Ilustrasi wisuda. (Sumber foto: Pexels/Muhammad Renaldi)

Hypereport: Lulus Sekolah Tak Hanya Tentang Hura-Hura

09 July 2023   |   12:25 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Sudah bertahun-tahun lamanya aksi perayaan kelulusan sekolah membudaya di dunia pendidikan Indonesia. Hanya saja, trennya terlihat berganti-ganti dari satu dekade ke dekade selanjutnya. Misalnya pada 1990-an, kebanyakan siswa SMA menutup masa sekolahnya dengan aksi corat-coret seragam pasca kelulusan.
 
Tren itu diawali dari rasa beban bertumpuk para siswa yang kala itu wajib melaksanakan ujian akhir Ebtanas. Rasa lega, lepas, dan bahagia itu diisi dengan kesenangan dalam bentuk perayaan bersama teman-teman. Budaya ini dipandang negatif karena sering diikuti dengan aksi konvoi keliling kota. Sejak 2000-an, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dinas Pendidikan di daerah-daerah pun sudah getol mengingatkan larangan aksi corat-coret itu.

Baca juga artikel terkait:
1. Hypereport: Sisi Lain Wisuda Tingkat Sekolah
2. Hypereport: Membedah Urgensi Seremoni Wisuda di Tingkat Sekolah
 
Namun, tren perayaan demikian tak terhindarkan. Tren ini berlangsung sangat lama. Bahkan hingga kini, beberapa kalangan siswa masih menerapkan aksi corat-coret ini. Sudah lebih dari satu dekade, pihak kepolisian juga tak henti mengingatkan larangan perayaan yang demikian.
 
Tampaknya tren ini mulai berganti secara perlahan. Kini, ajang kelulusan sekolah sering ditutup dengan perayaan bersama pihak sekolah dalam bentuk pelepasan siswa dan perayaan semacam wisuda. Memang tak semua sekolah melaksanakannya, tetapi tren ini mulai jadi pertanyaan bagi sebagian wali siswa. Jika dahulu wisuda identik dengan momen kelulusan dari tingkat pendidikan tinggi seperti kuliah, mengapa kini siswa sekolah kini seolah latah dengan fenomena ini?
 
Ternyata momen melepas penat setelah menempuh satu jenjang pendidikan memang sulit terelakkan. Nellazka Ramadhan, siswa yang baru saja lulus dari SMA Negeri 1 Jakarta mengaku perayaan kelulusan seperti wisuda ini menjadi salah satu momen penting dalam hidupnya.

“Perayaan wisuda ada sih, itu seru banget sih kayak momen penting yang enggak bisa diulang lagi,” kata Nellazka.

 


Nellazka menyebut ada rasa senang dan antusias saat bisa berkumpul bersama teman satu angkatan. Namun Nellazka setuju jika perayaan ini bukan tentang hura-hura saja. Di sekolahnya, wisuda dirayakan dengan pembagian medali kepada siswa-siswi berprestasi selama menempuh pendidikan di sekolah. Kemudian mereka juga banyak melakukan diskusi dan tukar pendapat tentang jenjang pendidikan selanjutnya.
 
Setelahnya, siswa-siswi menikmati acara malam yang disebut sebagai prom night sekitar Pukul 18.00 WIB hingga 22.00 WIB. Nellazka sendiri mengaku mampu memisahkan kesenangan sementara dan kesegeraan untuk kembali belajar demi universitas impiannya. Baginya, rasa senang dari perayaan kelulusan cukup berimbang dengan nilai penting yang didapatnya dari diskusi. Medali juga membantu siswa mengingat momen penting yang pernah dilalui semasa duduk di bangku SMA.

Dari SMA yang sama, Azka Barezka juga menyambut bahagia perayaan kelulusan dengan konsep wisuda ini. “Ada kegiatan perpisahan karena udah enggak masa Covid-19 lagi, jadi kami sudah diperbolehkan buat kegiatan wisuda gitu,” kata Azka saat ditanyai Hypeabis.id. Azka ikut dalam dua tajuk perayaan, festival musik di halaman sekolah dan acara pelepasan yang berlangsung di sebuah Ballroom Hotel di Jakarta.
 
Kata Azka, perayaan kelulusan merupakan bentuk euphoria selepas jadi siswa yang perlu dirasakan. Asalkan perayaan punya nilai, tidak menyita waktu, dan tidak mengganggu keuangan, Azka setuju saja dengan adanya wisuda. Soal bujet, Azka dan temannya sudah merencanakan keuangan jauh sebelum adanya kegiatan perayaan ini.
 
Azka lebih menyorot pemaknaan wisuda sebagai momen meninggalkan catatan baik untuk siswa tingkat lainnya. “Selayaknya kita sudah sekolah kurang lebih 12 tahun gitu ya, lebih ke perayaan yang bersifat bisa memberikan kesan baik sih buat kita sebagai alumni dan sekolah,” imbuhnya.
 
Euforia perayaan semacam ini tidak hanya berlangsung di kota Jakarta, tetapi juga menyentuh sekolah-sekolah di daerah. Hal yang senada juga disampaikan Subhannisa, siswa yang baru lulus dari SMA Negeri 22 Palembang. Sekolahnya memang tidak melakukan perayaan wisuda mengenakan toga, melainkan hanya pelepasan siswa dengan penyematan medali untuk pelajar yang dinyatakan lulus.
 
Subhannisa menyebut, siswa dan siswi mengenakan busana serba rapi berupa satu set jas untuk siswa laki-laki dan kebaya untuk siswa perempuan. Selain penyematan medali, siswa juga memiliki momen refleksi tentang perjalanan saat duduk di bangku SMA.

“Kami senang-senang kumpul satu angkatan sambil mengingat juga tentang pencapaian tiga tahun di sini,” kata Subhannisa kepada Hypeabis.id.
 
Asal tidak berlebihan, Subhannisa mengaku momen wisuda ini membantunya melihat masa lalu, masa kini, dan masa depan secara bersamaan. Kenangan yang dilaluinya selama tiga tahun justru membawanya semangat berjuang untuk menempuh pendidikan selanjutnya.
 
Kata Subhannisa, orang tuanya tak begitu masalah soal pengeluaran asal tidak diberitahukan secara mendadak. Pun, setengah dari kebutuhan perayaan kelulusan tersebut juga merupakan uang tabungannya sendiri.  “Kalau diberi tahu sekitar tiga atau empat bulan sebelum, orang tua aku oke saja. Misalnya untuk beli pakaian kebaya atau apa. Sisanya keinginan yang aku mau dari tabunganku sendiri,” katanya.
 
Baik Nellazka, Azka, dan Subhannisa setuju bahwa perayaan tinggallah perayaan. Di luar itu, mereka ingin mencoba memaknai kelulusan dengan belajar lebih giat. Pasalnya, ini menyangkut dengan kelanjutan masa depan mereka di jenjang pendidikan selanjutnya. Kini ketiganya masih berkelut dengan ragam tes masuk universitas di beberapa PTN. Bimbingan belajar, belajar mandiri di rumah, dan istirahat cukup kembali menjadi fokus utama keduanya pasca lulus.
 

Pemaknaan di Balik Momen Kelulusan

 

Ilustrasi sekolah menengah atas. (Sumber foto: Pexels/Rafael Atantya)

Ilustrasi sekolah menengah atas. (Sumber foto: Pexels/Rafael Atantya)

Psikolog anak, Alia Mufida berpendapat, siswa memang dilimpahi rasa senang saat momen selebrasi pasca kelulusan. Anak cenderung ingin membuat momen dan tidak membiarkan masa sekolahnya berlalu begitu saja tanpa berkumpul dan merayakan capaian dalam hidup mereka.

"Menurut saya ini bukan tentang perayaannya, tetapi bagaimana memaknainya,” kata Alia kepada Hypeabis.id.
 
Wisuda dianggap sebagai cara selebrasi baru di kalangan sekolah. Tak ada masalah jika pihak-pihak antara siswa, sekolah, dan wali murid menyetujuinya. Namun, daripada sekedar hura-hura, Alia mengajak siswa dan pihak sekolah mencari pemaknaan penting di balik momen kelulusan. Dari pihak sekolah, acara wisuda atau perayaan semacamnya bisa jadi ajang kilas balik melihat proses siswa-siswi semasa sekolah. Ini bisa membantu siswa berkembang dan membangun rasa percaya diri yang akan menjadi bekal untuk tingkat pendidikan selanjutnya.
 
“Tapi kalau cuma perayaan saja, kalau akhirnya jadi mengeluarkan banyak biaya tanpa konten acara yang valuable, maka agendanya jadi tidak bermakna. Jadi ini tergantung bagaimana memaknai selebrasi. Kalau valuable, justru banyak orang tua yang menanti-nanti momen wisuda. Misalnya jadi momen highlight prestasi anak,” jelasnya.
 
Seperti kata Alia, semua kembali pada pemaknaan. Fenomena wisuda bisa memiliki arti jika agendanya memiliki tujuan jelas, seperti menciptakan momen penting bagi anak, menunjukkan progres anak kepada orang tua, dan sebagainya. Untuk membuat agenda pelepasan siswa yang bernilai, Alia menilai sekolah memiliki peran penting dalam menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan siswa, serta menjadi jembatan komunikasi siswa dengan orang tuanya.
 
“Jadi ini bukan cuma tren hura-hura, lebih ke apa yang bisa dicapai dari sebuah acara pelepasan. Pastikan momen ini bukan hanya happy-happy saja, tapi ada hal yang benar-benar siswa bawa dari acara itu baik secara fisik atau emosional,” terangnya.

Dengan acara yang bermakna, siswa bisa berkaca mengenai apa yang bisa dikembangkan lagi dari diri mereka, apa saja hal yang harus mereka syukuri, dan apa hal menarik yang bisa dilakukan untuk membuat guru dan orang tua bangga.
 
Wisuda atau perayaan kelulusan mungkin bisa dilihat sebagai momen 'numpang lewat' yang bermanfaat jika dilakukan sesuai dengan nilai dan porsinya. Refleksi merupakan hal sederhana dan bermanfaat yang bisa dilakukan tanpa menghamburkan uang. 
 
Alia menyarankan refleksi dilakukan dalam grup kecil saja, misal bersama guru atau teman sekelas. Siswa dan guru bisa bercermin tentang apa saja yang sudah dijalani semasa sekolah, apa yang sudah didapatkan, apa yang diketahui tentang arti pertemanan, dan sebagainya. “Refleksi ini bisa jadi kegiatan yang punya makna mendalam. Hal kecil yang sangat bagus untuk dilakukan dalam memaknai perpisahan bersama orang terdekat para siswa,” tutup Alia. 

Baca juga: Jadi Polemik, Kemendikbudridstek Terbitkan Surat Edaran Tidak Wajibkan Wisuda PAUD-SMA

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

5 Inspirasi Outfit Nonton Konser Taeyong NCT Serba Pink

BERIKUTNYA

Dihargai Sampai Ratusan Juta, Inilah Deretan Batik Termahal di Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: