Apa itu Game Rating? Cek Klasifikasinya di Indonesia & Dunia
18 July 2023 |
06:51 WIB
1
Like
Like
Like
Bermain gim (video game) sudah jadi aktivitas sehari-hari banyak orang. Aksesnya yang kian mudah dan beragam konten yang ditawarkan membuat permainan video digandrungi publik. Kini, kita mengenal istilah pemain gim kasual (casual gamer) hingga pemain gim kelas berat (hardcore gamer).
Dalam konteks konten yang ditawarkan, tahukah kalian bahwa sama seperti di industri film, ekosistem gim juga punya peringkat berdasarkan usia (game rating system/game age rating). Tujuannya kurang lebih sama, dipakai untuk mengklasifikasikan video game berdasarkan kesesuaian untuk target pasarnya.
Meskipun ada pro-kontra tentang hal ini, yang utamanya berkisar soal efektivitasnya, tapi sistem game rating telah diterapkan oleh banyak pihak. Mulai dari asosiasi lingkup wilayah dan global hingga pemerintahan negara.
Baca juga: 5 Rekomendasi Game Rilis Juli 2023, Ada Gylt dan Oxenfree 2: Lost Signals
Umumnya, pengecekan dan persetujuan rating merupakan bagian dari proses lokalisasi gim saat sedang dipersiapkan untuk distribusi di negara/wilayah atau platform tertentu. Di sejumlah kasus, sistem ini juga dipakai untuk secara sukarela membatasi penjualan judul gim baik oleh toko atau distributor, misalnya dengan tidak menyertakan gim berperingkat 18+ atau yang lainnya.
Dengan begitu, ada banyak variasi dari sistem peringkat gim berdasarkan konten atau usia, termasuk Indonesia yang memiliki panduan tersendiri. Untuk tahu lebih dalam, yuk simak informasinya dalam ulasan berikut ini.
Sistem peringkat permainan video di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Kominfo Nomor 11 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik (KPIE). Disebut Indonesia Game Rating System (IGRS), yang didefinisikan sebagai pengklasifikasian permainan interaktif elektronik atau game berdasarkan konten dan kelompok usia pengguna.
IGRS diharapkan menjadi panduan bagi masyarakat, khususnya orang tua, dalam memberikan akses permainan kepada anak. Berdasarkan peraturan tersebut, ada dua garis besar klasifikasinya. Berdasarkan kategori konten dan kelompok usia pengguna.
Berdasarkan kategori konten, klasifikasinya dibagi menjadi rokok, minuman keras, dan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya; kekerasan; darah, mutliasi, dan kanibalisme; penggunaan bahasa; seksual; penyimpangan seksual; simulasi judi; horor; dan interaksi daring (dalam jaringan).
Sementara itu, berdasarkan kelompok usia pengguna, permainan diklasifikasikan menjadi kelompok usia 3+, 7+, 13+, 18+, dan kelompok pengguna semua usia. Masing-masing kelompok usia punya batasan tertentu, yang membuatnya lebih sesuai dengan para pemain pada umur yang dimaksud.
Misalnya, pada kelompok usia 3 tahun atau lebih, gim harus tidak boleh menampilkan kekerasan, tidak menampilkan darah, tidak menampilkan tokoh menyerupai manusia yang memperlihatkan alat vital, tidak mengandung simulasi judi, hingga menampilkan ketentuan pendampingan orang tua.
Baca juga: Review Game Lokal Hello Goodboy, Kisah Fantasi Afterlife dengan Audio & Visual Ciamik
Negara-negara di Eropa dan Inggris Raya (United Kindom), punya aturan klasifikasi yang barangkali sering dijumpai para gamer bernama Pan European Game Information atau PEGI. Aturan ini dikembangkan oleh Interactive Software Federation of Europe (ISFE), dan mulai diterapkan pada April 2003.
Hampir mirip dengan IGRS, PEGI juga punya peringkat berdasarkan usia yang dibagi ke dalam lima kategori umur. Kelimanya adalah 3 dan 7 tahun dengan latar berwarna hijau, 12 dan 16 tahun dengan latar oranye, 18 tahun dengan latar merah menyala, dan satu lagi kategori ! (logo tanda seru) yang dianggap tersedia untuk segala usia tapi disarankan dengan bimbingan orang tua.
Selain menggunakan klasifikasi berdasarkan usia, PEGI juga memakai delapan deskripsi konten yang dicantumkan dengan logo. Rinciannya adalah Bad Language, Discrimination, Drugs, Fear/Horror, Gambling, Sex, Violance, dan In-Game Purchases.
Amerika Serikat, Amerika Utara, dan Kanada sebagai salah satu wilayah dengan banyak pemain gim juga punya sistem tersendiri. Adalah Entertainment Software Rating Board (ESRB) yang merupakan organisasi swa-regulasi yang menetapkan usia dan rating konten untuk video game di pasar tersebut.
ESRB didirikan pada 1994 oleh Entertainment Software Association atau ESA (sebelumnya bernama Interactive Digital Software Association/IDSA). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan sistem peringkat film Motion Picture Association of America, dengan pertimbangan tambahan untuk interaktivitas yang jadi unsur pembeda untuk video game.
Agak berbeda dengan IGRS dan PEGI, peringkat di ESRB utamanya diidentifikasi melalui sebuah ikon, yang ditampilkan pada kemasan dan materi promosi sebuah gim, termasuk di cover gim untuk platform digital.
Klasifikasi rincinya adalah Everyone (E), Everyone 10+ (E10+), Teen (T), Mature 17+ (M), Adults Only 18+ (AO), Rating Pending (RP), dan Rating Penting - Likely Mature 17+. Dua klasifikasi terakhir biasanya digunakan para pengembang dan penerbit saat mempromosikan permainannya. Namun, saat gimnya resmi dirilis, peringkatnya akan diperbarui dengan klasifikasi yang ada.
Jepang punya Computer Entertainment Rating Organization (CERO) yang merupakan organisasi pemeringkat hiburan, termasuk konten video game. Di negara ini, sistem pemeringkatannya menggunakan huruf latin dengan gaya dan tambahan keterangan berbahasa Jepang.
A untuk All Ages (segala usia), B untuk Ages 12 and up (12 tahun ke atas), C untuk Ages 15 and up, D untuk Ages 17 and up, dan Z untuk Ages 18 dan up only (18 tahun ke atas saja). Selain lima huruf tersebut, CERO juga punya tiga klasifikasi berbahasa Jepang yakni Educational/Database, CERO Regulations-Compatible, dan Rating Scheduled.
Baca juga: Tren Perilaku Gamers 2023, Udah Enggak Zaman Main di Satu Platform
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Dalam konteks konten yang ditawarkan, tahukah kalian bahwa sama seperti di industri film, ekosistem gim juga punya peringkat berdasarkan usia (game rating system/game age rating). Tujuannya kurang lebih sama, dipakai untuk mengklasifikasikan video game berdasarkan kesesuaian untuk target pasarnya.
Meskipun ada pro-kontra tentang hal ini, yang utamanya berkisar soal efektivitasnya, tapi sistem game rating telah diterapkan oleh banyak pihak. Mulai dari asosiasi lingkup wilayah dan global hingga pemerintahan negara.
Baca juga: 5 Rekomendasi Game Rilis Juli 2023, Ada Gylt dan Oxenfree 2: Lost Signals
Umumnya, pengecekan dan persetujuan rating merupakan bagian dari proses lokalisasi gim saat sedang dipersiapkan untuk distribusi di negara/wilayah atau platform tertentu. Di sejumlah kasus, sistem ini juga dipakai untuk secara sukarela membatasi penjualan judul gim baik oleh toko atau distributor, misalnya dengan tidak menyertakan gim berperingkat 18+ atau yang lainnya.
Dengan begitu, ada banyak variasi dari sistem peringkat gim berdasarkan konten atau usia, termasuk Indonesia yang memiliki panduan tersendiri. Untuk tahu lebih dalam, yuk simak informasinya dalam ulasan berikut ini.
Indonesia
IGRS (Sumber: Kemenkominfo)
IGRS diharapkan menjadi panduan bagi masyarakat, khususnya orang tua, dalam memberikan akses permainan kepada anak. Berdasarkan peraturan tersebut, ada dua garis besar klasifikasinya. Berdasarkan kategori konten dan kelompok usia pengguna.
Berdasarkan kategori konten, klasifikasinya dibagi menjadi rokok, minuman keras, dan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya; kekerasan; darah, mutliasi, dan kanibalisme; penggunaan bahasa; seksual; penyimpangan seksual; simulasi judi; horor; dan interaksi daring (dalam jaringan).
Sementara itu, berdasarkan kelompok usia pengguna, permainan diklasifikasikan menjadi kelompok usia 3+, 7+, 13+, 18+, dan kelompok pengguna semua usia. Masing-masing kelompok usia punya batasan tertentu, yang membuatnya lebih sesuai dengan para pemain pada umur yang dimaksud.
Misalnya, pada kelompok usia 3 tahun atau lebih, gim harus tidak boleh menampilkan kekerasan, tidak menampilkan darah, tidak menampilkan tokoh menyerupai manusia yang memperlihatkan alat vital, tidak mengandung simulasi judi, hingga menampilkan ketentuan pendampingan orang tua.
Baca juga: Review Game Lokal Hello Goodboy, Kisah Fantasi Afterlife dengan Audio & Visual Ciamik
Eropa
PEGI (Sumber: Internetmatter.org)
Hampir mirip dengan IGRS, PEGI juga punya peringkat berdasarkan usia yang dibagi ke dalam lima kategori umur. Kelimanya adalah 3 dan 7 tahun dengan latar berwarna hijau, 12 dan 16 tahun dengan latar oranye, 18 tahun dengan latar merah menyala, dan satu lagi kategori ! (logo tanda seru) yang dianggap tersedia untuk segala usia tapi disarankan dengan bimbingan orang tua.
Selain menggunakan klasifikasi berdasarkan usia, PEGI juga memakai delapan deskripsi konten yang dicantumkan dengan logo. Rinciannya adalah Bad Language, Discrimination, Drugs, Fear/Horror, Gambling, Sex, Violance, dan In-Game Purchases.
Amerika Serikat & Kanada
ESRB (Sumber: Internetmatter.org)
ESRB didirikan pada 1994 oleh Entertainment Software Association atau ESA (sebelumnya bernama Interactive Digital Software Association/IDSA). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan sistem peringkat film Motion Picture Association of America, dengan pertimbangan tambahan untuk interaktivitas yang jadi unsur pembeda untuk video game.
Agak berbeda dengan IGRS dan PEGI, peringkat di ESRB utamanya diidentifikasi melalui sebuah ikon, yang ditampilkan pada kemasan dan materi promosi sebuah gim, termasuk di cover gim untuk platform digital.
Klasifikasi rincinya adalah Everyone (E), Everyone 10+ (E10+), Teen (T), Mature 17+ (M), Adults Only 18+ (AO), Rating Pending (RP), dan Rating Penting - Likely Mature 17+. Dua klasifikasi terakhir biasanya digunakan para pengembang dan penerbit saat mempromosikan permainannya. Namun, saat gimnya resmi dirilis, peringkatnya akan diperbarui dengan klasifikasi yang ada.
Jepang
Bicara soal video game, tak afdol rasanya jika tidak membahas negera satu ini, Jepang. Bagaimanapun, Negeri Sakura telah menghasilkan banyak judul dan waralaba (franchise) gim populer hingga sekarang. Jepang juga merupakan salah satu pasar gim terbesar di dunia. Tak aneh, jika otoritas setempat memiliki aturan soal peringkat permainan.Jepang punya Computer Entertainment Rating Organization (CERO) yang merupakan organisasi pemeringkat hiburan, termasuk konten video game. Di negara ini, sistem pemeringkatannya menggunakan huruf latin dengan gaya dan tambahan keterangan berbahasa Jepang.
A untuk All Ages (segala usia), B untuk Ages 12 and up (12 tahun ke atas), C untuk Ages 15 and up, D untuk Ages 17 and up, dan Z untuk Ages 18 dan up only (18 tahun ke atas saja). Selain lima huruf tersebut, CERO juga punya tiga klasifikasi berbahasa Jepang yakni Educational/Database, CERO Regulations-Compatible, dan Rating Scheduled.
Baca juga: Tren Perilaku Gamers 2023, Udah Enggak Zaman Main di Satu Platform
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.