Seorang pengunjung sedang melihat karya di pameran Phygital Art Show: ArtGorithm-Art in Chain di Galeri Zen1 Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Galeri Zen1 x Superlative Gallery Hadirkan Seni Fisik dan Digital dalam Pameran ArtGorithm

04 February 2024   |   00:55 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Galeri Zen1 dan Superlative Gallery menggelar pameran bertajuk Phygital Art Show: ArtGorithm-Art in Chain. Bukan seperti pameran pada umumnya, eksibisi ini mencoba memperkenalkan konsep baru yang disebut phygital, yakni menggabungkan dimensi fisik dan digital.
 
Dalam pameran ini, pengunjung dapat menikmati dan memboyong karya seni secara fisik namun secara bersamaan juga bisa menikmati atau membeli versi digitalnya dalam bentuk Non-Fungible Token (NFT). Eksibisi ini mencoba mempersembahkan pertemuan unik antara dunia digital dan fisik, daring dan luring, melalui inovatif teknologi rantai blok (blockchain). 

Baca juga: 8 Agenda Seru Akhir Pekan 3-4 Februari 2024, Konser Musik Gratis hingga Pameran Seni
 
Direktur Gallery Zen1 Nicolaus F Kuswanto bercerita pameran Phygital Art Show: ArtGorithm-Art in Chain dibuat berkat hasil kolaborasi pihaknya dengan Superlative Gallery. Untuk diketahui, Superlative Gallery merupakan galeri NFT pertama terbesar di Asia Tenggara yang kini memiliki ruang pamer fisik berlokasi di Bali.
 
Pria yang akrab siapa Nico itu tertarik untuk berkolaborasi lantaran pada masa pandemi, Superlative Gallery berhasil menjual karya seni digital dalam bentuk NFT sebanyak 6.000 item. Namun, di saat yang bersamaan, Superlative Gallery yang semula hanya ruang pamer digital kini juga mulai bertransformasi untuk hadir sebagai galeri fisik dan menghadirkan karya-karya seni secara fisik.
 
"Akhirnya saya minta mereka untuk kolaborasi, dimana saya menyerahkan seniman-seniman saya untuk didigitalkan [karyanya]. Jadi setiap karya di sini yang dipamerkan, itu bisa dibeli secara fisik dan NFT, satu bundling melalui platform-nya Superlative," katanya saat ditemui Hypeabis.id di Galeri Zen1 di Jakarta, Sabtu (3/2/2024).
 

Seorang pengunjung sedang melihat karya di pameran Phygital Art Show: ArtGorithm-Art in Chain di Galeri Zen1 Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Seorang pengunjung sedang melihat karya di pameran Phygital Art Show: ArtGorithm-Art in Chain di Galeri Zen1 Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Menurut Nico, pameran ini juga sekaligus pernyataan penting dari pihaknya bahwa kedua entitas dalam dunia seni rupa kini yaitu karya fisik dan NFT harus berjalan beriringan dan saling melengkapi. "Hal yang paling penting bukan bagaimana karya ini terjual banyak, tapi keasliannya yang terjamin. Karena ketika sudah masuk ke NFT, semua identitas dan riwayat karya tercatat," katanya.
 
Dia tak menampik jika kebanyakan kolektor di Indonesia belum terlalu karib dengan NFT, lantaran masih berjalan masing-masing antara dunia karya seni rupa konvensional dan digital. Oleh karena itu, nantinya Galeri Zen1 akan mengadakan semacam workshop yang dihadiri oleh para pemilik galeri konvensional untuk lebih mengenal dan beradaptasi dengan perkembangan NFT dalam dunia seni rupa saat ini.
 
"Kami mau para pecinta seni bisa mendapatkan opsi lebih selain punya karya seni fisik," imbuhnya.
 
Ada 11 seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini yang diboyong oleh Galeri Zen1 dan Superlative Gallery. Dari Galeri Zen1, ada nama-nama seperti Andry 'Boy' Kurniawan, Made Bayak, Radetyo Itok, Syakieb Sungkar, Teja Astawa, dan Yudi Sulistyo. Sementara dari Superlative Gallery ada seniman Acul Caos, Arief Witjaksana, Dhado Wacky, Rijan Maulana, dan Yahya Rifandaru.
 
Kurator Sudjud Dartanto mengatakan karya-karya dalam pameran ini mencerminkan keragaman ekspresi, bentuk, dan gagasan. Mulai dari ekspresi neo-modern hingga kontemporer, dari karya bercorak 'doodling' hingga naratif, simbolik, abstrak, dan figuratif.
 
Karya-karya dalam pameran ini, kata Sudjud, merefleksikan berbagai jenis kesadaran dan semangat zaman yang fragmentaris, melibatkan berbagai persilangan elemen-elemen seperti seni jalanan, budaya populer, tradisi, dan global.
 
"Para perupa dalam pameran ini tercatat produktif berkarya dan menunjukkan keragaman kekuatan karakter dan ekspresinya," katanya.
 

Seorang pengunjung sedang melihat karya di pameran Phygital Art Show: ArtGorithm-Art in Chain di Galeri Zen1 Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Seorang pengunjung sedang melihat karya di pameran Phygital Art Show: ArtGorithm-Art in Chain di Galeri Zen1 Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Hal tersebut misalnya tercermin dalam lukisan figuratif karya Andry 'Boy' Kurniawan berjudul Wrestling For Remembering. Lukisan berdimensi 300 x 200 cm itu mencoba mengapresiasi karya dari Paul Gauguin yang berjudul Vision After the Sermon (1888). Lukisan tersebut menceritakan fenomena seniman-seniman perempuan yang aktif berkarya di Indonesia.
 
Ada juga karya dengan gaya doodling dari seniman Arief Witjaksana. Dalam pameran ini, sang seniman menghadirkan lima karya yang mengangkat tema-tema personal yang berkaitan dengan mental dan perjalanan emosional manusia. Hal itu tampak misalnya pada lukisan Oblivion. Lukisan berdimensi 140 cm x 100 cm itu mencoba memvisualkan sebuah bentuk penjara mental yang menyatukan fiksi dan realitas.
 
Selain itu, ada pula karya figuratif dari seniman Syakieb Sungkar. Kali ini, sang seniman membawa dua lukisan yang dibuat berdasarkan permenungan personalnya. Pada lukisan Menunggu Bintang Jatuh misalnya, Syakieb bercerita tentang kehidupan dirinya yang kini hanya tinggal berdua bersama sang istri, lantaran sudah berpisah rumah dengan kedua anaknya.
 
Untuk menghilangkan kesepian, Syakieb memelihara kucing. Khayalannya akan kehidupan yang ramai pun dituangkan dalam lukisan tersebut. Dia berkhayal seolah-olah menjadi ayah atas sebuah keluarga kucing yang ramai. Mereka sedang bercengkrama di halaman rumah, memperhatikan bintang-bintang yang bercahaya.
 
Syakieb Sungkar mengaku antusias berpartisipasi dalam pameran Phygital Art Show: ArtGorithm-Art in Chain. Menurutnya, pameran ini menjadi momentum menyatunya antara seniman karya fisik dan digital, begitupun kolektor yang mengoleksi karya fisik dan NFT. "Seniman karya fisik dibikinin NFT-nya, seniman yang NFT membuat [karya] fisiknya untuk dipamerkan di tempat yang sama," katanya.
 
Ini kali pertama bagi Syakieb menjual karyanya dalam bentuk NFT. Menurutnya, teknologi yang ditawarkan Superlative Gallery membantunya untuk menjaga autentikasi karyanya. Sebab, di setiap karya, telah ditempel chip Near Field Communication (NFC) yang bisa diakses menggunakan aplikasi khusus, untuk mengetahui identitas, keaslian, dan riwayat karya.
 
"Kita sudah masuk di dunia digital bahkan mata uang juga digital, sehingga mau enggak mau kita harus bergerak ke arah sana. Dengan adanya pameran ini, harapannya, pengoleksian NFT itu menjadi lebih ramai dan para kolektor yang fisik pun mulai mengoleksi NFT," ucapnya.
 
Adapun, pameran Phygital Art Show: ArtGorithm-Art in Chain akan dibuka untuk publik pada 4-24 Februari 2024 di Galeri Zen1 Jakarta. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Resep Chinese Dumpling ala Chef Yongki Gunawan, Sajian Spesial Imlek

BERIKUTNYA

Ragam Hiburan Imlek 2024 di Mal Ciputra Jakarta, Pentas Broadway hingga Wayang Potehi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: