7 Lukisan yang Mencuri Perhatian di ARTJOG 2023
14 August 2023 |
22:48 WIB
4. Chasing My Crown (Zeta Ranniry Abidin)
Zeta adalah salah satu seniman yang terpilih dalam program Open Call-ARTJOG 2023. Karya lukisnya ini dilandasi tafsir seniman atas cerita pendek absurd berjudul ABRAKADABRA (1974) karya sastrawan Danarto.
Didasari pandangan mengenai spiritualisme Jawa-nya yang kental, bagi Danarto, kesenian seperti itu tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu atau hukum-hukum fisik. Dinamika badan dan roh serta upaya untuk terbebas dari kungkungan fisik demi meraih pengetahuan adalah semangat yang melandasi lukisan Zetta.
5. There's a further reason not to seek linearity or origin; Doa Abadi Dunia Fantasi (Zico Albaiquni)
Lukisan-lukisan Zico dengan warna-warna kontras mencolok ini menampilkan subyek-subyek yang bersumber dari arsip, gambar temuan, dan referensi di internet. Lewat seri karya ini, perupa asal Bandung itu mencoba membangun kritik atas representasi kolonial dan situasi pascakolonial di Indonesia.
Penggunaan warna-warna cerah seperti neon berwarna diinspirasikan mula-mula dari tradisi lukisan Hindia Jelita yang secara romantik melukiskan keindahan bentang alam Kepulauan Nusantara, entitas jajahan.
Keragaman subjek sebagai fragmen-fragmen peristiwa terhubung dalam satu kanvas seperti sebuah teka-teki dalam karya Zico. Guci pecah Ai Weiwei, kursi-nya Kosuth, patung instalasinya Hirschhorn, Pengantin Peranakan-nya, sampai fresko mengenai 'Kebijaksanaan Timur' dan gambaran seniman-seniman Pelukis Rakyat yang sedang praktik melukis di tempat terbuka muncul dalam sebuah kanvas.
Kolase peristiwa ini seakan terperangkap dalam kekacauan sejarah, saling menginterupsi, bertumpang tindih dalam multi-perspektif. Kehidupan bersama bagi Zico adalah tersebarnya ide-ide yang menyebar tidak secara linier, bisa jadi saling bertabrakan. Meski begitu kebudayaan terus maju pada suatu lintasan.
6. Rider Girl; Wild Wild East; The First Time 6 (Natisa Jones)
Medium utama Natisa dalam berkarya adalah lukisan. Tema-tema yang banyak dijelajahi perupa asal Jakarta ini adalah tentang identitas diri. Dia tertarik pada penggambaran wujud-wujud grotesk melalui figur-figur yang dilukis. Dalam hal ini, grostesk bisa diartikan sebagai figur-figur terpiuh, yang seram sekaligus lucu, keterpesonaan pada sesuatu yang baru dan tak lazim, bahkan pada irasionalitas.
Natisa tertarik perpaduan antara abstraksi dan figurasi. Di antara keduanya, dia mencoba menggabungkan teks-teks yang secara bernas merujuk pada pencarian identitasnya sendiri, dalam ketegangan antara ruang privat dan kehidupan sosialnya.
Sang seniman mencoba mengingat masa lalu, mengidentifikasi masa kini dan menerawang masa depan yang tak terbayangkan melalui dokumentasi catatan harian dalam wujud tulisan, gambar, lukisan maupun video.
7. Confused with Giant 2; Pantauan Udara (I Ketut Teja Astawa)
Tema yang diangkat lukisan Teja untuk ARTJOG 2023 adalah lanskap modern di Bali yang ditafsirkan melalui kehadiran sosok-sosok khas dalam mitologi Hindu. Motif visual binatang merupakan salah satu kecenderungan utama dalam lukisan Teja, yang menyiratkan rujukannya pada khazanah fabel atau di Bali dikenal sebagai cerita Tantri.
Dongeng-dongeng Tantri sarat dengan ajaran moral, menggambarkan pedoman hidup masyarakat melalui filosofi "maguru satwa" atau berguru pada kehidupan binatang. Teja mencampurkannya dengan idiom-idiom visual kreasinya sendiri untuk menggambarkan motif bentang alam dan perubahan tata ruang dalam lingkungan urban.
Komposisi lukisannya menggunakan cara penggambaran khas seniman tradisi Bali dengan perspektif bertumpuk untuk menghadirkan kejauhan dan kedekatan. Dalam lukisannya, Teja juga menghadirkan komentar-komentar sosial yang halus dan tersamar dengan menyelipkan visualisasi adegan yang naif atau lucu sebagai motif karikaturalnya untuk menyampaikan pesan-pesan tersembunyi dari dunia Tantri.
Salah satu lukisannya melukiskan sosok raksasa putih di tengah belantara yang dianggap sebagai perusak hutan. Sementara karyanya yang lain menggambarkan kesibukan para penjaga hutan yang melakukan pantauan dari udara dan diganggu monyet-monyet penghuni hutan.
Editor: Fajar Sidik
Sumber gambar: Artjog
Didasari pandangan mengenai spiritualisme Jawa-nya yang kental, bagi Danarto, kesenian seperti itu tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu atau hukum-hukum fisik. Dinamika badan dan roh serta upaya untuk terbebas dari kungkungan fisik demi meraih pengetahuan adalah semangat yang melandasi lukisan Zetta.
5. There's a further reason not to seek linearity or origin; Doa Abadi Dunia Fantasi (Zico Albaiquni)
Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta
Penggunaan warna-warna cerah seperti neon berwarna diinspirasikan mula-mula dari tradisi lukisan Hindia Jelita yang secara romantik melukiskan keindahan bentang alam Kepulauan Nusantara, entitas jajahan.
Keragaman subjek sebagai fragmen-fragmen peristiwa terhubung dalam satu kanvas seperti sebuah teka-teki dalam karya Zico. Guci pecah Ai Weiwei, kursi-nya Kosuth, patung instalasinya Hirschhorn, Pengantin Peranakan-nya, sampai fresko mengenai 'Kebijaksanaan Timur' dan gambaran seniman-seniman Pelukis Rakyat yang sedang praktik melukis di tempat terbuka muncul dalam sebuah kanvas.
Kolase peristiwa ini seakan terperangkap dalam kekacauan sejarah, saling menginterupsi, bertumpang tindih dalam multi-perspektif. Kehidupan bersama bagi Zico adalah tersebarnya ide-ide yang menyebar tidak secara linier, bisa jadi saling bertabrakan. Meski begitu kebudayaan terus maju pada suatu lintasan.
6. Rider Girl; Wild Wild East; The First Time 6 (Natisa Jones)
Sumber gambar: Natisa Jones/Instagram
Natisa tertarik perpaduan antara abstraksi dan figurasi. Di antara keduanya, dia mencoba menggabungkan teks-teks yang secara bernas merujuk pada pencarian identitasnya sendiri, dalam ketegangan antara ruang privat dan kehidupan sosialnya.
Sang seniman mencoba mengingat masa lalu, mengidentifikasi masa kini dan menerawang masa depan yang tak terbayangkan melalui dokumentasi catatan harian dalam wujud tulisan, gambar, lukisan maupun video.
7. Confused with Giant 2; Pantauan Udara (I Ketut Teja Astawa)
Sumber gambar: Artjog
Dongeng-dongeng Tantri sarat dengan ajaran moral, menggambarkan pedoman hidup masyarakat melalui filosofi "maguru satwa" atau berguru pada kehidupan binatang. Teja mencampurkannya dengan idiom-idiom visual kreasinya sendiri untuk menggambarkan motif bentang alam dan perubahan tata ruang dalam lingkungan urban.
Komposisi lukisannya menggunakan cara penggambaran khas seniman tradisi Bali dengan perspektif bertumpuk untuk menghadirkan kejauhan dan kedekatan. Dalam lukisannya, Teja juga menghadirkan komentar-komentar sosial yang halus dan tersamar dengan menyelipkan visualisasi adegan yang naif atau lucu sebagai motif karikaturalnya untuk menyampaikan pesan-pesan tersembunyi dari dunia Tantri.
Salah satu lukisannya melukiskan sosok raksasa putih di tengah belantara yang dianggap sebagai perusak hutan. Sementara karyanya yang lain menggambarkan kesibukan para penjaga hutan yang melakukan pantauan dari udara dan diganggu monyet-monyet penghuni hutan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.