Jenjang Pascasarjana (Sumber Foto: Freepik)

Menengok Arah Perkembangan Pendidikan Pascasarjana di Indonesia

09 May 2023   |   15:00 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Seiring perkembangan zaman, lembaga dan instansi perusahaan akan membutuhkan tenaga profesional dengan kompetensi unggul di bidangnya. Mereka adalah sumber daya manusia berkualitas yang dibentuk dan diasah dari pendidikan akademik paling dasar sampai ke jenjang pendidikan tinggi, termasuk pascasarjana.

Lulusan pascasarjana diharapkan dapat menjadi kekuatan baru untuk perkembangan suatu negara yang maju. Tentunya ini direalisasikan dengan kemampuan mereka dalam mencetuskan beragam inovasi dan pemecahan masalah yang berguna bagi kepentingan orang banyak. 

Baca juga: SNBT Dimulai, Cek Daftar Jurusan Kuliah Favorit di Indonesia Ini

Anas M Fauzi, Dekan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) memaparkan bahwa terdapat dua jenjang pascasarjana yakni keilmuan dan terapan, yang keduanya sangat dibutuhkan dalam pengembangan jenjang karier.

“Pascasarjana keilmuan tujuannya menyiapkan lulusan untuk bisa menguasai atau mengembangkan cabang ilmu pengetahuan,” jelasnya.

Sementara pascasarjana terapan bertujuan untuk menyiapkan lulusannya agar siap bekerja di bidang pekerjaan yang sifatnya lebih praktisi, dengan kata lain profesi yang membutuhkan banyak praktek ketimbang teori. Terkait pascasarjana keilmuan, Anas mengatakan sejauh ini perkembangannya sudah sangat pesat lantaran banyaknya program studi baru yang bermunculan dan lebih fokus pada keahlian tertentu.

“Di IPB sendiri yang baru ada Magister Logistik Agro-Maritim, untuk mengembangkan SDM yang paham logistik pangan, hasil pertanian, dan kelautan yang berdaya saing,” katanya.

Lebih lanjut dari segi kurikulumnya, mahasiswa pascasarjana keilmuan wajib mengambil minimum SKS-nya, lalu mengerjakan tugas akhir mulai dari proposal, kolokium, seminar, dan tesisnya. Namun, ada juga syarat kelulusan yang menekankan pada riset mendalam. 

“Beasiswa dari BRIN, mengarahkan mahasiswanya untuk fokus kepada riset dan kuliahnya pun lebih pendek mungkin cuma satu semester,” jelas Anas. 
 

Ilustrasi mahasiswa sedang berdiskusi (Sumber: Unsplash/Alexis Brown)

Ilustrasi mahasiswa sedang berdiskusi (Sumber: Unsplash/Alexis Brown)

Dari segi tenaga pendidik, Anas menyebut bahwa situasinya sudah memadai. Banyak dosen berkualitas dengan beragam latar pendidikan yang sesuai dengan bidang ajar. Dia berharap agar lulusan pascasarjana keilmuan bisa menerapkan metodologi kajian lebih baik yang akan membantunya melakukan riset serta mengaplikasikannya. 

Dewasa ini alumninya pun sudah bisa memenuhi kebutuhan dunia kerja di Indonesia, hal ini dilihat dari banyaknya mahasiswa pascasarjana yang bekerja sambil mengenyam pendidikan. Selain itu, lulusan pascasarjana keilmuan juga banyak dibutuhkan oleh lembaga penelitian dan perguruan tinggi.

Namun, Anas menyampaikan, di dunia kerja tak menutup kemungkinan ada juga industri yang lebih memilih lulusan S1 terapan dibandingkan lulusan S2 dan S3 sebagai tenaga kerjanya. “Mungkin karena biayanya lebih mahal kalau merekrut lulusan S2 atau S3, jadi mereka lebih memilih lulusan S1 terapan kemudian memberikan pelatihan langsung dari industrinya,” paparnya.

Tentu setiap perguruan tinggi juga mengharapkan lulusannya unggul dan tak kalah saing dengan lulusan lainnya baik dari kampus dalam negeri maupun luar negeri. Penting sekali untuk melakukan pendekatan dengan proses pembimbingan yang lebih baik antara mahasiswa dengan dosen pembimbing. 

Topik untuk riset juga harus terintegrasi dengan minat dan riset terdahulu para dosen, sehingga pengawalannya bisa lebih intensif. Adapun kolaborasi dosen pembimbing dengan pembimbing dari lembaga penelitian di luar kampus. 

“Mahasiswa juga terintegrasi dengan pusat-pusat penelitian di seluruh Indonesia, sehingga lebih mungkin untuk mendapatkan dukungan langsung dari para peneliti,” kata Anas. 

Baca juga: Cek Biaya, Keunggulan & Fasilitas 5 Kampus Termahal di Indonesia

Selanjutnya, diharapkan perguruan tinggi juga bisa menyiapkan fasilitas untuk menunjang kegiatan akademik mahasiswa baik secara daring maupun luring. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pembelajaran, riset, dan melakukan monitoring secara rutin untuk melihat kemajuan studi mahasiswa.

Menanggapi sistem pendidikan sekolah tinggi di Indonesia bahkan di dunia, Indra Charismiadji yang merupakan pakar pendidikan memaparkan bahwa sebelumnya, era society 3.0 terbilang sangat industrial oriented, ini membuat peran sertifikat dan gelar begitu penting dalam berkarier.

“Sekarang sudah masanya kita menghadapi era Society 4.0 yang mana keberadaan gelar sudah tidak penting, melainkan SDM yang mampu berinovasi,” kata Indra.

Kehadiran orang-orang seperti Mark Zuckerberg, Steve Jobs, dan Bill Gates, katanya, membuktikan bahwa gelar kesarjanaan tidak menentukan kesuksesan. Kita tahu bahwa nama tersebut merupakan orang-orang paling berpengaruh di dunia dengan inovasinya di bidang teknologi yang memudahkan manusia. 

Namun, jika dilihat dari latar belakangnya, mereka ternyata tidak pernah menamatkan Pendidikan tinggi dan meraih gelarnya. Lebih lanjut Indra mengatakan, walaupun gelar tidak terlalu besar pengaruhnya, tapi pendidikan tetaplah penting.

“Kita sudah ada di era di mana industri tidak membutuhkan gelar, tapi orang-orang yang inovatif, kreatif, dan bisa menciptakan sesuatu yang baru,”  katanya.

Indra berujar bahwa pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia lebih banyak dihasilkan dari kekayaan alam, dibandingkan inovasi dari SDM-nya. Dia memberi contoh negara kecil seperti Singapura yang tidak punya kekayaan alam, tapi memiliki PDB yang besar.

“Ini karena pendapatan domestik bruto mereka lebih banyak dari dihasilkan dari inovasi-inovasi SDM-nya yang berkualitas,” kata Indra.

Menanggapi fenomena ini, dia berharap supaya pemerintah lebih pro dengan pembangunan sumber daya manusia dibandingkan pembangunan infrastruktur. Penting juga untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan  supaya mencetak lulusan-lulusan yang unggul. 

“Kita tidak bisa membangun SDM berkualitas dari pascasarjana, melainkan harus dari dasar, jadi fokusnya harus SD dulu,” kata Indra. 

Baca juga: Psikolog Bagikan 4 Tips Menjaga Kesehatan Mental Untuk Mahasiswa, Simak Yuk!

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah

SEBELUMNYA

Wow, Film Buya Hamka Habiskan Bujet Produksi hingga Rp60 Miliar

BERIKUTNYA

Koleksi Fesyen Modest dengan Inspirasi Pakaian Suku Baduy Berlenggang di Hong Kong Fashion Week

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: