Profil Yayoi Kusama, Seniman Gaek Nyentrik yang Berkolaborasi dengan Louis Vuitton
10 January 2023 |
13:55 WIB
1
Like
Like
Like
Bagi sebagian orang, memiliki umur 90 tahun mungkin sudah bosan untuk hidup dan tinggal menunggu mati. Tapi tidak bagi Yayoi Kusama, buktinya , seniman gaek asal Jepang itu malah masih energik dan kembali berkolaborasi dengan rumah mode terkenal asal Prancis, Louis Vuitton.
Dilansir dari laman resminya, ini merupakan kolaborasi kedua Yayoi dengan Louis Vuitton sejak 2012. Kiwari, kolaborasi itu diaplikasikan ke lebih dari 400 kreasi, termasuk ke dalam tas, busana siap pakai pria, parfum, perhiasan, hingga trunk ikonis yang membawa kolektor memasuki dunia fantasi sang seniman.
"Untuk kedua kalinya, Louis Vuitton mengundang artis terkemuka Jepang Yayoi Kusama ke pertemuan kreatif. Ini untuk membangkitkan dan memperluas pertukaran awal kolaborasi. Peluncuran koleksi ini dirayakan dengan kampanye yang dibintangi oleh supermodel ternama internasional," demikian dikutip dari laman resmi Louis Vuitton.
Baca juga: Setelah 10 Tahun, Louis Vuitton & Yayoi Kusama Kembali Berkolaborasi Hadirkan Koleksi Penuh Warna
Lahir pada 1929 di Kota Matsumoto, Jepang, Yayoi merupakan seniman nyentrik yang terkenal dengan penggunaan motif polkadot, atau lingkaran pada karya-karyanya. Kita mungkin lebih mengenalnya dengan istilah totol-totol. Sepanjang kariernya, Kusama memang konsisten menerapkan polkadot pada setiap karyanya, mulai dari patung, instalasi hingga pop art.
Namun, keluarganya tidak mendukung kegiatan tersebut. Terlebih ibunya yang kerap merampas lukisan yang sedang dia buat sebelum berhasil menyelesaikannya. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi gaya melukisnya yang obsesif saat dia bergegas menyelesaikan sebuah karya sebelum dapat diambil darinya.
Tak hanya itu, Kusama juga mengalami pengalaman traumatis seumur hidup saat dia dipaksa ibunya untuk memata-matai sang ayah yang seringkali selingkuh. Akibatnya, dia pun memutuskan untuk tidak menikah seumur hidup dan memilih keluar dari lingkungan rumahnya yang toxic.
Pada 1957, Kusama pun pergi ke Amerika Serikat setelah mendapat saran dari seniman perempuan terkenal Georgia O'keeffe melalui korespondensi surat menyurat. Dari sinilah tekad awal Kusama untuk menaklukan New York hingga dia berhasil mengukir namanya dalam deretan seniman-seniman papan atas dunia.
Kendati begitu, jalan yang ditempuh Kusama tidaklah mulus, pada masa itu dunia seni di New York masih didominasi laki-laki, bahkan banyak galeri yang tidak ingin menampilkan hasil karya seniman perempuan. Yang lebih menyakitkan adalah saat ide-ide awal yang dicetuskan dicuri oleh rekan-rekan prianya, termasuk oleh Andy warhol dan Claes Oldenburg.
Secara umum, karya-karya Kusama lahir dari obsesinya terhadap bentuk alami bintik-bintik polkadot. Motif-motif tersebut sering ditemui dalam halusinasi, serta mimpinya saat tertidur. BBC menuliskan, dari pengalaman itulah yang kemudian memberinya inspirasi untuk terus berkarya hingga di usianya yang senja saat ini.
Adapun, beberapa karyanya yang pernah mencuri perhatian dunia, antara lain, Narcisscus Garden (1976) yang dipajang di Biennale Venesia, Italia. Instalasi berbentuk bola stainles itu dia pajang di festival seni itu meski Kusama tidak diundang dalam perhelatan tersebut, dan menuai banyak komentar dari kalangan seni dunia.
Kemudian, ada juga Pumpkin (1994), yaitu sebuah patung labu kuning dengan polkadot hitam yang banyak bertebaran di berbagai galeri terkenal dunia. Selanjutnya, ada Infinity Mirrored Room - The Souls of Millions of Lighty Years Away (2016), yang menggunakan media lampu LED dan cermin, sehingga memberikan kesan seolah sedang berada di luar angkasa.
Tak hanya melukis, Yayoi juga menulis sejumlah novel dan antologi buku yang berhasil memenangkan ajang penghargaan bergengsi di Jepang. Salah satunya adalah lewat novel berjudul The Hustlers Grotto of Christopher Street (1983) yang memenangkan Penghargaan Sastra Kesepuluh untuk Penulis Baru dari majalah bulanan Yasei Jidai.
Selain itu, Yayou pun berhasil meraih penghargaan National Lifetime Achievement Awards pada 2006, Order of the Rising Sun, Gold Rays with Rosette, dan The Premium Imperiale-Painting- pada. Kusama juga memperoleh gelar kehormatan Person of Cultural Merits di Jepang pada 2009.
Baca juga: Karya Seni Langka Yayoi Kusama Terjual US$ 15,2 Juta di Rumah Lelang Bonhams
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Dilansir dari laman resminya, ini merupakan kolaborasi kedua Yayoi dengan Louis Vuitton sejak 2012. Kiwari, kolaborasi itu diaplikasikan ke lebih dari 400 kreasi, termasuk ke dalam tas, busana siap pakai pria, parfum, perhiasan, hingga trunk ikonis yang membawa kolektor memasuki dunia fantasi sang seniman.
"Untuk kedua kalinya, Louis Vuitton mengundang artis terkemuka Jepang Yayoi Kusama ke pertemuan kreatif. Ini untuk membangkitkan dan memperluas pertukaran awal kolaborasi. Peluncuran koleksi ini dirayakan dengan kampanye yang dibintangi oleh supermodel ternama internasional," demikian dikutip dari laman resmi Louis Vuitton.
Baca juga: Setelah 10 Tahun, Louis Vuitton & Yayoi Kusama Kembali Berkolaborasi Hadirkan Koleksi Penuh Warna
Lahir pada 1929 di Kota Matsumoto, Jepang, Yayoi merupakan seniman nyentrik yang terkenal dengan penggunaan motif polkadot, atau lingkaran pada karya-karyanya. Kita mungkin lebih mengenalnya dengan istilah totol-totol. Sepanjang kariernya, Kusama memang konsisten menerapkan polkadot pada setiap karyanya, mulai dari patung, instalasi hingga pop art.
Trauma dan Memilih Meninggalkan Jepang
Dihimpun dari situs Yayoi Kusama, seniman yang identik dengan wig merah itu mulai melukis menggunakan motif bintik-bintik pada usia sekitar sepuluh tahun. Tak hanya itu, Yayoi juga menciptakan lukisan fantastis dengan cat air, pastel, dan minyak untuk menuangkan kegelisahan dan ekspresinya.Namun, keluarganya tidak mendukung kegiatan tersebut. Terlebih ibunya yang kerap merampas lukisan yang sedang dia buat sebelum berhasil menyelesaikannya. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi gaya melukisnya yang obsesif saat dia bergegas menyelesaikan sebuah karya sebelum dapat diambil darinya.
Tak hanya itu, Kusama juga mengalami pengalaman traumatis seumur hidup saat dia dipaksa ibunya untuk memata-matai sang ayah yang seringkali selingkuh. Akibatnya, dia pun memutuskan untuk tidak menikah seumur hidup dan memilih keluar dari lingkungan rumahnya yang toxic.
Pada 1957, Kusama pun pergi ke Amerika Serikat setelah mendapat saran dari seniman perempuan terkenal Georgia O'keeffe melalui korespondensi surat menyurat. Dari sinilah tekad awal Kusama untuk menaklukan New York hingga dia berhasil mengukir namanya dalam deretan seniman-seniman papan atas dunia.
Kendati begitu, jalan yang ditempuh Kusama tidaklah mulus, pada masa itu dunia seni di New York masih didominasi laki-laki, bahkan banyak galeri yang tidak ingin menampilkan hasil karya seniman perempuan. Yang lebih menyakitkan adalah saat ide-ide awal yang dicetuskan dicuri oleh rekan-rekan prianya, termasuk oleh Andy warhol dan Claes Oldenburg.
Karya-Karya Terkenal Kusama
Secara umum, karya-karya Kusama lahir dari obsesinya terhadap bentuk alami bintik-bintik polkadot. Motif-motif tersebut sering ditemui dalam halusinasi, serta mimpinya saat tertidur. BBC menuliskan, dari pengalaman itulah yang kemudian memberinya inspirasi untuk terus berkarya hingga di usianya yang senja saat ini. Adapun, beberapa karyanya yang pernah mencuri perhatian dunia, antara lain, Narcisscus Garden (1976) yang dipajang di Biennale Venesia, Italia. Instalasi berbentuk bola stainles itu dia pajang di festival seni itu meski Kusama tidak diundang dalam perhelatan tersebut, dan menuai banyak komentar dari kalangan seni dunia.
Kemudian, ada juga Pumpkin (1994), yaitu sebuah patung labu kuning dengan polkadot hitam yang banyak bertebaran di berbagai galeri terkenal dunia. Selanjutnya, ada Infinity Mirrored Room - The Souls of Millions of Lighty Years Away (2016), yang menggunakan media lampu LED dan cermin, sehingga memberikan kesan seolah sedang berada di luar angkasa.
Tak hanya melukis, Yayoi juga menulis sejumlah novel dan antologi buku yang berhasil memenangkan ajang penghargaan bergengsi di Jepang. Salah satunya adalah lewat novel berjudul The Hustlers Grotto of Christopher Street (1983) yang memenangkan Penghargaan Sastra Kesepuluh untuk Penulis Baru dari majalah bulanan Yasei Jidai.
Selain itu, Yayou pun berhasil meraih penghargaan National Lifetime Achievement Awards pada 2006, Order of the Rising Sun, Gold Rays with Rosette, dan The Premium Imperiale-Painting- pada. Kusama juga memperoleh gelar kehormatan Person of Cultural Merits di Jepang pada 2009.
Baca juga: Karya Seni Langka Yayoi Kusama Terjual US$ 15,2 Juta di Rumah Lelang Bonhams
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.