari situs Kementerian Agama RI, kata Waisak berasal dari dua bahasa yakni Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali) yang berarti nama bulan dalam kalender Buddhis. Pada kalender Masehi, Waisak umumnya jatuh pada akhir April, Mei, atau awal Juni.
Kalangan umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak karena untuk memperingati tiga peristiwa penting yaitu kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM, Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM, serta wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Untuk menyambut Waisak, umat Buddha biasanya mengadakan sejumlah kegiatan seperti membersihkan vihara, ziarah ke makan leluhur, dan membersihkan makam pahlawan. Lalu, pada saat Hari Waisak, umat Buddha akan melaksanakan puja pada detik-detik bulan purnama.
Amat selaku Penyuluh Agama Buddha Kankemenag Deli Serdang menjelaskan Pencapaian Penerangan Sempurna merupakan salah satu peristiwa yang diperingati pada hari Waisak. Pencapaian Buddha ini, katanya, hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi umat untuk senantiasa berbuat kebajikan.
"Perayaan Waisak tidak sekadar melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu, umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma," katanya.
Dia menjelaskan tekad dan semangat Buddha Gautama itu ditunjukkan ketika beliau terlahir sebagai Petapa Sumedha, pada masa kehidupan Buddha Dipankara. Petapa Sumedha, jelas dia, bertekad untuk menjadi Buddha pada masa selanjutnya.
Ketika waktunya telah tiba, Siddharta Gautama pun terlahir di Bumi untuk terakhir kalinya demi menyempurnakan parami. Setelah Penerangan Sempurna terealisasikan, Buddha mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan dhamma dan membentuk Sangha.
"Saat menjelang wafat, beliau berpesan, oh para Bhikkhu, segala sesuatu tidak kekal adanya, berjuanglah dengan kewaspadaan [Maha Parinibbana Sutta]. Sudahkah melaksanakan pesan beliau," katanya.
Baca juga : Makna Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta yang Kerap Mengiringi Ucapan Selamat Waisak
Amat juga menambahkan kisah hidup Buddha Gautama mengajarkan umatnya tentang perlunya perjuangan. Umat Buddha yang menyambut Waisak dengan penuh kesadaran dan meneladani sifat-sifat luhur Buddha mampu memaknai arti Waisak yang sesungguhnya. Menurutnya, penghormatan atau puja tertinggi pada Buddha adalah dengan melaksanakan Dhamma dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari, beragama, berbangsa dan bernegara.
Tema Hari Waisak 2024
Tahun ini, perayaan Hari Waisak mengusung tema Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis dan Bahagia. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Supriyadi, menuturkan tema peringatan Tri Suci Waisak 2568 BE memberi pesan kepada umat bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan dan dipertentangkan.
"Perbedaan harus dipahami dan disadari sebagai keberagaman yang saling menguatkan satu sama lain dalam menapaki hidup luhur untuk mencapai tujuan kehidupan yang harmonis dan bahagia,” tuturnya.
Dalam penanggalan Buddhis, kata Supriyadi, pada 2568 tahun yang lalu, Guru Agung Buddha telah mengingatkan arti penting kesadaran atas perbedaan sebagai keberagaman dalam upaya menghindari perselisihan.
Hal itu pun tertuang dalam Dhammapada Syair 6 yang menyatakan, "Pare ca na vijananti, Mayamettha yamamase, Ye ca tattha vijananti, Tato sammanti medhaga”. Artinya, masih banyak orang tidak mengerti mengapa umat dapat binasa di dunia ini akibat perselisihan. Dia yang memahami kebenaran ini, akan dapat melenyapkan perselisihan.
Oleh karena itu, Supriyadi menuturkan umat Buddha diharapkan memaknai peringatan Tri Suci Waisak dengan mengedepankan kesadaran akan keberagaman guna merajut kehidupan bersama dengan suka cita. “Umat dapat mengikuti peringatan Tri Suci Waisak dengan Sati penuh kesadaran dan sukacita bersama keluarga," imbuhnya.
Adapun, peringatan Hari Waisak 2024 akan berpusat di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, yang menjadi candi atau kuil Buddha terbesar di dunia. Selain itu, proses ibadah juga berlangsung di sejumlah candi buddhis lainnya seperti Candi Sewu, Candi Muara Takus, Candi Muara Jambi, dan Candi Sojiwan.
Rangkaian Peringatan Tri Suci Waisak dimulai dengan Bakti Sosial Kesehatan, pengambilan api abadi di Kabupaten Grobogan, pengambilan air berkah di Kabupaten Temangung, Prosesi, Puja Bhakti Waisak, dan diakhiri Puja Pelita/offering lantern.
Baca juga :Serba-Serbi Festival Lampion Waisak 2024 di Candi Borobudur: Cara Penukaran Tiket hingga Rundown Acara
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.