Ilustrasi pekerja kutu loncat. (Sumber gambar: Unsplash/Ian Schneider)

Hypereport: Jatuh Bangun Si Kutu Loncat Mengejar Karier yang Lebih Baik

25 June 2023   |   20:54 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Like
Bukan sekadar pendapatan, ada banyak alasan yang membuat seseorang memilih untuk menjadi "kutu loncat". Salah satu di antaranya adalah keinginan untuk belajar dan meningkatkan diri, sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik untuk pengembangan karier.

Imam Nugroho, salah seorang karyawan swasta, mungkin tidak pernah memiliki pikiran untuk berpindah pekerjaan sejak pertama kali memasuki dunia kerja setelah menempuh pendidikan tinggi di salah satu kampus di Bandung, Jawa Barat. 

Ada beragam alasannya berpindah-pindah tempat kerja. Namun, di antara alasan yang ada, motivasi belajar dan berkembang adalah yang utama. Menurutnya, pendapatan akan mengikuti seiring dengan kemampuan yang terus tumbuh. 

Baca juga Hypereport selanjutnya: 
1. Hypereport: Kiat Menemukan Karier yang Tepat Bagi Fresh Graduate
2. Hypereport: Kerja Tidak Sesuai Jurusan Enggak Masalah, Selagi Karier Lancar

2. Hypereport: Potret Pekerja Loyal, Mendedikasikan Separuh Umur di Satu Perusahaan
 


Kariernya bermula saat dia masuk kerja di sebuah perusahaan jasa di swasta dengan posisi HRD bagian pelatihan. Namun, dia tidak memiliki aktivitas yang jelas sesuai dengan jabatannya. Segala macam bentuk idenya untuk proses latihan bagi karyawan tidak pernah diterima selama tiga bulan berada di perusahaan itu.

Meskipun begitu, dia tidak putus asa. Pada bulan keempat, dia mencoba belajar sesuatu yang baru dari atasannya yang memiliki keahlian di bidang kargo. Dia pun kemudian melakoni peran yang tidak seharusnya di perusahaan itu. 

Pada bulan delapan bekerja, atasannya menyarankan untuk keluar lantaran ilmu yang dimiliki, ide-ide yang diajukan, tidak kunjung diterima dan membuatnya bekerja tidak sesuai dengan jabatan yang diemban. 

Kemudian, dia pindah bekerja di salah satu perusahaan ritel modern di Bandung. Di tempat ini, Imam mendapatkan posisi sebagai staf people and organization development. Karier dan kemampuannya mengalami perkembangan pesat sampai akhirnya diangkat menjadi karyawan tetap. 

Tidak lama, perusahaan pertamanya menghubungi untuk memintanya kembali. Kegiatannya yang aktif di media sosial dalam mengunggah aktivitas pelatihan yang dilakukannya membuat atasan baru di perusahaan itu tertarik. 

Manajemen yang sebelumnya tidak fokus terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) mengalami perubahan. Ide-ide yang pernah ditawarkannya sewaktu masih bekerja dilirik oleh atasan baru di perusahaan itu. “Janjian ketemu dan berbincang,” katanya. 

Pertemuan itu merupakan titik awal dia berani untuk bargaining yang pada akhirnya disetujui oleh perusahaan itu. Dia pun kembali pindah ke perusahaan tempat pertama bekerja. Segala ilmu yang dimiliki membuatnya langsung menjabat sebagai officer dan 5 tahun berjalan naik menjadi manajer. 

Di perusahaan ini, dia menuturkan banyak belajar tentang pengembangan sumber daya manusia dari atasannya yang baru, yang pernah bekerja di salah satu perusahaan besar di dalam negeri. 

Saat sedang bekerja, seorang teman datang dengan memberikan tawaran untuk bekerja di salah satu perusahaan manufaktur di Cikarang, Jawa Barat. Di perusahaan ini, jabatan yang ditawarkan lebih rendah, yakni supervisor. Namun, gaji yang diterima lebih besar. 

Meskipun begitu, motivasi untuk belajar adalah alasan utamanya pindah dari perusahaan jasa ke perusahaan manufaktur. Dia teringat dengan sang kakak yang pernah mengatakan harus ke perusahaan manufaktur karena proses dan orang-orangnya berbeda dengan yang bekerja di perusahaan jasa, terlebih perusahaan manufaktur yang akan dimasuki adalah perusahaan asing. 

Perusahaan pertama yang berusaha menahannya pada akhirnya melepaskan untuk pindah karena tidak berani untuk membayar sesuai dengan tawaran yang diberikan oleh perusahaan asing itu. Tanpa memasukkan lamaran, pada 2014 silam, dia menjadi bagian perusahaan multinasional tersebut. “Begitu masuk, ternyata benar bisnis jasa dan manufaktur beda. Saya langsung belajar sebanyak-banyaknya,” katanya. 

Di perusahaan baru ini, dia mencapai level asisten manajer. Tidak hanya itu, dia juga yang tidak memiliki dasar sebagai orang teknik menjadi tahu tentang teknik lantaran kerap bersentuhan dengan operator pabrik. 

7,5 tahun berkarier, tawaran kembali datang dari salah satu perusahaan jasa di dalam negeri. Perusahaan ini menyebutkan tengah membutuhkan sedang mencari trainer lantaran mengadakan management development program (MDP) untuk kepala cabang. 

Saat bertemu dan berbincang dengan direktur HRD, dia mendapatkan tawaran menempati posisi manajemen dan tantangan mengerjakan sesuatu yang belum pernah dilakukannya. Perusahaan ini berani membayar lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan asing tempatnya bekerja. 

Selain tantangan untuk belajar sesuatu yang baru dan gaji lebih besar, ketidakpastian tentang jenjang karier di perusahaan asing lantaran manajernya pernah mengatakan tidak akan tergantikan sebelum pensiun juga menjadi alasan lainnya. 

Di perusahaan baru ini, dia merancang struktur dan job desk yang harus dikerjakan yang belum ada. Namun, seiring berjalan waktu, intrik politic office membuat direktur HRD mengalami mutasi dan demosi. Semua orang berada di bagian HRD terkena imbas, sehingga dipindahkan ke anak perusahaan. 

Dia tidak menyerah begitu saja ketika atasannya memilih untuk resign dan mencoba untuk bertahan. Imam juga mengurus tentang Business Development selain training sumber daya manusia di anak perusahaan baru itu. 

“Saya merancang [Perekrutan] dari security sampai level manajer. Sudah jalan perekrutan, training, dan sebagainya,” katanya sebelum akhirnya mendapatkan tawaran baru dari seorang kawan. 
 
Perusahaan baru yang ditawarkan kepadanya membutuhkan seorang trainer specialist. Tidak hanya itu, dia juga disebut akan menempati posisi manajerial, tapi juga fungsional. Dari awal, dia sudah diberitahu bahwa nanti hanya akan mengajar. 

Sebelum memutuskan untuk menerimanya, dia mencoba untuk mencari tahu tentang perusahaan itu.  Dia menemukan bahwa perusahaan ini memiliki konsultan manajemen sumber daya manusia yang mumpuni. Kemudian, struktur perusahaan juga mirip dengan perusahaan pertama.

Di perusahaan baru ini juga dia mendapatkan banyak ilmu. Salah satunya adalah tools problem solving yang didapati mencapai lebih banyak dari yang diketahui selama ini. Selain itu, dia juga banyak belajar dari sisi leadership. “Secara skill berkembang pesat,” katanya. 

Di tempat ini, dia juga mendapatkan job desk baru, yang membuatnya merasa tertantang. Sampai dengan saat ini, Imam telah berkerja selama sekitar satu tahun. 

Dalam prosesnya, sejumlah tawaran pekerjaan juga terus menghampirinya, termasuk salah satu perusahaan lama tempatnya pernah bekerja. Saat berpindah-pindah tempat kerja, dia mengaku tidak pernah mendapatkan pertanyaan alasan sebab dirinya berpindah kerja. 

Dia mengaku bahwa berpindah-pindah tempat kerja membuatnya menghadapi sejumlah tantangan yang harus diselesaikan. Pertama adalah budaya organisasi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain dan karakter orang-orang yang berada di dalamnya. 

Di perusahaan yang masih kuat unsur kekeluargaannya, dia harus menghadapi birokrasi yang sangat ketat lantaran struktural dipegang oleh orang-orang yang masih keluarga. Sementara saat di perusahaan asing, dia mengaku mendapatkan kewenangan yang besar yang memungkinkannya untuk masuk ke bagian mana saja meskipun memiliki disiplin yang sangat tinggi. 

Tantangan lainnya adalah tentang status kepegawaian. Dia menuturkan saat ini memiliki status sebagai karyawan kontrak meskipun berada di posisi managerial. 

Meskipun begitu, dia tidak masalah dengan status tersebut. Dia menambahkan, mengajar di perusahaan dan menjadi inspirasi buat peserta membuat diri memiliki manfaat bagi banyak orang. “Enggak hanya pindah, tapi memberikan ilmu atau manfaat ke orang lain,” katanya yang kerap belajar sambil praktik.
 

"Kutu Loncat" di Mata Perusahaan

Sementara itu, Windy Prastiwi, Head of Human Capital PT United Family Food (Unifam), mengatakan bahwa tren individu yang sering berpindah perusahaan menunjukkan bahwa kondisi karyawan pada saat ini sudah berbeda. 

“Dahulu kita sering melihat orang yang bertahan di perusahaan hingga 10 sampai 15 tahun. Saat ini jangka waktu orang bekerja di suatu perusahaan jauh lebih pendek, terutama dari Generasi milenial dan Z yang cenderung lebih mungkin untuk berpindah-pindah perusahaan,” katanya kepada Hypeabis.id

Mereka sering mencari peluang pertumbuhan yang cepat, tantangan baru, dan keseimbangan kerja-hidup yang lebih baik. Kedua generasi itu juga cenderung memprioritaskan nilai-nilai seperti fleksibilitas, keterlibatan dengan perusahaan, dan pengalaman.

Baca juga: Karyawan Resign Silih Berganti? Perusahaan Wajib Simak Tips Ini

Dia menuturkan, generasi milenial dan Z sangat mungkin mencari kesempatan untuk bekerja di tempat lain jika perusahaan tidak memenuhi harapan mereka. “Kami melihat bahwa dalam beberapa situasi, individu yang berpindah perusahaan berasal dari kebutuhan individu untuk mencari tantangan baru, pengalaman yang lebih luas, atau kesempatan untuk belajar dan berkembang,” katanya.

Sementara itu di sisi lain, terlalu sering berpindah-pindah perusahaan juga dapat menimbulkan pertanyaan tentang stabilitas dan konsistensi individu. Jika seseorang sering mengubah pekerjaan hanya dalam waktu singkat, tidak menutup kemungkinan terdapat pertanyaan tentang kemampuan mereka untuk menahan tekanan, berkomitmen, atau membangun hubungan kerja yang kuat.

Dia menuturkan bahwa manajemen akan menilai apakah individu yang sering berpindah-pindah perusahaan dapat mengintegrasikan diri dengan cepat dalam tim baru, memberikan kontribusi yang berarti, dan mencapai hasil yang diharapkan. Kemampuan untuk membuktikan nilai tambah mereka dalam waktu singkat dapat menjadi pertimbangan penting dalam mengevaluasi potensi karyawan yang berpindah-pindah.

“Bahwasanya tren ini dapat berbeda dalam industri tertentu atau lokasi yang berbeda. Namun, kami dari PT United Family Food (UNIFAM) percaya bahwa karyawan sebagai aset penting perusahaan, kami selalu memastikan karyawan mendapat dukungan serta suasana kerja yang positif dan kondusif untuk mengeluarkan potensi terbaiknya dan mendukung produktivitas,” katanya. 

Menurutnya, kondisi itu tidak dapat dilepaskan dari kerja keras seluruh tim untuk menciptakan budaya kerja yang sesuai dengan core values perusahaan serta mewujudkan misi dan visi perusahaan.

Saat ini, terdapat pandangan yang negatif dan positif terhadap individu yang sering berpindah tempat kerja. Perusahaan akan melihat seseorang yang kerap pindah tempat kerja dengan negatif lantaran memiliki komitmen rendah, kompetensi minim, dan hanya fokus terhadap pendapatan. 

“Jika seseorang sering berpindah perusahaan dalam waktu singkat hanya karena mengejar gaji tapi memiliki kompetensi yang kurang, kondisi ini dapat menimbulkan keraguan tentang komitmen mereka terhadap perusahaan, bahkan keseimbangan antara kompetensi dan remunerasi juga patut menjadi pertanyaan besar,” katanya.

Perusahaan mungkin ragu untuk menginvestasikan waktu, sumber daya, dan pelatihan terhadap individu yang tidak memiliki niat untuk bekerja dalam jangka panjang. Sementara itu, perusahaan akan memandang positif terhadap individu yang memiliki beragam pengalaman dan pengetahuan karena dapat membawa pengetahuan yang luas tentang berbagai proses, budaya perusahaan, dan praktik terbaik dari berbagai industri. 

Dengan begitu, maka perusahaan akan mendapatkan manfaat positif bila calon pekerja memiliki prestasi positif dan pengalaman yang berharga di perusahaan sebelumnya. Perusahaan pun berharap calon pekerja tersebut dapat menularkan pengalaman dan kompetensinya di perusahaan yang baru. 

Perusahaan yang aktif mencoba merekrut mereka mungkin melihat nilai yang signifikan dalam kontribusi yang dapat diberikan. Kemudian, perusahaan juga melihat individu itu memiliki segudang prestasi dalam berkarier. “Sehingga headhunter pun melihat kontribusi tersebut bisa diadopsi oleh perusahaan yang mencari pelamar kerja kompeten,” katanya. 

Menurutnya, pekerja yang secara konsisten diperhatikan oleh perusahaan atau headhunter berarti orang tersebut memiliki rekam jejak yang positif dalam industrinya. Saat ini, perusahaan menjadikan langkah seseorang berganti tempat kerja sebagai pertimbangan untuk menerima atau menolak seseorang.

Namun, kondisi itu bukan menjadi satu-satunya pertimbangan karena keputusan penerimaan kerja harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain juga.

Perusahaan akan melakukan pertimbangan mulai dari rekam jejak dan stabilitas kerja, alasan pergantian perusahaan, kesesuaian dengan kebutuhan perusahaan serta perusahaan juga mengevaluasi kualifikasi, kepribadian, potensi pertumbuhan, kecocokan individu dengan budaya perusahaan,  dan referensi. 

Sementara itu, Kyatmaja Lookman, Direktur Utama PT Lookman Djaja, mengatakan tidak khawatir terkait dengan karyawan yang kerap berpindah tempat kerja lantaran setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. 

“Namun, masalahnya pindahnya kalau tiba-tiba. Nah, itu baru problem yang penting. Hubungan dengan perusahaan lama harus tetap dijaga. Siapa tahu suatu saat kembali lagi ketika ada penawaran pekerjaan yang lebih baik,” katanya kepada Hypeabis.id

Dia menuturkan, para karyawan dengan level staf dan manajerial di perusahaan yang dipimpin kerap bertahan lama. Sementara karyawan di bagian pengemudi truk kerap berpindah-pindah lantaran di mana saja turnover pengemudi agak tinggi. 

Saat ini, perusahaan memiliki lembaga pelatihan internal, prosedur, dan SOP yang terperinci, sehingga karyawan baru yang mengisi suatu pekerjaan dapat mempelajarinya ketika ditinggal pergi. 

Untuk membuat seorang karyawan bertahan lama, manajemen perlu mengetahui alasan kepindahannya. Menurutnya, ada banyak alasan yang membuat seorang karyawan tidak betah, seperti tidak cukup tantangan, kurang penghargaan, tidak cocok dengan kepribadian pimpinan, dan sebagainya. 

Terkait dengan penghargaan, dia mengingatkan bahwa penghargaan yang dapat diberikan oleh perusahaan terhadap karyawan agar bertahan lama tidak selalu dalam bentuk uang. “Lingkungan kerja yang baik dan kondusif perlu dibangun,” tegasnya. 

Baginya, peran pimpinan perusahaan sangat penting untuk membentuk budaya dan lingkungan kerja yang baik. Mentoring, coaching, dan perhatian yang cukup terhadap setiap orang perlu dilakukan dan bisa secara berjenjang. 

Tidak hanya itu, komunikasi juga menjadi penting lantaran beda generasi akan beda gaya kerja.

Baca juga: 5 Langkah Membangun Karier yang Lebih Gemilang

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Jadi Pilihan Asyik  Liburan Sekolah, Cek Harga  & Cara Beli Tiket Taman Safari 2023

BERIKUTNYA

6 Rekomendasi Tempat Wisata di Dago Bandung, Cocok untuk Healing Liburan Sekolah 

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: