Ilustrasi tren skena. (Foto: Simon Maage/Unsplash)

Hypereport: Tren Skena yang Bukan Sekadar Nongkrong

06 August 2023   |   12:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Gaya hidup yang menjadi perhatian utama masyarakat metropolis membuat skena tumbuh dan berkembang. Didorong oleh kesamaan hobi, mereka membentuk kelompok nongkrong yang lebih eksklusif. Fenomena itu pun menjadi budaya massa yang ngetren di kalangan generasi muda urban sekaligus menjadi ajang eksistensi dan kreativitas.

Sosiolog Universitas Nasional Sigit Rochadi mengatakan bahwa skena merupakan komunitas nongkrong orang-orang muda yang memiliki hobi sama. Menurutnya, mereka yang memiliki hobi yang sama memutuskan untuk membangun suatu komunitas. Kemudian, menciptakan aturan bersama yang tidak tertulis dan berdasarkan kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

Baca juga: 
Hypereport: Skena Musik di Kota-kota Indonesia yang Kian Bernada
Hypereport: Mengulik Seluk Beluk Skena Lewat Kacamata Musisi


Peraturan tidak tertulis itu bisa berupa cara berpakaian, gaya rambut, atau atribut-atribut lainnya yang dibuat oleh kelompok tersebut. Kesamaan hobi dan aturan tidak tertulis itu adalah pengikat antara satu dengan yang lain di dalam komunitas. Jadi, ketika ada yang ngin masuk, orang tersebut harus memahami aturan yang diciptakan oleh kelompok tersebut.

Sembari membentuk aturan, mereka biasanya memperdalam hobi yang dimiliki. Kelompok itu lalu membentuk pengawas atau semacam polisi. Selain itu, tempat yang digunakan biasanya adalah tempat yang kerap dipakai nongkrong, seperti kafe, pinggir jalan, pojok jalan, dan sebagainya.

“Pokoknya tempat-tempat yang memungkinkan mereka melakukan pertemuan, yang berawal dari obrolan biasa dan menjurus ke persamaan hobi dan kemudian mereka mengembangkan komunitas dari persamaan hobi,” katanya saat dihubungi Hypeabis.id.

Skena muncul dalam masyarakat metropolis yang bukan lagi industri, apalagi pertanian. Kemunculan kelompok di masyarakat tersebut lantaran gaya hidup menjadi perhatian yang utama.

Menurutnya, ketiadaan skena dalam masyarakat pertanian lantaran petani menggunakan waktu luang yang dimiliki untuk melakukan sosialisasi di kalangan kelompok mereka. Kebiasaan masyarakat di pedesaan adalah membahas isu sekitar pertanian.

Sementara itu, masyarakat industri fokus terhadap pekerjaan, pembagian kerja, teknologi, dan hubungan-hubungan sosial di tempat kerja. Masyarakat industri mulai muncul seperti di Karawang, Indramayu, dan Purwakarta.

“Itu masyarakat industri. kita tidak menemukan skena. Skena kita temukan dalam masyarakat metropolis seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya,” katanya.

Dalam masyarakat metropolis, perhatian tidak lagi kepada pekerjaan. Mereka memiliki perhatian terhadap hobi lantara merasa pekerjaan sudah terpenuhi.

Dengan begitu, maka para anggota suatu skena memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Namun, mereka memiliki persamaan hobi dan memiliki kebiasaan berkunjung ke tempat tertentu. Menurutnya, skena memiliki keberagaman, ada musik, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya yang tergantung kepada kesamaan hobi yang dimiliki.

Meskipun begitu, kehadirannya terkadang tidak membuat pihak-pihak tertentu merasa tidak nyaman. sebagai contoh skena musik, musisi asli atau pencipta lagu kadang merasa tidak nyaman dengan keberadaannya.

Kondisi tersebut dapat terjadi karena menciptakan pembatasan. Dengan ada aturan, maka akan terdapat pembatasan. Padahal, musik itu universal untuk semua pihak, berbagai lapisan, generasi, dan kelompok ekonomi.

Dalam bidang musik, skena atau kelompok nongkrong yang terbentuk bisa dikatakan sebagai penggemar khusus atau eksklusif yang belum tentu musisinya bisa menerima kelompok tersebut dengan lapang dada karena pembatasan yang dilakukan.

Tidak hanya itu, kelompok ini juga bisa dikatakan sebagai penggemar yang eksklusif dan memiliki kemampuan ekonomi. Berbeda dengan penggemar biasa, skena biasanya terdiri dari kelas tertentu mengingat aktivitas pertemuan rutin, perjalanan ke tempat pertemuan, dan sebagainya membutuhkan biaya.

“Kalau tidak punya daya dukung ekonomi tidak bisa menjadi bagian itu,” katanya. Dengan kata lain, maka sebagian besar anggota skena adalah kalangan menengah ke atas.

Dia menilai bahwa dampak positif skena adalah untuk menopang aktivitas yang lebih membangun satu struktur yang lebih teratur seperti bagi musisi. Sebagai contoh, musisi bisa memperoleh umpan balik dari suatu skena ketika hendak tampil.

Sisi negatifnya adalah mereka kadang merasa menjadi yang paling berjasa. Kemudian, menjadi kelompok eksklusif, sehingga ada semacam pengotakan di kalangan penggemar musik tertentu.

Fenomena skena dalam masyarakat baru terjadi dalam beberapa waktu belakangan di dalam negeri atau kurang dari lima tahun. Pertemuan – pertemuan yang terjadi antara satu individu dengan individu lain memang sudah lama terjadi.

“Rajin ke kafe, klub yang sama, kemudian lama-laman menjalankan hobi yang sama secara intensif enggak sampai 5 tahun terakhir. Dari perbendaharaan kata juga baru terbentuk beberapa tahun terakhir,” katanya.

Dia menambahkan, digitalisasi dan internet juga memiliki pengaruh terhadap suatu bentuk skena. kelompok ini memiliki jumlah besar dengan media tersebut. Namun, yang sering berkumpul hanya beberapa orang saja.

Makna dan Istilah Skena
Pengamat musik David Tarigan mengatakan bahwa skena pengindonesiaan dari kata scene yang dalam bahasa Inggris bisa juga berarti kancah.

Dia menuturkan bahwa kata tersebut juga sudah digunakan sejak lama. David mengaku bahwa diri masih lebih sering menggunakan kata scene daripada skena. Sementara itu orangnya disebut dengan scenester

Dia tidak tahu pasti kapan penggunaan kata skena untuk merujuk pada scene. Namun, ada kemungkinan sejak ada budaya anak muda dalam beberapa waktu ini. 

Menurutnya, pada saat ini, scene atau skena musik di dalam negeri mengalami perkembangan seiring perkembangan teknologi informasi. Para scenester mendapatkan banyak informasi dan meresponsnya kian kreatif, variatif, baik, dalam wujud apa saja. 

Gagasannya yang ditangkap oleh mereka juga lebih clear. Ketika pelakunya makin banyak, skena atau kancahnya juga kian mendalam selain banyak, variatif, dan spesifik. 

“Hal yang dibutuhkan sebuah scene ada kesamaan ada kesamaan dari orang itu. pasti ekspresif, lebih abstrak,” katanya.

Dia menuturkan scene atau skena adalah sebuah identitas. Jika jelas, apa yang ditawarkan dari identitas tersebut juga jelas sehingga tersosialisasi. Di satu sisi akan membuat orang kian tertarik. Namun, di sisi lain, nilai atau gagasan itu menjadi 'jualan'. 

Scene pada dasarnya adalah komunitas. Jadi, makin banyak akan kian variatif, spesifik, dalam, dan pemahamannya makin kuat. Jika berbicara tentang Indonesia, keberadaannya sudah merata dengan musik yang variatif meskipun di daerah tidak sebesar di Jakarta. 

“Mereka bikin kolektif, acara, band, merekam, dan merilis secara mandiri sebagai hasil dari scene-nya atau kancahnya,” katanya. Keberadaan skena itu jelas mendukung perkembangan musik di Indonesia. 

Dia menambahkan bahwa perusahaan label yang ada di dalam negeri juga menjadi bagian dalam skena tersebut dalam sebuah payung yang lebih besar atau skena musik Indonesia. 

Vokalis Agriculture Fandi mengatakan bahwa kata skena di kuping masih awam. Dahulu, dia menuturkan menyebutkan dengan kata Tongkrongan atau  sesederhana Anak-anak. 

Skena atau tongkrongan sangat penting karena menjadi wadah untuk belajar, bertukar pikiran semacam grup fokus langsung oleh para praktisinya. Selain itu, tongkrongan juga menjadi tempat menyaring mental, seberapa besar keinginan seseorang dalam bermusik.

“Apakah sekedar gaya-gayaan atau memang serius berkarya, pasti terlihat lama-lama. Jadi, skena atau tongkrongan menjadi sangat penting untuk membentuk karakter musisi tersebut,” katanya. 

Dia menambahkan, begitu pembuktian seniman tersebut diakui, skena/tongkrongan pula yang akan mempromosikan dengan menyebarkan word of mouth  ke seluruh negara. 

Sementara itu, Gitaris More on Mumbles Ikhwan Hastanto atau yang kerap disapa Awan mengatakan bahwa skena sangat penting. Salah satu hal yang mendukung musisi bisa berkembang.

“Dalam genre yang dia suka ya karena kolektifnya. Industri berputar terus, genre musik yang 'laku' bisa berubah- ubah dominasinya beberapa tahun sekali. Namun, skena terus ada memberi ruang buat musik genre apa saja buat showcase. Alhasil, pelaku genrenya enggak akan hilang,” katanya.

Baca juga: Hypereport: Risiko Pembajakan di Tengah Maraknya Platform Streaming Musik Digital

Vokalis grup band Dekat Mohammed Kamga juga menilai keberadaan skena sangat penting karena musik selalu dimulai lewat pergerakan kecil yang pada akhirnya menimbulkan dampak dalam skala besar.

Lalu,  rasa dari semangat kelompok/daerah akan selalu memberikan warna berbeda. 
Seniman yang nongkrong di Yogyakarta akan memiliki keresahan yang berbeda dari mereka yang berdomisili di Jakarta, dan keresahan tersebut akan terbawa di karya apa saja yang mereka buat. 

“Makin kaya cerita yang terkumpul dari golongan-golongan yang beraneka ragam, maka akan kian kaya pula bunyi di industri yang bersangkutan, “ katanya. 

 Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

7 Rekomendasi OOTD Streetwear Wanita 2023, Tampil Kasual dan Kece

BERIKUTNYA

Simak Cerita Produser Rekata Studio Garap Film Budi Pekerti

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: