5 Poin & Strategi Penting Sebelum Brand Masuk ke Pasar Gen Z
11 July 2023 |
19:06 WIB
1
Like
Like
Like
Hasil Sensus Penduduk 2020 mencatat 75,39 juta jiwa masyarakat Indonesia berada pada kategori Gen Z yang lahir mulai 1997 hingga 2012. Angka besar ini menyumbang total 27,94 persen dari keseluruhan generasi populasi di Indonesia.
Bahkan milenial yang lahir pada 1981 hingga 1996 berada satu langkah di bawah Gen Z dengan proporsi 25,87 persen dari keseluruhan populasi. Angka besar ini mengartikan adanya pasar konsumen yang luas untuk beragam bidang. Industri fashion, make up, dan minuman hanya merupakan tiga di antara bidang yang sangat bersentuhan dengan tren konsumsi Gen Z.
Namun perlu diketahui, Gen Z memiliki karakteristik yang tidak sama dengan generasi-generasi pendahulunya. Dalam agenda Indonesian Womenprenerur Conference (IWC) 2023 di Plaza Indonesia pada Selasa (11/7/2023), tiga pemilik brand lokal dari produk fashion, make up, dan minuman membagikan kisahnya menghadapi konsumen dari kalangan Gen Z.
Baca juga: Begini Karakteristik Gen Z saat Mengonsumsi Brand Fashion, Makeup, dan Minuman
Co Founder Jiniso, Dian Fiano mengatakan jika Gen Z sangat berpegang pada konsistensi inovasi sebuah brand yang akan membawanya pada pertimbangan membeli sebuah produk. Lizzie Para, Founder BLP menyatakan jika Gen Z sangat menyukai produk-produk multifungsi, simple, praktis, dan dapat digunakan setiap hari.
Sementara Sylvia Surya selaku Founder Kopi Soe mengatakan bahwa Gen Z sangat memperhatikan keterlibatan komunitas dan nilai di balik berdirinya produk dan brand. Lantas, bagaimana strategi menembus hati konsumen Gen Z?
“Tim yang relevan bisa mencari tahu, Gen Z ini maunya produk dan brand yang seperti apa sih, mulai dari strateginya, output produknya, penjualannya dan lain-lain,” jelas Slyvia.
Menurutnya, Gen Z juga menyukai cara-cara yang seru dalam penjualan. Lizzie Para pun mengakui jika tim yang relevan bisa membuat strategi tersusun lebih presisi dan meminimalisir salah menakar atau mengira tren yang sedang viral. Tidak hanya membuat tim yang relevan, Sylvia dan Lizzie pun menyarankan untuk terus update dengan riset dan data-data seputar Gen Z.
Lizzie juga setuju jika tim dalam sebuah brand harus mau kerja keras untuk riset dan mencari tahu lebih dalam tentang tren konsumen Gen Z. Satu hal penting lainnya yakni membuat cara komunikasi yang lebih menggaet dengan gaya Gen Z.
“Butuh komunikasi yang lebih young aja sih untuk membuat kita tetap engage,” terang Lizzie. Dian juga menyampaikan hal yang senada. Menurutnya, brand harus membuat komunikasi berjalan interaktif dan dua arah. Sebab, Gen Z memiliki karakteristik konsumen yang sangat ingin terlibat dan didengarkan.
Bahkan milenial yang lahir pada 1981 hingga 1996 berada satu langkah di bawah Gen Z dengan proporsi 25,87 persen dari keseluruhan populasi. Angka besar ini mengartikan adanya pasar konsumen yang luas untuk beragam bidang. Industri fashion, make up, dan minuman hanya merupakan tiga di antara bidang yang sangat bersentuhan dengan tren konsumsi Gen Z.
Namun perlu diketahui, Gen Z memiliki karakteristik yang tidak sama dengan generasi-generasi pendahulunya. Dalam agenda Indonesian Womenprenerur Conference (IWC) 2023 di Plaza Indonesia pada Selasa (11/7/2023), tiga pemilik brand lokal dari produk fashion, make up, dan minuman membagikan kisahnya menghadapi konsumen dari kalangan Gen Z.
Baca juga: Begini Karakteristik Gen Z saat Mengonsumsi Brand Fashion, Makeup, dan Minuman
Co Founder Jiniso, Dian Fiano mengatakan jika Gen Z sangat berpegang pada konsistensi inovasi sebuah brand yang akan membawanya pada pertimbangan membeli sebuah produk. Lizzie Para, Founder BLP menyatakan jika Gen Z sangat menyukai produk-produk multifungsi, simple, praktis, dan dapat digunakan setiap hari.
Sementara Sylvia Surya selaku Founder Kopi Soe mengatakan bahwa Gen Z sangat memperhatikan keterlibatan komunitas dan nilai di balik berdirinya produk dan brand. Lantas, bagaimana strategi menembus hati konsumen Gen Z?
1. Buat Tim Brand yang Relevan
Sylvia mengatakan, menghadirkan tim brand yang relevan dengan Gen Z merupakan salah satu poin penting dalam menyelami seluk beluk tren konsumsen Gen Z. Tim brand dengan rentang usia dari kalangan Gen Z ini akan membuat kerja brainstorming produk pemasaran lebih mudah.“Tim yang relevan bisa mencari tahu, Gen Z ini maunya produk dan brand yang seperti apa sih, mulai dari strateginya, output produknya, penjualannya dan lain-lain,” jelas Slyvia.
Menurutnya, Gen Z juga menyukai cara-cara yang seru dalam penjualan. Lizzie Para pun mengakui jika tim yang relevan bisa membuat strategi tersusun lebih presisi dan meminimalisir salah menakar atau mengira tren yang sedang viral. Tidak hanya membuat tim yang relevan, Sylvia dan Lizzie pun menyarankan untuk terus update dengan riset dan data-data seputar Gen Z.
2. Riset dan Kemampuan Komunikasi
Untuk brand-brand yang sudah established dan ingin membuka target pasar baru menyasar Gen Z, rebranding tak melulu menjadi jalan yang harus dipilih. Jalan tersebut bisa saja berhasil, tetapi bisa juga gagal. Menurut Sylvia, kuncinya terletak pada cara mengambil atensi Gen Z dengan strategi-strategi yang seru dan membuat rasa ingin tahu mereka menjadi naik.Lizzie juga setuju jika tim dalam sebuah brand harus mau kerja keras untuk riset dan mencari tahu lebih dalam tentang tren konsumen Gen Z. Satu hal penting lainnya yakni membuat cara komunikasi yang lebih menggaet dengan gaya Gen Z.
“Butuh komunikasi yang lebih young aja sih untuk membuat kita tetap engage,” terang Lizzie. Dian juga menyampaikan hal yang senada. Menurutnya, brand harus membuat komunikasi berjalan interaktif dan dua arah. Sebab, Gen Z memiliki karakteristik konsumen yang sangat ingin terlibat dan didengarkan.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.