Seniman Mella Jaarsma (Sumber gambar: Cemeti Art House)

Profil Mella Jaarsma, Seniman Komisi Terpilih di ARTJOG 2023

19 August 2023   |   15:36 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Seniman Mella Jaarsma terpilih menjadi commissioned artist di gelaran ARTJOG 2023. Pihak penyelenggara secara khusus mengundang perupa asal Belanda itu untuk membuat sejumlah karya seni yang spesial dihadirkan di ARTJOG 2023.

Di hajatan seni tahunan itu, Mella memamerkan sejumlah karyanya yang dibuat selama lebih dari tiga dekade karier keseniannya. Karya-karya terbarunya yang dibuat pada tahun ini dihadirkan di dalam sebuah limasan yang secara khusus dibuat di ARTJOG 2023. Limasan atau rumah tradisional masyarakat Jawa menjadi semacam metafora Mella dalam menggambarkan kegamangan masyarakat hari ini dalam meneruskan tradisi.
 
Di dalam limasan itu, dipamerkan pula beraneka macam kostum karyanya yang terbuat dari kain dan kulit kayu, beserta rumah-rumahan kecil beratap ijuk. Bagi Mella, limasan kini tidak hanya menjadi simbol dari sebuah arsitektur lokal tetapi juga mengalami proses marjinalisasi karena bisa dibongkar pasang dan menjadi properti dari kelompok masyarakat lain. 

Baca juga: 7 Karya Seni Instalasi yang Memukau di ARTJOG 2023
 
Di samping itu, sang seniman juga menyoroti sejumlah isu lain dalam karya komisinya di ARTJOG 2023 seperti persoalan identitas, polarisasi, dan pakaian, sebuah kecenderungan yang dalam dekade terakhir ini menguat dalam atmosfer masyarakat Indonesia.
 
Karya-karyanya yang merupakan hasil pandangan kritisnya dalam melihat dinamika kehidupan sosial-politik di Indonesia yang dibuat pada awal tahun 2000-an juga dihadirkan dalam ekshibisi ini.
 

Mella Jaarsma adalah seniman kelahiran Emmeloord, Belanda, pada 9 Oktober 1960. Dia menempuh pendidikan seni rupa di Minerva Academy of Visual Arts, Groningen Belanda pada 1978-1984. Lulus dari kampus itu, Mella memutuskan untuk hijrah dan menetap di Indonesia tepatnya di Yogyakarta sejak 1984.
 
Di Indonesia, dia melanjutkan studi seni rupanya dengan berkuliah di Institut Kesenian Jakarta pada 1984 dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada 1985-1986. Pada 1988, dia menikah dengan seniman Nindityo Adipurnomo dan mendirikan Cemeti Art House di Kota Gudeg itu.
 
Kala itu, Cemeti Arthouse menjadi ruang yang 'cair' untuk para seniman menunjukkan karya-karyanya ketika pintu-pintu galeri lain sulit terbuka untuk mereka. Tak heran jika Cemeti disebut-sebut sebagai salah satu ruang yang turut berkontribusi dalam perkembangan seni kontemporer atau eksperimental di Yogyakarta. Dua seniman tersohor seperti Heri Dono dan Eddie Hara bermula dari galeri ini.
 
Di samping mengelola galeri, Mella produktif membuat karya seni rupa. Karya-karyanya berkisar pada isu sosial, politik, kolonialisme, dan kesetaraan. Semua wacana itu ditelusurinya lantaran sebagai orang Belanda yang sudah lama tinggal di Indonesia, dia ikut merasakan ketegangan antar suku, agama, dan ras menjelang dan setelah reformasi.
 
Selain itu, dia juga tertarik pada struktur sosial era kolonial dan pascakolonial di Indonesia, sehingga posisinya sebagai pendatang yang tinggal lama di Indonesia, menjadi insider sekaligus outsider dalam waktu yang bersamaan. Posisi inilah yang membuatnya sebagai seniman terbilang sangat eksploratif dengan rentang artistik kekaryaan yang luas.
 

Blinkers Mindset (2017), Mella Jaarsma. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Blinkers And Mindset (2017), Mella Jaarsma. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Dalam merepresentasikan karyanya, Mella dikenal karena sejumlah instalasi kostumnya yang kompleks dan fokusnya pada bentuk keragaman budaya dan ras yang tertanam dalam pakaian, tubuh, dan makanan. Baginya, tubuh manusia seperti sebuah bangunan tidak permanen yang didalamnya dapat diubah, dan rumah atau tempat tinggal serta pakaian adalah 'kulit' kedua dari manusia.
 
"Saya suka bekerja dengan pakaian dan saya melihat karya saya sebagai modifikasi tubuh dari ruang sosial di antara lapisan kulit, pakaian, dan perumahan atau arsitektur," kata perupa berusia 63 tahun itu dalam website resminya.
 
Eksplorasi Mella dalam menelisik ragam kemungkinan karya berupa pakaian tidak bisa dilepaskan dari studinya yang mempelajari bidang seni tekstil di Minerva Fine Art Academy di Groningen, Belanda, meskipun akhirnya beralih untuk lebih menekuni bidang seni eksperimental.
 
Salah satu karya instalasinya misalnya berjudul Blinkers And Mindset (2017). Karya ini merupakan hasil perenungannya tentang politik pakaian. Menurutnya, Indonesia adalah salah satu negara dengan spektrum pakaian yang terbilang ekstrem di dunia. 
 
Di Aceh, orang bisa sangat tertutup dengan pakaian. Sebaliknya, di Papua, orang bisa terang-terangan terbuka atau memakai pakaian bermaterial dari tanaman, bahkan tidak mengenakan sehelai kain pakaian pun. Di titik inilah, Mella memandang bahwa pakaian adalah bisa menjadi semacam 'kontrol' atas nama budaya atau agama bagi manusia.
 

Blinkers Mindset (2017), Mella Jaarsma. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Rakus (2018), Mella Jaarsma. (Sumber gambar: Galeri Nasional)

Eksplorasi instalasi pakaiannya yang lain juga tampak dalam karya berjudul Rakus (2018). Mella membuat karya dari beragam material seperti kulit kayu, logam, dan kain. Karya yang mendekonstruksi wajah Rangda atau setan di Bali menjadi simbol kejahatan. Meski begitu, sosok itu tetap dianggap sebagai kekuatan pelindung.
 
Rakus adalah bentuk kritiknya terhadap keserakahan, korupsi, dan manuver politik mereka yang berkuasa dan pengulangan mereka yang terus-menerus sepanjang sejarah. Lidah yang menjulur ke bawah melambangkan rasa frustrasi rakyat karena terjebak dalam keadaan sosial politik.
 
Karya-karya Mella telah banyak ditampilkan dalam pameran dan acara seni rupa di dalam maupun luar negeri, antara lain Dunia Dalam Berita di Museum Macan Jakarta (2019), Setouchi Triennale, Jepang (2019), Biennale Thailand (2018), Sydney Biennale ke-20 (2016), The Roving Eye, Arter, Istanbul(2014), Siasat – Jakarta Biennale, Museum of Ceramics and Fine Arts, Jakarta (2013), dan Suspended Histories, Museum Van Loon, Amsterdam (2013).
 
Selain itu, dia juga pernah memamerkan karyanya di Singapore Biennale Singapore Art Museum (2011), GSK Contemporary – Aware: Art Fashion Identity, the Royal Academy of Arts, London(2010), RE-Addressing Identities, Katonah Museum, New York (2009), Accidentally Fashion, Museum of Contemporary Art, Taipei (2007), Yokohama Triennial (2005) dan banyak lainnya.
 
Di samping itu, karya-karya Mella juga telah menjadi bagian dari koleksi sejumlah museum dan galeri, termasuk di Queensland Art Gallery, Brisbane, National Gallery of Australia dan Singapore Art Museum.

Baca juga: 7 Lukisan yang Mencuri Perhatian di ARTJOG 2023

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

7 Kesalahan Dekorasi Rumah yang Bikin Ruangan Terlihat Kuno

BERIKUTNYA

Hypereport: Dari Kolong Jalan Layang Pasar Rebo hingga Pentas Papan Seluncur Dunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: