Refleksi Mimpi & Realitas Dunia Alternatif Syakieb Sungkar di Pameran Dreams
04 June 2023 |
15:57 WIB
Bagi Syakieb Sungkar, melukis adalah upaya memetakan persoalan di atas kanvas. Eksplorasi warna, gaya, dan bentuk terbingkai dalam imaji liar tapi tetap sugestif. Kelindan narasi personal hingga realitas juga terbuhul dengan estetik saat tatapannya berhasil menetaskan karya-karya visual lewat tema mimpi.
Ekspresi itulah yang dituangkan sang seniman dalam pameran bertajuk Dreams di Galeri Cemara 6 Toeti Heraty Museum, Jakarta. Berlangsung dari 3-17 Juni 2023, pameran ini menghadirkan 16 karya perupa, yang merentang dalam berbagai gaya mulai dari abstrak, surealis, hingga pop.
Hal itu bisa dilihat misalnya, lewat karya bertajuk Menunggu Godot (Oil on Canvas 150 X 150 cm, 2023). Melalui karya yang terinspirasi dari naskah absurd Samuel Beckett itu, Syakieb menampilkan berbagai figur seperti perempuan cantik, tengkorak tubuh, hingga pohon yang memiliki mata dengan warna-warna kontras yang didominasi kemerahan.
Baca juga: Pameran Reformas!h In Absentia: Menyelami Momen-Momen Bersejarah Mei 1998
Masih dalam lingkup gaya yang sama, Syakieb juga menuang pengalaman personalnya lewat lukisan berjudul Making out in the Sky (Oil on Canvas 150 X 150 cm). Dalam karya bertitimangsa 2023 ini, sang seniman lebih banyak menyapu kanvas dalam corak surealistis yang mengambil gaya ala Salvador Dali dan Marc Chagall.
Dalam lukisan tersebut Syakieb menampilkan suasana erotis dengan dua sosok bersenggama di langit, serta enam objek lain yang terkesan sureal dan samar. Uniknya sang seniman tidak menggambarkan objek sebagai pusat dunia, tapi justru menampilkan seksualitas sebagai sebuah suasana laiknya fragmen-fragmen yang puitik.
"Lukisan-lukisan saya ini memang berasal dari lamunan, mimpi, dan angan-angan lalu coba diejawantahkan dalam karya sebagai bentuk dunia alternatif dari realitas," ujar Syakieb kepada Hypeabis.id.
Perupa yang mengagumi Mochtar Apin ini memang terus mengubah gaya melukisnya. Dalam pameran pertamanya di Bali pada 2021, dia memang mengakui bahwa waktu itu dia sedang mengeksplorasi gaya realis, tapi tak menutup kemungkinan bahwa dia juga bergerak ke ranah anatomis, deformatif, abstrak dan surealis.
Dari pameran keduanya inilah Syakieb kemudian juga banyak menafsir ulang karya-karya maestro dunia yang 'dipinjam' untuk pengalaman personalnya. Namun, dia tidak mengambil mentah-mentah karya-karya ikonik tersebut, tapi mengolahnya sedemikian rupa hingga menjadi gaya yang jadi miliknya sendiri.
Hal itu bisa dilihat dalam karya berjudul Mengenang Andrea Mantegna yang ditampilkan dalam pameran ini. Mategna adalah maestro lukis era renaissance dengan karya ikonik bertajuk Lamentation of Christ, menggambarkan sosok Kristus yang sekarat terlentang di atas lempengan marmer dan diawasi oleh Santo Yohanes, Maria Magdalena dan Maria.
Namun, Syakieb dalam karya yang 'dipinjam' itu mengganti Yesus dengan sosok ibunya yang sedang gering dan terbaring di ranjang rumah sakit. Di sebelah ranjang juga ada beberapa objek yang tengah meratapi kesakitan sang ibu saat tubuhnya ditusuk jarum infus mulai dari tangan hingga kaki.
Baca juga: Jejak Cinta Edwin Makarim dalam Pameran Tunggal Tapak Katresnan
Syakieb pun menangkap gejala sosial ini dengan lugas dan estetis, salah satunya lewat karya berjudul Masriadeep (Oil on Canvas 80 X 100 cm, 2023). Adapun dalam karya ini Syakieb melukis sosok Masriadi 'seniman Satu Juta Dolar' dan Jasdeep Sandhu, mantan art manajernya yang sedang bersiap adu tinju di atas ring, lengkap dengan peralatan.
Sementara itu para penonton di sekitar ring tinju adalah para member komunitas seni rupa Indonesia nampak menyoraki mereka. Beberapa di antaranya seperti Oei Hong Djien (OHD), Filippo Sciascia, Rudy Akili, Deddy Kusuma, Melani Setiawan, Aminudin Siregar, Tisna Sanjaya, Christiana Gouw, Goenawan Mohamad dan masih banyak lagi.
Kurator pameran Anna Sungkar mengungkap karya-karya Syakieb dalam pameran ini memang lebih banyak menangkap ketegangan sosial dan politis dalam realitas seni dan masyarakat Indonesia. Dalam 'mimpi' Syakieb, realitas menurutnya sedang tidak baik-baik saja, oleh karena itu sang seniman mencoba membuat dunia alternatif baru yang memiliki banyak lapisan makna.
"Karya-karya Syakieb ini juga banyak terinspirasi dari studinya terhadap filsafat. Oleh karena itu karyanya pun nampak sebagai sebuah refleksi pembebasan realitas yang dapat memberi rekaan [dunia] alternatif," papar Anna Sungkar.
Sementara itu, Goenawan Mohamad menyebut bahwa karya-karya Syakieb yang dalam pameran didominasi karya surealis tidak pernah jauh dari bahasa dan gramatika umum. Kendati begitu imaji-imajinya tak disodorkan sebagai simbol yang sudah jadi dan sudah dikodifikasikan maknanya.
