Pertumbuhan usia menjadi salah satu faktor risiko individu terkena parkinson (Sumber gambar ilustrasi: freepik)

Penyebab dan Gejala Parkinson yang Perlu Menjadi Perhatian Milenial dan GenZ

04 June 2023   |   13:39 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization mencatat bahwa kecacatan dan kematian akibat penyakit parkinson meningkat lebih cepat jika dibandingkan dengan gangguan neurologis lainnya. Penyakit yang kerap diderita kelompok usia lanjut alias lansia ini juga bisa menghampiri kalangan usia yang lebih muda.

Dirangkum dari laman WHO, prevalensi parkinson meningkat dua kali lipat dalam 25 tahun terakhir. Bahkan WHO memperkirakan lebih dari 8,5 juta orang memiliki penyakit tersebut pada 2019 silam. Dari total itu, sebanyak 5,8 juta dihubungkan dnengan kecacatan dan 329.000 berujung dengan kematian.

Baca juga: Jaga Kesehatan Sistem Saraf, Ini Suplemen yang Bisa Dikonsumsi Menurut Dokter

Kasus kecacatan akibat parkinson itu mengalami peningkatan sebesar 81 persen sejak tahun 2000. Adapun, jumlah kematian yang tercatat tersebut mengalami pertumbuhan lebih dari 100 persen dari 23 tahun silam.

WHO menuliskan bahwa penyakit parkinson adalah kondisi degeneratif otak yang berhubungan dengan gejala motorik, seperti gerakan lambat, tremor, kekakuan, berjalan, dan ketidakseimbangan serta berbagai komplikasi non-motor berupa gangguan kognitif, gangguan kesehatan mental, gangguan tidur dan nyeri serta gangguan sensorik lainnya.

Gangguan motorik, seperti diskinesia dan kontraksi otot yang menyakitkan dapat memicu keterbatasan dalam berbicara, mobilitas, dan keterbatasan di banyak bidang kehidupan. “Perkembangan dari gejala-gejala ini menghasilkan tingkat kecacatan dan kebutuhan perawatan yang tinggi,” tulis WHO.

Organisasi itu juga menuliskan banyak orang dengan parkinson juga mengalami demensia selama menderita penyakit tersebut. Faktor risiko penyakit parkinson umumnya karena usia lanjut. Meskipun begitu, orang dengan usia yang lebih muda juga dapat menderita penyakit ini. Tidak hanya itu, pria juga disebut lebih berisiko mengalami parkinson jika dibandingkan dengan wanita.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan, seperti pestisida, polusi udara, dan pelarut industri juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit parkinson.

WHO menuliskan bahwa penyebab seseorang mengalami parkinson tidak dapat diketahui. Namun, penyakit ini diduga timbul dari interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan paparan lingkungan yang dialami sepanjang hidup.

Laman National Institute on Aging menuliskan, tanda dan gejala penyakit parkinson yang paling menonjol adalah ketika sel saraf di basal ganglia, yakni area otak yang mengontrol gerakan, mengalami kerusakan atau mati.

Sel-sel saraf atau neuron ini biasanya menghasilkan zat kimia otak yang dikenal sebagai dopamin. Sel saraf itu menghasilkan lebih sedikit dopamin ketika mati atau terganggu. Kondisi itu menjadi penyebab masalah gerakan yang terkait dengan parkinson. “Ilmuwan masih belum tahu apa yang menyebabkan neuron mati,” demikian tertulis.

Baca juga: Gangguan Saraf Mengintai Millenial & Gen Z, Simak Cara Pengobatannya

Laman itu juga menuliskan individu penderita parkinson kehilangan ujung saraf yang menghasilkan norepinefrin, yakni pembawa pesan kimia utama dari sistem saraf simpatik. Sistem ini mengontrol banyak fungsi tubuh seperti detak jantung dan tekanan darah.

Kehilangan norepinefrin kemungkinan menjadi penyebab penderita kerap merasa kelelahan, tekanan darah tidak teratur, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba saat seseorang berdiri dari posisi duduk atau berbaring, dan sebagainya.

Editor: Fajar Sidik 
1
2


SEBELUMNYA

10 Film Anime Paling Laris Sepanjang Masa: One Piece Hingga Howl's Moving Castle

BERIKUTNYA

Refleksi Mimpi & Realitas Dunia Alternatif Syakieb Sungkar di Pameran Dreams

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: