Hypereport: Mengulik Seluk Beluk Skena Lewat Kacamata Musisi
05 August 2023 |
18:07 WIB
1
Like
Like
Like
Iga Massardi kesal karena menurutnya saat ini banyak orang yang salah mengartikan kata skena. Bahkan, dia menilai kata skena kini seperti mendapatkan sentimen negatif dari sejumlah pihak. Padahal, menurut vokalis sekaligus gitaris grup band Barasuara itu, skena merupakan bentuk itikad baik orang-orang untuk berkumpul dan memajukan komunitasnya.
Pria pemilik nama lengkap Iga Dada Yudhistira Massardi itu memiliki pandangan lain dalam melihat kepopuleran kata skena yang belakangan kerap dilontarkan banyak orang terutama di kalangan anak muda. Menurutnya, makna kata skena yang sejatinya luas dan positif, kini menjadi sempit dan cenderung sebagai bahan olok-olokan.
Sebagai musisi, dia juga tidak setuju jika kata skena hanya disematkan bagi kalangan pelaku dan penikmat musik. Baginya, siapapun yang berkumpul dan memiliki visi yang sama untuk memajukan kelompok yang dibuatnya dalam bidang apapun, itulah pengertian skena yang sesungguhnya.
Baca juga laporan terkait:
> Hypereport: Tren Skena yang Bukan Sekadar Nongkrong
> Hypereport: Kaburnya Batasan Musik Indi & Major pada Era Skena
> Hypereport: Skena Musik di Kota-kota Indonesia yang Kian Bernada
"Buat gue enggak pernah ada pengertian anak skena [musik] di kepala gue. Semua orang yang berkumpul dan mendukung segala jenis pertunjukan dan komunitas, itu adalah orang-orang biasa," katanya saat ditemui Hypeabis.id baru-baru ini.
Pernyataan itu Iga ucapkan bukan tanpa alasan. Dia melihat bahwa kesalahan dalam memahami arti kata skena di kalangan masyarakat saat ini membuat mereka cenderung memiliki arogansi, dan menganggap bahwa dirinya lebih baik dibandingkan perkumpulan lain. Alih-alih menciptakan ruang yang inklusif, mereka justru mengisolasi diri dalam sebuah kelompok tertentu.
"Pada praktiknya hal itu menjadi bentuk yang tidak inklusif lagi. Sayangnya itu bukan asumsi karena terlihat. Menurut gue, selama kita berkumpul, bersenang-senang dan menciptakan sesuatu yang baik itu lebih penting terlepas disebut skena atau tidak," tegasnya.
Inklusivitas menjadi poin penting bagi Iga dalam membangun sebuah kelompok atau komunitas. Hal itu juga yang dia dan para personel Barasuara tanamkan dengan Penunggang Badai, sebutan fanbase dari band tersebut.
Dalam praktiknya, Barasuara dan para penggemarnya tidak berusaha untuk mengisolasi diri dengan komunitas mereka. Sebaliknya, mereka membuka ruang seluas-luasnya bagi siapapun yang ingin bergabung ataupun tertarik untuk mengenal musik mereka.
Bahkan, band yang terbentuk pada 2012 itu tak segan mengajak para pendengar setianya untuk menjadi bagian dari grup dengan berkontribusi dan memberikan sejumlah masukan. Misalnya melibatkan mereka yang memiliki kemampuan untuk memproduksi video lirik ataupun merchandise.
"Kita juga ada Discord dengan Penunggang Badai yang isinya ngobrol-ngobrol santai aja," ucapnya.
Kata skena belakangan kian santer terdengar diucapkan dan menjadi perbincangan di media sosial. Namun, sebagian besar orang kerap mengasosiasikan kata skena dengan dunia musik. Misalnya skena musik dangdut atau yang berarti medan atau lanskap musik dangdut.
Tapi, ada juga yang menyematkan kata skena pada seseorang yang tampilannya edgy atau pakai kaos anak band, gaul, dan sering datang ke acara-acara musik. Orang semacam ini biasanya disebut anak skena.
Padahal, kata skena sendiri belum tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan memiliki makna yang jelas. Tak heran, jika pemaknaan akan kata ini dari tiap orang pun bisa berbeda-beda. Dalam bahasa gaul misalnya, kata skena diidentifikasikan sebagai akronim dari sua, cengkerama, dan kelana.
Dengan kata lain, skena diartikan sebagai sekumpulan orang yang umumnya memiliki kesamaan minat ataupun kesukaan acap berjumpa, mengobrol santai, serta mengelanakan pikiran, ide, dan gagasan tentang musik dan sebagainya.
Di sisi lain, jika melihat asal-usul kata, ada pendapat bahwa skena berakar dari bahasa Inggris, scene. Menurut Oxford Learner's Dictionary, kata scene berarti sebuah area aktivitas atau cara hidup tertentu dan orang-orang yang menjadi bagian di dalamnya.
Penggunaan kata skena merupakan bentuk penyerapan dari bahasa Inggris yang berpedoman pada aturan penyerapan istilah asing dengan cara penyesuaian ejaan dan lafal, sehingga scene diserap menjadi skena.
Vokalis & Gitaris The Adams Saleh Husein berpendapat, kata skena muncul berawal dari sejumlah orang yang memiliki kegemaran yang sama dalam menonton konser musik tertentu. Meski demikian, dia setuju jika pemaknaan skena tidak hanya tertuju pada dunia musik.
Menurutnya, salah satu faktor mengapa kata skena saat ini identik dengan musik karena entitas seni ini yang lebih ngepop lantaran masifnya konser dan festival musik. Dengan kata lain, semakin banyak dan mudahnya akses untuk menonton acara musik, semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk tergabung dalam sebuah kelompok atau komunitas musik yang pada akhirnya disebut sebagai skena.
"Skena sebenarnya dipakai juga dalam konteks kesenian apapun. Tapi yang paling terlihat dan beneran bisa dipakai misalnya baju band dan dianggap anak skena itu ya musik," kata pria yang juga menjadi gitaris band White Shoes & The Couples Company.
Berbeda dari fans yang biasanya hanya datang ke sebuah acara musik dari band atau musisi tertentu, pria yang akrab disapa Ale itu berpendapat skena lebih diartikan para pegiat di ranah musik yang loyal terhadap satu genre musik tertentu ataupun bisa bertindak sebagai insiator kegiatan-kegiatan musik dan pengumpul massa penonton.
Menurut Ale, terlepas dari apapun makna yang diyakini oleh masyarakat saat ini, skena menjadi ruang yang sejatinya positif khususnya dalam mendukung perkembangan musik di Indonesia. Kantung-kantung skena, katanya, juga bisa menjadi semacam kesempatan untuk melahirkan generasi baru yang gemar mengulik soal musik.
Baca juga: Sejarah Sepatu Salomon, Dari Alam ke Tongkrongan Skena
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Pria pemilik nama lengkap Iga Dada Yudhistira Massardi itu memiliki pandangan lain dalam melihat kepopuleran kata skena yang belakangan kerap dilontarkan banyak orang terutama di kalangan anak muda. Menurutnya, makna kata skena yang sejatinya luas dan positif, kini menjadi sempit dan cenderung sebagai bahan olok-olokan.
Sebagai musisi, dia juga tidak setuju jika kata skena hanya disematkan bagi kalangan pelaku dan penikmat musik. Baginya, siapapun yang berkumpul dan memiliki visi yang sama untuk memajukan kelompok yang dibuatnya dalam bidang apapun, itulah pengertian skena yang sesungguhnya.
Baca juga laporan terkait:
> Hypereport: Tren Skena yang Bukan Sekadar Nongkrong
> Hypereport: Kaburnya Batasan Musik Indi & Major pada Era Skena
> Hypereport: Skena Musik di Kota-kota Indonesia yang Kian Bernada
"Buat gue enggak pernah ada pengertian anak skena [musik] di kepala gue. Semua orang yang berkumpul dan mendukung segala jenis pertunjukan dan komunitas, itu adalah orang-orang biasa," katanya saat ditemui Hypeabis.id baru-baru ini.
Pernyataan itu Iga ucapkan bukan tanpa alasan. Dia melihat bahwa kesalahan dalam memahami arti kata skena di kalangan masyarakat saat ini membuat mereka cenderung memiliki arogansi, dan menganggap bahwa dirinya lebih baik dibandingkan perkumpulan lain. Alih-alih menciptakan ruang yang inklusif, mereka justru mengisolasi diri dalam sebuah kelompok tertentu.
"Pada praktiknya hal itu menjadi bentuk yang tidak inklusif lagi. Sayangnya itu bukan asumsi karena terlihat. Menurut gue, selama kita berkumpul, bersenang-senang dan menciptakan sesuatu yang baik itu lebih penting terlepas disebut skena atau tidak," tegasnya.
Inklusivitas menjadi poin penting bagi Iga dalam membangun sebuah kelompok atau komunitas. Hal itu juga yang dia dan para personel Barasuara tanamkan dengan Penunggang Badai, sebutan fanbase dari band tersebut.
Dalam praktiknya, Barasuara dan para penggemarnya tidak berusaha untuk mengisolasi diri dengan komunitas mereka. Sebaliknya, mereka membuka ruang seluas-luasnya bagi siapapun yang ingin bergabung ataupun tertarik untuk mengenal musik mereka.
Barasuara (Sumber gambar: Instagram/Barasuara Official)
"Kita juga ada Discord dengan Penunggang Badai yang isinya ngobrol-ngobrol santai aja," ucapnya.
Kata skena belakangan kian santer terdengar diucapkan dan menjadi perbincangan di media sosial. Namun, sebagian besar orang kerap mengasosiasikan kata skena dengan dunia musik. Misalnya skena musik dangdut atau yang berarti medan atau lanskap musik dangdut.
Tapi, ada juga yang menyematkan kata skena pada seseorang yang tampilannya edgy atau pakai kaos anak band, gaul, dan sering datang ke acara-acara musik. Orang semacam ini biasanya disebut anak skena.
Padahal, kata skena sendiri belum tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan memiliki makna yang jelas. Tak heran, jika pemaknaan akan kata ini dari tiap orang pun bisa berbeda-beda. Dalam bahasa gaul misalnya, kata skena diidentifikasikan sebagai akronim dari sua, cengkerama, dan kelana.
Dengan kata lain, skena diartikan sebagai sekumpulan orang yang umumnya memiliki kesamaan minat ataupun kesukaan acap berjumpa, mengobrol santai, serta mengelanakan pikiran, ide, dan gagasan tentang musik dan sebagainya.
Di sisi lain, jika melihat asal-usul kata, ada pendapat bahwa skena berakar dari bahasa Inggris, scene. Menurut Oxford Learner's Dictionary, kata scene berarti sebuah area aktivitas atau cara hidup tertentu dan orang-orang yang menjadi bagian di dalamnya.
Penggunaan kata skena merupakan bentuk penyerapan dari bahasa Inggris yang berpedoman pada aturan penyerapan istilah asing dengan cara penyesuaian ejaan dan lafal, sehingga scene diserap menjadi skena.
Vokalis & Gitaris The Adams Saleh Husein berpendapat, kata skena muncul berawal dari sejumlah orang yang memiliki kegemaran yang sama dalam menonton konser musik tertentu. Meski demikian, dia setuju jika pemaknaan skena tidak hanya tertuju pada dunia musik.
Menurutnya, salah satu faktor mengapa kata skena saat ini identik dengan musik karena entitas seni ini yang lebih ngepop lantaran masifnya konser dan festival musik. Dengan kata lain, semakin banyak dan mudahnya akses untuk menonton acara musik, semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk tergabung dalam sebuah kelompok atau komunitas musik yang pada akhirnya disebut sebagai skena.
"Skena sebenarnya dipakai juga dalam konteks kesenian apapun. Tapi yang paling terlihat dan beneran bisa dipakai misalnya baju band dan dianggap anak skena itu ya musik," kata pria yang juga menjadi gitaris band White Shoes & The Couples Company.
Berbeda dari fans yang biasanya hanya datang ke sebuah acara musik dari band atau musisi tertentu, pria yang akrab disapa Ale itu berpendapat skena lebih diartikan para pegiat di ranah musik yang loyal terhadap satu genre musik tertentu ataupun bisa bertindak sebagai insiator kegiatan-kegiatan musik dan pengumpul massa penonton.
Menurut Ale, terlepas dari apapun makna yang diyakini oleh masyarakat saat ini, skena menjadi ruang yang sejatinya positif khususnya dalam mendukung perkembangan musik di Indonesia. Kantung-kantung skena, katanya, juga bisa menjadi semacam kesempatan untuk melahirkan generasi baru yang gemar mengulik soal musik.
Baca juga: Sejarah Sepatu Salomon, Dari Alam ke Tongkrongan Skena
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.