Usai Tampil di Layar Bioskop, Kini Film Pesantren Tayang di Bioskop Online
13 May 2023 |
17:27 WIB
Film dokumenter Pesantren akan hadir di platform Bioskop Online pada 24 Mei 2023, setelah ditayangkan di sejumlah bioskop di dalam negeri. Karya Sutradara Shalahuddin Siregar ini akan mengajak para pencinta film menyusuri kehidupan para santri di Pondok Kebon Jambu Al- Islamy Cirebon.
Shalahuddin mengatakan, para pencinta film dokumenter dapat memahami bahwa kehidupan di pondok pesantren tidak kalah berwarna jika dibandingkan dengan kegiatan para siswa yang belajar di sekolah biasa. Selain belajar mengaji, film ini akan memperlihatkan berbagai kegiatan seperti seni yang menjadi ajang bagi para santri penyuka musik, kompetisi stand up comedy, dan diskusi antara guru dan murid yang kekinian.
Baca juga: 6 Rekomendasi Film Indonesia Hasil Adaptasi Novel Populer
Dia menuturkan, pembuatan film dokumenter ini dipicu oleh keinginan diri dan prasangka para penonton karyanya untuk mengetahui kehidupan di pesantren. “Saya sendiri seorang muslim, tetapi saya tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren,” katanya.
Keingintahuan itu meliputi cara kehidupan para siswa di dalam pesantren, apa yang dipelajari di kelas, dan para impian santri ketika lulus. Penemuan tentang kondisi di dalam pensantren membuat sang sutradara terkejut sekaligus terinspirasi.
Dengan film Pesantren, maka dia berharap dapat mengejutkan dan juga menginspirasi banyak orang melalui karya ini. Film Pesantren yang dibuatnya membuahkan hasil manis, karena berhasil terpilih dalam ajang International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) 2019. Tidak hanya itu, karya ini juga telah mengikuti beberapa festival film lainnya.
“Film ini juga sudah berkeliling menjumpai penontonnya secara lokal dan internasional. Salah satu pemutaran internasional dilakukan di The University of British Columbia, pada Maret 2022 lalu,” katanya.
President of Digital Business Visinema, Ajeng Parameswari mengatakan film Pesantren dapat dinikmati oleh para penonton dengan lebih luas lagi ketika ditayangkan di Bioskop Online.
Baca juga: 4 Film Indonesia yang Tayang pada Momen Lebaran, Buya Hamka hingga Sewu Dino
Dalam posternya, para penikmat film dapat melihat santri wanita dan pria duduk terpisah sambil membaca kitab kuning, yang mencerminkan sisi kehidupan di pesantren. Namun, di balik poster itu, ada kehidupan dan banyak cerita lainnya yang harus ditonton melalui filmnya.
Karya ini menyajikan sisi lain dari keseharian para santri di sebuah pesantren tradisional. “Di mana film ini dapat membawa perspektif lain tentang kehidupan beragama. Karena itu Bioskop Online ingin menayangkan film ini agar pesannya bisa sampai ke lebih banyak orang,” katanya.
Film Pesantren juga mengajak para penonton untuk menyusuri hampir setiap sudut yang bisa dijelajahi di Pondok Kebon Jambu, mengamati kehidupan dan ajaran yang ada di dalamnya, seperti yang dialami oleh para penghuni asrama dan guru sehari-hari.
Shalahuddin Siregar merupakan sutradara yang telah memenangkan sejumlah penghargaan. Pada 2011 silam, dia berhasil membawa piala di ajang Dubai International Film Festival melalui karya berjudul Negeri di Bawah Kabut.
Tidak hanya itu, melalui karya yang sama, dia juga berhasil memperoleh kemenangan Maya Awards pada 2012 untuk kategori Best Documentary Film. Pada tahun yang sama, Negeri di Bawah Kabut juga memenangkan banyak penghargaan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Pada 2018, sang sutradara juga berhasil menyabet piala Best Director melalui film Lima di Asian Film Festival Barcelona.
Baca juga: Jumlah Penonton Bioskop Awal 2023 Lesu, Ada Apa dengan Film Indonesia?
Editor: Dika Irawan
Shalahuddin mengatakan, para pencinta film dokumenter dapat memahami bahwa kehidupan di pondok pesantren tidak kalah berwarna jika dibandingkan dengan kegiatan para siswa yang belajar di sekolah biasa. Selain belajar mengaji, film ini akan memperlihatkan berbagai kegiatan seperti seni yang menjadi ajang bagi para santri penyuka musik, kompetisi stand up comedy, dan diskusi antara guru dan murid yang kekinian.
Baca juga: 6 Rekomendasi Film Indonesia Hasil Adaptasi Novel Populer
Dia menuturkan, pembuatan film dokumenter ini dipicu oleh keinginan diri dan prasangka para penonton karyanya untuk mengetahui kehidupan di pesantren. “Saya sendiri seorang muslim, tetapi saya tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren,” katanya.
Keingintahuan itu meliputi cara kehidupan para siswa di dalam pesantren, apa yang dipelajari di kelas, dan para impian santri ketika lulus. Penemuan tentang kondisi di dalam pensantren membuat sang sutradara terkejut sekaligus terinspirasi.
Dengan film Pesantren, maka dia berharap dapat mengejutkan dan juga menginspirasi banyak orang melalui karya ini. Film Pesantren yang dibuatnya membuahkan hasil manis, karena berhasil terpilih dalam ajang International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) 2019. Tidak hanya itu, karya ini juga telah mengikuti beberapa festival film lainnya.
“Film ini juga sudah berkeliling menjumpai penontonnya secara lokal dan internasional. Salah satu pemutaran internasional dilakukan di The University of British Columbia, pada Maret 2022 lalu,” katanya.
President of Digital Business Visinema, Ajeng Parameswari mengatakan film Pesantren dapat dinikmati oleh para penonton dengan lebih luas lagi ketika ditayangkan di Bioskop Online.
Baca juga: 4 Film Indonesia yang Tayang pada Momen Lebaran, Buya Hamka hingga Sewu Dino
Dalam posternya, para penikmat film dapat melihat santri wanita dan pria duduk terpisah sambil membaca kitab kuning, yang mencerminkan sisi kehidupan di pesantren. Namun, di balik poster itu, ada kehidupan dan banyak cerita lainnya yang harus ditonton melalui filmnya.
Karya ini menyajikan sisi lain dari keseharian para santri di sebuah pesantren tradisional. “Di mana film ini dapat membawa perspektif lain tentang kehidupan beragama. Karena itu Bioskop Online ingin menayangkan film ini agar pesannya bisa sampai ke lebih banyak orang,” katanya.
Film Pesantren juga mengajak para penonton untuk menyusuri hampir setiap sudut yang bisa dijelajahi di Pondok Kebon Jambu, mengamati kehidupan dan ajaran yang ada di dalamnya, seperti yang dialami oleh para penghuni asrama dan guru sehari-hari.
Shalahuddin Siregar merupakan sutradara yang telah memenangkan sejumlah penghargaan. Pada 2011 silam, dia berhasil membawa piala di ajang Dubai International Film Festival melalui karya berjudul Negeri di Bawah Kabut.
Tidak hanya itu, melalui karya yang sama, dia juga berhasil memperoleh kemenangan Maya Awards pada 2012 untuk kategori Best Documentary Film. Pada tahun yang sama, Negeri di Bawah Kabut juga memenangkan banyak penghargaan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Pada 2018, sang sutradara juga berhasil menyabet piala Best Director melalui film Lima di Asian Film Festival Barcelona.
Baca juga: Jumlah Penonton Bioskop Awal 2023 Lesu, Ada Apa dengan Film Indonesia?
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.