The Meeting (2023), Dadan Setiawan, 120x190 cm, oil on canvas. (Sumber gambar: Art1 New Museum)

Menelisik Eksplorasi Gestur Warna dalam Lukisan Dadan Setiawan

09 June 2023   |   11:45 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Pengalaman artistiknya yang kerap menggambarkan lukisan lanskap lantas membentuk logika lanskap dalam dirinya saat berkarya, di mana lukisan terdiri dari bagian depan, tengah, dan belakang. Hal inilah yang terlihat dalam karya-karyanya kali ini, yang menggambarkan gestur dengan warna ramai dan latar (background) yang berwarna lebih monoton.

Bagi perupa lulusan Institut Teknologi Bandung ini, karya-karya ciptaannya merupakan eksplorasi terhadap medium yakni berfokus pada bagaimana efek perlakuan cat terhadap bidang kanvas. "Dari dulu saya selalu tidak menggunakan kuas, tapi pisau palet," imbuhnya. 

Selain pisau palet, dalam membuat koleksi ini, sang perupa juga menggunakan alat berupa busa karpet puzzle yang dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan untuk melukis. Dengan begitu, goresan yang dihasilkan menjadi tekstur yang lebih hidup dan dinamis.

Sementara dari pemilihan palet warna, Dadan mengatakan kebanyakan karyanya menggunakan warna tube yang digabungkan dengan warna pastel. "Di beberapa karya terlihat tegangan warna tersebut, terutama dari tekstur depan dan latar belakang yang lebih halus," katanya. 

Baca juga: Menerka Imajinasi Abstrak Lukisan I Wayan Sudarsana Yansen
 

Pendidikan Seni

Ada alasan tersendiri mengapa Dadan menenggelamkan diri untuk mengeksplorasi lukisan abstrak. Sebagai perupa, dia mengaku berusaha menolak untuk melukiskan apa yang dilihatnya secara langsung. Sebaliknya, dia berusaha untuk menjauhi objek referensial dalam membuat karya-karya lukisnya selama ini.

Prinsip tersebut dia tempuh dengan cara mengaburkan atau memecah spektrum warna dari lukisan-lukisannya. Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari pengaruh studi seni rupa yang ditempuhnya yang membuatnya untuk menggunakan cara kerja yang rigid dan metodis.

Berawal Dari Sebuah Letupan (2023), Dadan Setiawan, 120x140 cm, oil on canvas. (Sumber gambar: Art1 New Museum)

Berawal Dari Sebuah Letupan (2023), Dadan Setiawan, 120x140 cm, oil on canvas. (Sumber gambar: Art1 New Museum)

Dalam berkarya, Dadan mengibaratkan dirinya tengah berbicara sekaligus memahami dirinya sendiri. Semakin mencoba menyelami, dia justru mengaku semakin merasa asing. Banyak fakta yang muncul di luar dugaan, tetapi pada saat yang sama juga memunculkan sebuah pemahaman baru bagi dirinya.

Baginya, lukisan adalah sebuah bidang yang diberikan pigmen atau cat, sekaligus ditambahkan pengalaman, pemahaman, ataupun ide oleh pelukisnya sehingga memiliki makna yang baru. Pada hal itu, dia kemudian mencoba untuk mengambil jarak dan mengenali setiap visual sebagai bentukan formal.

"Melalui karya, saya ingin membagikan pengalaman ini pada level kesadaran universal sebagai sesama manusia. Esensi itulah yang saya coba tuangkan pada bidang datar kanvas saya," terangnya.

Pada kesempatan terpisah, Kurator sekaligus Kritikus Seni Aminudin TH Siregar mengatakan pada serial lukisan abstrak terbarunya ini, Dadan menawarkan warna sebagai subjek yang mengalami penggesturan. Menurutnya, abstraksi gestural yang diperlihatkan lukisan-lukisan sang perupa mempersoalkan 'cara membuat seni'.

Lukisan-lukisan dalam koleksi ini dinilai memperlihatkan proses bagaimana warna bertaut satu sama lain akibat ayunan tangan yang menyapu bidang kanvas. Satu hal yang menurutnya menonjol dalam koleksi Dadan kali ini adalah pengoperasian cat secara intuitif, yang secara tidak langsung mengekspresikan kepribadian dan emosi sang perupa.

"Efek atau sensasi yang kemudian tercipta adalah sekumpulan warna yang bergerak-gerak, berpendar yang beberapa diantaranya mencapai titik keseimbangan," katanya.

Pria yang akrab disapa Ucok itu juga menjelaskan sebagai perupa, Dadan masih mewariskan sisa-sisa kejayaan akhir seni lukis abstrak di kampus ITB pada awal tahun 2000-an. Sang perupa dinilai mengalami pendidikan seni dimana doktrin
abstrak masih menjadi ukuran keberhasilan ciptaan seni seorang seniman.

Kala itu, paparnya, studi seni rupa masih setia mengawali doktrin di bawah payung aliran formalisme yang menekankan unsur-unsur seperti komposisi, pemilihan warna, karya garis, dan teknik.

Menurutnya, Dadan dan pelukis-pelukis dari generasinya, mengalami bagaimana formalisme yang diajarkan di kampusnya tetap setia mengacu pada pengutamaan unsur-unsur dasar seperti warna, bentuk, garis, dan tekstur. Dalam prosesnya, mereka diajak untuk mengamati bahwa aspek perseptual tersebut adalah lebih penting daripada isi, makna, atau konteks.

"Dengan demikian, nilai seni terletak pada hubungan antara elemen komposisi yang berbeda," imbuh Ucok.

Baca juga: Optimisme Menuju Hari yang Lebih Baik dalam Lukisan 'Selamat Tinggal Corona'

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 
1
2


SEBELUMNYA

Game Honkai: Star Rail Bakal Rilis di PlayStation 5 pada Akhir 2023

BERIKUTNYA

Sabrina Soetomo Merilis Single Kedua berjudul 404 Love Not Found

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: