Ilustrasi vinil (sumber gambar Unsplash/ Travis Yewell)

Asyik, Setelah Absen Setengah Abad Indonesia Bakal Punya Pabrik Vinil Lagi

21 April 2023   |   15:44 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Piringan hitam atau vinil bagi generasi milenial mungkin kurang begitu akrab di telinga. Namun, cakram padat ini pada dekade 70-an sempat menjadi salah satu hiburan dalam mendengarkan musik berkualitas saat diputar di turntable atau gramofon. 

Meski gaungnya sempat memudar saat diserbu tren musik digital, pamornya kembali naik beberapa tahun belakangan ini. Pasalnya, banyak anak muda yang ingin bernostalgia sekaligus  mendengarkan musik dengan cara yang lebih 'serius'. 

Kabar baiknya, saat ini Indonesia akan kembali memiliki pabrik piringan hitam setelah absen sekitar 50 tahun tidak lagi memproduksi. Hingga saat ini, piringan hitam mayoritas memang  diproduksi di luar negeri, hal inilah yang membuat harga vinil menjadi lebih mahal dan terkesan prestisius.

Adalah PHR Pressing, sebuah prakarsa mandiri swasta segera membuka pabrik tersebut untuk meneruskan perjalanan format vinil di Indonesia. Didirikan oleh PT Kerka Elevasi Mandiri pabrik piringan hitam ini tidak hanya akan meneruskan kemandirian anak bangsa dalam proses produks dan pelestarian musik nasional.

"Namun juga memenuhi kebutuhan nyata artis, band dan label yang hendak merilis musik mereka dalam format piringan hitam secara lebih murah, lebih cepat dan bebas dari hambatan-hambatan logistik," papar Kerka Elevasi Mandiri dalam siaran tertulis, Jumat (21/4/23).

Dengan mesin teknologi Italia dan assembly Hong Kong, PHR Pressing diklaim mampu memproduksi sebanyak 30.000 keping vinil per bulan. Angka tersebut menurut mereka masuk akal, sebab permintaan konsumsi vinil di Indonesia maupun pasar global semakin meningkat.

 

Ilustrasi piringan hitam (istimewa)

Ilustrasi piringan hitam (istimewa)


Pada 2022 misalnya, penjualan vinil bahkan melampaui angka penjualan CD cakram padat sebesar 41 juta keping dengan nilai US$1,2 milyar, atau mengambil porsi 70 persen dari semua penjualan format fisik. "Ini adalah angka tertinggi dalam kurun waktu 35 tahun terakhir," tulisnya.

PHR Pressing akan resmi dibuka dan melakukan proses cetak perdana pada pertengahan Juni 2023. Ini adalah perusahaan joint venture antara brand PHR dan Elevation Records yang dikenal sebagai label musik dan distributor populer untuk format piringan hitam di Indonesia.

Adapun, beberapa rilisan vinil dari Eelevation Records termasuk album musik Glenn Fredly, Hindia, Mocca, Rotor, Gombloh, Panbers dan Semakbelukar. PHR Pressing memang dirancang untuk memenuhi kebutuhan percetakan piringan hitam di Indonesia dengan harga yang lebih terjangkau dan waktu produksi yang relatif cepat.

Baca juga: Wajah Baru Winamp Player Gebrak Pasar Streaming Musik

Kehadiran PHR Pressing  tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin seorang pengusaha bernama Edy Goh. Pada 2019, Edy memang berinisiatif membuka pressing plant di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat. Dari sinilah pabrik tersebut lalu menjadi hub percetakan piringan hitam bagi label-label besar nasional.

"Kami berharap upaya ini dapat semakin meramaikan khasanah musik Indonesia hari ini dan di masa depan. 70 tahun sejak pressing plant hadir pertama kali di Indonesia, kini PHR Pressing akan mencoba memulai sejarah baru," papar Edy.
 
1
2


SEBELUMNYA

Rekomendasi 7 Film & Serial untuk Tontonan Libur Lebaran di Prime Video

BERIKUTNYA

Kiat Memanfaatkan ChatGPT untuk Kebutuhan Profesional

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: