7 Lukisan yang Mencuri Perhatian di ARTJOG 2023
14 August 2023 |
22:48 WIB
Yogyakarta tak hanya istimewa karena memiliki sejumlah destinasi wisata dan kuliner yang menarik, tapi juga kekayaan seni dan budayanya. Banyak acara kesenian yang digelar di Kota Gudeg itu baik seni tradisional maupun kontemporer, salah satunya adalah ARTJOG yang kembali digelar tahun ini.
Hajatan seni tahunan itu kembali dihelat untuk publik hingga 27 Agustus 2023 di Jogja National Museum, Yogyakarta. Menggandeng 73 seniman, pameran ini menampilkan ratusan karya yang terdiri dari lukisan, patung, karya media campuran (mixed media), hingga seni instalasi.
Tahun ini, gelaran ARTJOG mengusung tema Motif: Lamaran. Kata motif berarti corak, pola, warna, tata rupa, bahkan juga himpunan lambang atau kreasi simbol. Sedangkan kata 'lamaran' dalam tajuk pameran ini adalah upaya untuk lebih dekat pada penjelajahan berbagai bahasa motif dan cara para seniman mengerjakannya.
Dari pengertian tersebut, tema Motif: Lamaran dipilih sebagai landasan dalam merajut ide dan pola karya seniman sekaligus mengajak mereka untuk mengungkapkan gagasan dan motivasi di balik karya.
Setiap tahunnya, ARTJOG selalu menyuguhkan ragam karya seni dengan ide dan visual yang segar. Tema atau materi yang diusung pun beragam mulai dari kritik politik sosial, dinamika kehidupan modern, tema perempuan, hingga spiritualisme.
Berikut adalah 7 karya seni lukis yang mencuri perhatian di ARTJOG 2023.
Berikut adalah 7 karya seni lukis yang mencuri perhatian di ARTJOG 2023.
1. Exploited Painting Workshop (Ardi Gunawan)
Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta
Ardi Gunawan adalah seniman lintas disiplin asal Jakarta yang karya-karyanya meliputi lukisan, patung, instalasi berskala arsitektur, video, dan desain panggung. Karyanya yang ditampilkan di ARTJOG 2023 adalah seri lukisan hasil karikatur sejumlah subjek dengan teknik melukis mengalirkan material cat di atas kanvas.
Subyek-subyek lukisan yang Ardi pilih pun beragam mulai dari foto keluarga, foto jurnalistik hingga berita yang tersebar di internet, Instagram, atau grup WhatsApp, hingga potret Gubernur Jenderal VOC karya Raden Saleh dari abad 19.
Seri lukisan ini juga mencoba meminjam bahasa visual satir yang banyak ditemukan dalam karikatur, dan mencoba menerjemahkan sejauh mungkin dari sejarah yang terkandung dalam gambar aslinya. Dengan mengkarikaturkan subyek-subyek yang dilukis, sang seniman mengedepankan perbenturan antara 'imajinasi akan fakta' dan 'fakta'.
2. Selera Lokal, Citarasa Internasional (Izat Arif)
Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta
Izat Arif adalah seniman asal Kuala Lumpur dan pernah menempuh studi di Malaysian Institute of Art dan Camberwell College of Art di London. Dia dikenal karena unsur sinisme dan kecerdasan yang ada dalam karya gambar dan instalasinya. Seri lukisannya ini merupakan wujud pemikiran kritisnya tentang dunia seni yang membutuhkan perubahan dari pengetahuan lokal menjadi subjek untuk konsumsi penonton internasional.
Divisualisasikan menggunakan media seperti papan rambu-rambu atau peringatan, Izat berbicara tentang keberhasilan dan kesulitannya menjadi seniman dari Asia Tenggara. Mulai dari kurangnya sumber daya, adanya tekanan tanpa henti untuk terus menyesuaikan diri dengan tren seni global, hingga sikap perlawanan terhadap perampasan budaya lokal.
"Apakah Anda benar-benar tertarik untuk memahami kerumitan pengalaman kami, atau apakah Anda hanya mencari momen yang tepat untuk difoto untuk jejaring orang-orang yang Anda kenal?" tulis sang seniman dalam catatan karyanya.
Kuncir Sathya Viku adalah seniman asal Bali. Karyanya terinspirasi oleh rerajahan, teks-visual magis di Bali yang dipandang sebagai integrasi antara seni dan religi. Dalam seri lukisannya ini, dia memadukan hal magis dengan visi surealnya sendiri tentang kehidupan dan tradisi penyembuhan.
Kuncir memasukkan unsur-unsur rerajahan ke dalam karyanya untuk memberi makna dan konteks baru atas simbol-simbol magis tersebut, khususnya praktik-praktik penyembuhan (healing). Praktik penyembuhan penyakit secara tradisional tanpa perlu pengakuan ilmiah dan sertifikasi pengobatan modern bisa kita temui di banyak wilayah di Indonesia.
Kuncir melestarikan tradisi budaya Bali itu sekaligus mendobrak batas-batas ekspresi seni yang formal, melahirkan kreativitas dan motif gambar yang menawan antara alam fisik dan spiritual. Keseimbangan artistik pada karya Kuncir adalah upayanya menjembatani bentuk seni masa lalu dan masa kini, antara tradisi dan kontemporer.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.