Kolase karya seniman Restu Taufik Akbar (Sumber gambar: CGartspace diolah)

Pameran Seni The Objects Are Closer Than They Appear akan Berlangsung di CGartspace Jakarta

13 May 2023   |   17:13 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

CGartspace bekerja sama dengan ArtSociates akan mengadakan pameran tunggal seniman Restu Taufik Akbar bertajuk The Objects Are Closer Than They Appear pada 20 Mei– 4 Juni 2023 di CGartspace - Rumah Miring, Jakarta Selatan.

Pemilik CGartspace, Christiana Gouw mengatakan sang seniman menjadikan pameran ini sebagai momen penting untuk merefleksikan kembali pijakan konseptual keseniannya selama beberapa tahun terakhir dengan menampilkan karya-karya terbaru.

Baca juga: Jadi Manifestasi Pencarian Identitas Seniman, Komunitas Salihara Gelar Pameran Daya Gaya Decenta

“Sebuah lukisan memang dapat menghadirkan citra yang merepresentasikan ruang dan waktu. Akan tetapi ia tetap tidak mampu mengintegrasikan ruang dan waktu secara nyata ke dalamnya,” katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/5/2023).

Lukisan secara de facto tetap sebuah objek yang kaku, beku, dan statis meskipun menampilkan gambaran yang memancing imajinasi tentang gerak dalam benak penikmatnya. Kondisi ini membuat Restu tidak puas dengan “dosa bawaan” lukisan yang semacam itu.

Sang seniman sampai pada refleksi yang lebih mendalam tentang makna ruang dan waktu yang dicara selama bekerja di studio yang dimiliki pada masa pandemi Covid-19. Berbagai pembatasan interaksi dan mobilitas sosial membuatnya lebih sering menghabiskan waktu dalam kesendirian.

Pada momen-momen itu, dia menemukan kembali pentingnya kontemplasi pribadi yang mencerahkan dan membebaskannya dari berbagai tekanan dari luar dirinya.

“Perubahan rutinitas sehari-hari dan ritme kerja, sekaligus ketidakpastian masa depan, memunculkan pemahaman tentang bagaimana waktu bersifat luwes, relatif sekaligus subjektif,” kata Christina.

Dia menuturkan, apa yang dialami seseorang dalam ruang dan waktunya hanya dapat terpeta secara otentik dalam kesadaran spasial dan temporal masing-masing subjek pada akhirnya. Renungan ini yang kemudian turut memperkaya pemahaman Restu ketika mengerjakan karya-karya untuk pameran tunggalnya kali ini.  

Sang seniman masih menonjolkan idiom-idiom visual yang semakin khas, seperti objek-objek alam, terutama pepohonan dan aliran air, yang tampil terpiuh, dinamis, bertumpuk, silang-kelindan dengan sapuan-sapuan cat yang liar.

Kemudian, memecah dan bercampur, sehingga menghasilkan nuansa warna yang berlapis dan kompleks. Di sini, dia masih menggunakan lempeng-lempeng baja tahan karat  sebagai material yang menggantikan kanvas.

“Karena karakter reflektif dari karya-karya ini mampu menghadirkan (bayangan) para penatap sebagai bagian dari lukisan,” katanya.

Pada momen itu, karya-karya dari sang seniman sebetulnya menjadi perantara untuk ruang dan waktu yang dinamis, cair dan subjektif. Dia menuturkan, ruang dan waktu justru merupakan matra yang hidup dan dinamis dalam pengalaman setiap manusia bagi sang seniman.


Tajuk Pameran

Pameran tunggal ini diberi judul The Object Are Closer Than They Appear guna menggarisbawahi signifikansi material dalam praktik artistik sang seniman. Judul itu diadopsi dari kata-kata yang sering berada di kaca spion kendaraan. Dia menuturkan, pengingat atau peringatan itu intinya ingin menyadarkan para penikmat karya bahwa citra ilus cermin selalu berpotensi mengecoh atau menipu.

Dalam praktik artistik Restu, baja tahan karat bukanlah material yang menghadirkan pengalaman atau sensasi visual belaka. Pada akhirnya, material itu menjadi benda yang dipilih dengan pertimbangan konseptual untuk memunculkan perspektif para penatap sebagai subjek dalam lukisan.

Karya-karya sang seniman menghadirkan tegangan antara tindakan menatap lukisan dan bercermin. Dia menuturkan, intensi penikmati lukisan akan dengan mudah terpecah dan berpotensi menguak kesadaran-kesadaran yang lebih mendalam tentang objek seni dan dunia sehari-hari Ketika mengamatinya.

Dia menuturkan, pameran ini memperlihatkan cara Restu sampai pada eksplorasi material yang kian matang dengan kombinasi antara cat-cat berwarna solid dan transparan yang digunakan. Bayangan yang terpantul di baja reflektif membuat citra dalam lukisannya memiliki kontingensi yang tinggi, seolah mengintegrasikan ruang dan waktu yang senantiasa berubah, dan mengikuti situasi di sekitarnya. 

Restu Taufik Akbar lahir pada 1990 di Bandung. Dia menyelesaikan pendidikan seni lukis di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB pada 2015 dengan predikat summa cum laude. Meski bekerja dengan beragam medium artistik, Restu tetap menganggap dirinya seorang pelukis.

Sejak lulus kuliah, karya sang seniman telah tampil di sejumlah pameran tunggal dan kelompok di berbagai kota di Indonesia. Pameran tunggalnya, Lucidity (2015) berlangsung di ROH Project, Jakarta, sementara (IN) Material Truth (2018) dilangsungkan di Orbital Dago, Bandung.

Sejumlah pameran kelompok yang pernah diikuti antara lain, Flow Into Now : Art Sampoerna (2017), Sampoerna Strategic Square; November On Paper (2018) Bale Banjar Sangkring, Yogyakarta; MANIFESTO 6.0: Multipolar (2018) Galeri Nasional, Jakarta; Biennale Jateng #2 (2018) Kota Lama, Semarang; dan sebagainya.

Pada 2017, Restu terpilih sebagai finalis Bandung Contemporary Art Award #5. Pada 2022, dia juga menjadi pemenang ajang UOB Painting of The Year Indonesia untuk kategori Established Artist.

Baca juga: Refleksi Pembangunan Ibu Kota Negara di Pameran Lukisan "Antara Kecemasan dan Harapan"

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Elon Musk Segera Mundur dari Jabatan CEO Twitter, Ini Penggantinya

BERIKUTNYA

Usai Tampil di Layar Bioskop, Kini Film Pesantren Tayang di Bioskop Online

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: