5 Rekomendasi Film Dokumenter Seni yang Bikin Kalian Semangat Berkarya
Like
Bagi para pencinta seni dan mereka yang ingin belajar lebih dalam tentang keajaiban dunia seni, menonton film dokumenter seni bukan hanya tentang menghabiskan waktu luang, tetapi juga tentang membuka mata dan pikiran kita terhadap keajaiban dan kompleksitas dunia seni.
Baca juga: 5 Rekomendasi Film tentang Maestro Lukis Dunia, Dijamin Seru!
Layaknya sebuah jendela, film dokumenter seni mampu membawa penonton pada perjalanan mendalam ke dalam proses kreatif, kehidupan seniman, serta makna di balik karya-karya luar biasa.
Berikut adalah beberapa rekomendasi film dokumenter seni yang wajib ditonton bagi para pencinta seni dan mereka yang ingin mendalami dan mengambil inspirasi untuk mengembangkan potensi kreatif.
1. Cutie and the Boxer (2013)
Dokumenter yang dinominasikan untuk Oscar ini, yang diarahkan oleh Zachary Heinzerling, menghadirkan keindahan, kedekatan, dan keintiman yang membawa Genhype langsung masuk ke dalam dunia studio, rumah, dan hubungan pernikahan seniman Jepang Noriko Shinohara dan Ushio Shinohara yang telah berlangsung selama 40 tahun.
Cutie and the Boxer melacak perjalanan kemitraan mereka, menggambarkan kedalaman kompleksitas cinta, terutama dalam konteks mendukung karier satu sama lain.Berkisah Ushio Shinohara, dikenal karena lukisan-lukisan pukulannya, meraih suksesnya dengan dukungan penuh dan bimbingan Noriko, istri dan rekan seniman multidisiplin yang memiliki bakat dan keberanian sendiri.
Noriko, meskipun harus menahan karier pribadinya demi memberikan ruang kepada suaminya untuk bersinar, juga memiliki daya tarik dan keterampilan artistik yang menakjubkan.
Dalam film ini, kita dapat menyaksikan momen pembuatan seni yang menawan ketika Ushio meratap kanvas dengan "sikat" sarung tinjunya, menciptakan garis dan coretan yang penuh ekspresi. Di sisi lain, karya seni Noriko dihidupkan melalui animasi yang menghadirkan karyanya di layar dengan cara yang unik dan menarik.
Cutie and the Boxer bukan hanya sebuah dokumenter tentang seni, tetapi juga cerita tentang cinta, perjuangan, dan komitmen dalam hubungan yang menghadirkan warna-warni kehidupan dan kerja seni dua individu yang begitu berbeda, tetapi saling melengkapi.
Film ini mengajak penonton untuk mengalami keintiman dan perjalanan emosional yang menginspirasi dari kedua seniman ini, dan menghadirkan momen-momen yang memukau di dunia kreatif mereka.
2. Sky Ladder: The Art of Cai Guo-Qiang (2016)
Dikenal atas keterampilannya dalam menggunakan bubuk mesiu, Cai Guo-Qiang memanfaatkannya di atas kanvas untuk menciptakan gambar yang terbakar, sekaligus merancang acara piroteknik megah, terutama di Olimpiade Beijing 2008.
Lahir pada 1957, Cai menjadi seniman Tiongkok pertama yang dianugerahi Golden Lion di Venice Biennale pada 1999. Sejak saat itu, reputasinya melambung berkat instalasi publik yang penuh dinamika, memukau penonton mulai dari Cleveland, Ohio, hingga Moskow.
Dokumenter ini, diarahkan oleh Kevin Macdonald, sutradara karya Touching the Void dan Whitney, mengikuti perjalanan seniman ini saat dia menciptakan peristiwa paling dramatis dalam kariernya: sebuah tangga setinggi 500 meter yang melayang di langit malam dan diterangi oleh kilauan kembang api. Karya ini dibuat untuk memperingati ulang tahun ke-100 nenek Cai, mengungkapkan dimensi mendalam dari seorang seniman dunia yang tetap merasa terikat pada akar budayanya.
Berbasis di New York, Cai secara khusus mengkhususkan diri dalam seni berbasis peristiwa yang melibatkan kembang api dan bubuk mesiu, sebagai cara tidak langsung untuk menunjukkan kecintaannya pada peristiwa ledakan yang menakjubkan.
Dokumenter ini membahas beberapa karya seniman yang paling menarik perhatian, terutama proyeknya yang dikenal sebagai "Black Rainbow." Namun, fokus utamanya adalah pada salah satu proyek pribadinya yang paling ambisius: "Sky Ladder,"sebuah tangga api setinggi 1.650 kaki yang naik menjulang ke langit di atas kampung halaman sang seniman.
3. Boom for Real: The Late Teenage Years of Jean-Michel Basquiat (2017)
Sebelum menonton film dokumenter yang menceritakan Jean-Michel Basquiat sepanjang hidupnya yang luar biasa, berjudul The Radiant Child, jangan lewatkan film dokumenter yang juga menghadirkan sisi perjalanan awalnya yang ceria, Boom for Real, yang disutradarai oleh Sara Driver.
Tidak menunjukkan tahun-tahun terkenal Basquiat, film dokumenter ini mengeksplorasi masa-masa formatifnya di New York yang lebih muda. Film ini membawa penonton untuk melihat secara langsung bagaimana pada usia 18 tahun, dia menyatu dengan lingkungan seniman di Lower East Side Manhattan pada akhir 70an.
Dalam perkembangan awal Basquiat sebagai seniman, film ini dengan ciamik membiarkan beberapa aspek kosong, memberikan banyak rekaman dan foto lama yang mengesankan untuk dilihat.
Sara Driver merasa terinspirasi untuk membuat film ini setelah temannya, Alexis Adler, mantan teman sekamar Jean-Michel Basquiat, memperlihatkan isi kotak besi kecil yang berisi gambar dan tulisan sang seniman.
Melalui penggabungan arsip rekaman dengan wawancara baru, film karya Driver menyoroti tahun-tahun penting dimana Basquiat berkembang dari seniman grafiti muda yang gelandangan menjadi fenomena dunia seni.
Para tokoh yang dikenal dalam lingkup punk, hip-hop, dan seni Lower East Side, seperti pelukis Kenny Scharf, Fab 5 freddy, dan pembuat film Jim Jarmusch, juga muncul dalam film ini untuk membagikan kenangan mereka tentang sang seniman. Semuanya dengan penuh kekaguman, memberikan pandangan yang mendalam seperti yang biasanya hanya diberikan kepada teman dekat.
Film Boom for Real tidak hanya menghadirkan cerita Basquiat, tetapi juga menggambarkan atmosfer kreatif dan revolusioner yang membentuk dunia seni di New York pada masa itu.
Baca juga: Lukisan Langka Basquiat di Iklan Tiffany & Co. Bikin Kaget Penggemar
4. Faces Places (2017)
Persahabatan tak terduga antara dua maestro seni membawa nuansa luar biasa dalam esensi Faces Places, menghasilkan dampak yang memikat bagi semua yang menyaksikannya. Karya ini menerima penghargaan nominasi Academy Award dalam kategori Film Dokumenter Terbaik.
Film ini mengikuti perjalanan penuh makna yang digagas oleh Agnès Varda, sutradara legendaris, dan JR, seorang muralis dan fotografer berbakat, ke desa-desa terpencil di Prancis.
Faces Places mengembangkan proyek monumental yang menggabungkan seni dan masyarakat pedesaan Prancis. Agnes dan JR mengambil peran sentral dalam menciptakan potret-potret luar biasa dari individu-individu yang mereka temui di sana, dengan teliti merangkai karya yang merayakan dan menghormati setiap lokasi pemasangan.
Namun, di balik keindahan visual yang menawan, yang sesungguhnya memikat hati adalah kedalaman persahabatan tulus yang tumbuh di antara kedua seniman ini sepanjang perjalanan mereka.
Lebih dari sekadar tema proyek artistik, Faces Places mencerminkan harmoni antara dua jiwa kreatif yang bersatu dalam kolaborasi ajaib, membentuk ikatan tak ternilai.
Melalui perjalanan ini, Agnès Varda dan JR tak hanya menciptakan karya seni visual yang memukau, melainkan juga menjalin ikatan persahabatan yang hangat dan penuh inspirasi. Persahabatan ini tumbuh seiring mereka berinteraksi dengan berbagai orang dan tempat yang mereka temui di sepanjang perjalanan mereka.
5. Kusama: Infinity (2018)
Salah satu seniman dunia yang mencuat, berpengaruh, dan berhasil — serta menjadi artis wanita dengan penjualan terbaik di seluruh dunia — adalah Yayoi Kusama. Namun, perjalanan menuju puncak prestasi ini tidaklah mudah baginya.
Lahir pada 1929 di Matsumoto, Jepang, Kusama memiliki tekad yang kuat untuk menjadi seorang pelukis sejak usia dini. Dikenal dengan penampilannya yang khas, mengenakan wig merah terang dan setelan baju polkadot yang unik, Yayoi Kusama menjadi salah satu tokoh yang paling mudah dikenali di dunia seni. Karya-karya awalnya merefleksikan obsesi abadinya terhadap pola-pola berulang dan motif bintik-bintik, yang konon muncul dalam mimpinya.
Baca juga: Berharga Fantastis, Intip Ragam Koleksi Fashion Louis Vuitton x Yayoi Kusama
Namun, dukungan keluarganya ternyata tidaklah mudah didapat. Heather Lenz, produser dan sutradara dari film dokumenter Kusama: Infinity, menjelaskan bahwa pada masa itu, ambisi karier bagi perempuan bukanlah hal yang biasa.
Sebagai seniman Jepang yang terkenal dengan karya seperti Ruang Cermin Infinity yang luar biasa, instalasi penuh bintik-bintik, dan pola-pola obsesif yang berulang, Kusama berbagi sorotan media dengan Andy Warhol pada 60-an di Amerika. Dia melalui era seksisme dan rasisme yang merajalela.
Film dokumenter ini menggambarkan perjalanan hidup Kusama yang panjang, dimulai dari masa kecilnya yang terikat oleh nilai-nilai konservatif di Jepang hingga keputusannya untuk pindah ke Amerika Serikat setelah Perang Dunia II.
Film ini juga mengungkap kesuksesannya dalam karier seni dan perjuangannya melawan masalah kesehatan mental. Tidak hanya itu, film ini juga memaparkan waktu yang dihabiskannya dalam institusi psikiatri di Tokyo.
Melalui perjalanan hidupnya yang penuh liku, Yayoi Kusama telah mengukir jejak yang menginspirasi dan mengubah pandangan terhadap seni modern, menjadi bukti betapa tekad dan semangat seseorang dapat mengatasi berbagai rintangan dalam meraih kesuksesan.
Baca juga: Profil Yayoi Kusama, Seniman Gaek Nyentrik yang Berkolaborasi dengan Louis Vuitton
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.