"Imaji-imajinya mengajak kita lebih jauh melayang tetapi tak sendirian. Surealisme Syakieb adalah surealisme “ekstrover”, menjangkau dan membuka diri kepada yang ramai," tulis penyair gaek itu dalam katalog pameran.
Baca juga: Refleksi Pembangunan Ibu Kota Negara di Pameran Lukisan "Antara Kecemasan dan Harapan"
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Ekspresi itulah yang dituangkan sang seniman dalam pameran bertajuk Dreams di Galeri Cemara 6 Toeti Heraty Museum, Jakarta. Berlangsung dari 3-17 Juni 2023, pameran ini menghadirkan 16 karya perupa, yang merentang dalam berbagai gaya mulai dari abstrak, surealis, hingga pop.
Hal itu bisa dilihat misalnya, lewat karya bertajuk Menunggu Godot (Oil on Canvas 150 X 150 cm, 2023). Melalui karya yang terinspirasi dari naskah absurd Samuel Beckett itu, Syakieb menampilkan berbagai figur seperti perempuan cantik, tengkorak tubuh, hingga pohon yang memiliki mata dengan warna-warna kontras yang didominasi kemerahan.
Baca juga: Pameran Reformas!h In Absentia: Menyelami Momen-Momen Bersejarah Mei 1998
Menunggu Godot (sumber gambar: Galeri Cemara 6 Toeti Heraty Museum)
Dalam lukisan tersebut Syakieb menampilkan suasana erotis dengan dua sosok bersenggama di langit, serta enam objek lain yang terkesan sureal dan samar. Uniknya sang seniman tidak menggambarkan objek sebagai pusat dunia, tapi justru menampilkan seksualitas sebagai sebuah suasana laiknya fragmen-fragmen yang puitik.
"Lukisan-lukisan saya ini memang berasal dari lamunan, mimpi, dan angan-angan lalu coba diejawantahkan dalam karya sebagai bentuk dunia alternatif dari realitas," ujar Syakieb kepada Hypeabis.id.
Making out in the Sky (sumber gambar Galeri Cemara 6 Toeti Heraty Museum)
Dari pameran keduanya inilah Syakieb kemudian juga banyak menafsir ulang karya-karya maestro dunia yang 'dipinjam' untuk pengalaman personalnya. Namun, dia tidak mengambil mentah-mentah karya-karya ikonik tersebut, tapi mengolahnya sedemikian rupa hingga menjadi gaya yang jadi miliknya sendiri.
Hal itu bisa dilihat dalam karya berjudul Mengenang Andrea Mantegna yang ditampilkan dalam pameran ini. Mategna adalah maestro lukis era renaissance dengan karya ikonik bertajuk Lamentation of Christ, menggambarkan sosok Kristus yang sekarat terlentang di atas lempengan marmer dan diawasi oleh Santo Yohanes, Maria Magdalena dan Maria.
Namun, Syakieb dalam karya yang 'dipinjam' itu mengganti Yesus dengan sosok ibunya yang sedang gering dan terbaring di ranjang rumah sakit. Di sebelah ranjang juga ada beberapa objek yang tengah meratapi kesakitan sang ibu saat tubuhnya ditusuk jarum infus mulai dari tangan hingga kaki.
Baca juga: Jejak Cinta Edwin Makarim dalam Pameran Tunggal Tapak Katresnan
Ketegangan Sosial
Dunia seni rupa tak melulu menghadirkan karya-karya yang bagi masyarakat hanya dibaca sebagai sebuah pencapaian yang fantastis. Di balik kelindan produksi, pemacakan di galeri seni, balai lelang, dan berakhir di tangan kolektor juga seringkali muncul intrik yang menjadi inspirasi seniman.Syakieb pun menangkap gejala sosial ini dengan lugas dan estetis, salah satunya lewat karya berjudul Masriadeep (Oil on Canvas 80 X 100 cm, 2023). Adapun dalam karya ini Syakieb melukis sosok Masriadi 'seniman Satu Juta Dolar' dan Jasdeep Sandhu, mantan art manajernya yang sedang bersiap adu tinju di atas ring, lengkap dengan peralatan.
Masriadeep (sumber gambar Galeri Cemara 6 Toeti Heraty Museum)
Kurator pameran Anna Sungkar mengungkap karya-karya Syakieb dalam pameran ini memang lebih banyak menangkap ketegangan sosial dan politis dalam realitas seni dan masyarakat Indonesia. Dalam 'mimpi' Syakieb, realitas menurutnya sedang tidak baik-baik saja, oleh karena itu sang seniman mencoba membuat dunia alternatif baru yang memiliki banyak lapisan makna.
"Karya-karya Syakieb ini juga banyak terinspirasi dari studinya terhadap filsafat. Oleh karena itu karyanya pun nampak sebagai sebuah refleksi pembebasan realitas yang dapat memberi rekaan [dunia] alternatif," papar Anna Sungkar.
Sementara itu, Goenawan Mohamad menyebut bahwa karya-karya Syakieb yang dalam pameran didominasi karya surealis tidak pernah jauh dari bahasa dan gramatika umum. Kendati begitu imaji-imajinya tak disodorkan sebagai simbol yang sudah jadi dan sudah dikodifikasikan maknanya.
"Imaji-imajinya mengajak kita lebih jauh melayang tetapi tak sendirian. Surealisme Syakieb adalah surealisme “ekstrover”, menjangkau dan membuka diri kepada yang ramai," tulis penyair gaek itu dalam katalog pameran.
Baca juga: Refleksi Pembangunan Ibu Kota Negara di Pameran Lukisan "Antara Kecemasan dan Harapan"
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.