Hypereport: Menilik Sejarah Record Store Day, Pesta Rilisan Fisik Album Musik Digelar 20 April 2024
17 April 2024 |
13:06 WIB
1
Like
Like
Like
Pada 2007, para pemilik toko musik di Amerika Serikat mengadakan sebuah perkumpulan yang cukup serius. Mereka merasa perlu untuk terus merawat, mengapresiasi, sekaligus menjaga eksistensi segala bentuk rilisan fisik album musik karya para musisi dunia.
Di antara berbagai diskusi menarik yang berkembang, tercetuslah gagasan untuk membuat sebuah hari, semacam perayaan besar yang dilakukan setiap tahun, yang bisa jadi momentum bersama untuk merawat skena musik rilisan fisik tersebut.
Hari perayaan untuk rilisan fisik album musik itu akhirnya terwujud. Mereka menyebutnya Record Store Day (RSD), sebuah hari ketika para musisi, label independen, dan pencinta musik berkumpul bersama untuk saling mengapresiasi karya album musik dalam bentuk CD, kaset, piringan hitam (vinyl).
Baca juga: 10 Musisi yang Merilis Album dengan Format Vinyl, Ada Nadine Amizah & Mocca
Dalam beberapa tahun belakangan, harus diakui penjualan rilisan fisik album musik memang terus tergerus, apalagi dengan meningkatnya popularitas platform musik digital. Namun, bukan berarti rilisan fisik album musik telah mati. RSD adalah bukti bahwa skena ini terus hidup dan penggemar serta kolektornya makin meluas.
Seperti umumnya sesuatu yang datang dari sebuah komunitas, kekuatan RSD setiap tahun terus membesar. RSD pun rutin dilakukan setiap tahun tidak hanya terbatas di Amerika Serikat, tetapi juga di berbagai belahan dunia lain, termasuk Indonesia.
Sejak dirayakan pada 17 tahun lalu, RSD telah menjadi ajang penting dalam mempertemukan ribuan toko kaset independen. Selama acara pada hari itu, ratusan rekaman dicetak. Rilisan unik ditawarkan, didistribusikan ke seluruh toko yang berpartisipasi.
Mengacu pada laman resmi Record Store Day, ajang tahunan ini terus membawa kegembiraan dalam merayakan budaya unik tersebut yang menghadirkan sekitar 1.400 toko kaset independen di Amerika Serikat dan ribuan toko serupa di dunia.
Acara yang didirikan secara resmi oleh Michael Kurtz, Eric Leven, Amy Dorfman, Carrie Colliton, Brian Poehner, dan Don Van Cleave terus menjaga eksistensinya hingga saat ini.
Salah satu yang kerap jadi daya tarik terkuat RSD adalah piringan hitam. Sudah sejak lama, piringan hitam menjadi bahan koleksi yang terbukti terus diburu para penggemarnya. Makin langka sebuah rilisan dan makin tua usianya atau diproduksi dalam jumlah terbatas, harganya pun makin mahal.
Di luar itu, Record Store Day (RSD) bagi banyak orang adalah momen terbaik bagi toko kaset independen. Perayaan ini jadi semacam lebarannya anak-anak pencinta rilisan fisik album musik dan para musisi.
Pada tahun-tahun pertama ajang ini dirayakan, grup musik Metallica diketahui menghabiskan waktu berjam-jam di Rasputin Music di San Francisco untuk menemui para penggemarnya. Kini, ratusan artis dari berbagai belahan dunia setiap tahunnya, berbondong-bondong ke pasar RSD untuk tampil, menandatangani kontrak, dan bertemu pada hari spesial tersebut.
Ajang RSD ini terus berkembang dan bertumbuh, Pada 2009, Jesse "Boots Electric" Hughes (Eagles of Death Metal) mendeklarasikan dirinya sebagai Duta Hari Toko Rekaman sebagai cara untuk meneriakkan betapa pentingnya perayaan ini.
Sejak itu, Joshua Homme (Eagles of Death Metal, Mereka Bengkok Vultures, Queens of the Stone Age), Ozzy Osbourne, Iggy Pop, Jack White, Chuck D, Dave Grohl, Metallica, St. Vincent, Run The Jewels, Pearl Jam, Brandi Carlile, Fred Armisen hingga Taylor Swift rutin hadir dan bersuka cita pada ajang tahunan ini.
Bahkan, kota-kota di Amerika Serikat, termasuk New York City, Los Angeles, Boise, Charleston, Raleigh dan Las Vegas telah menyatakan Record Store Day sebagai hari libur resmi. Pada tahun 2013, Salah Satu Pendiri Michael Kurtz diangkat menjadi Chevalier Ordre Des Arts et Des Letters di Prancis, untuk menghormati kontribusi Record Store Day terhadap kehidupan budaya dan seni masyarakat Prancis.
Pada tahun yang sama, penyelenggara Record Store Day menerima Independent Spirit Award dari NARM (sekarang Music Biz Association). Pada 2015, Record Store Day dinobatkan sebagai Marketplace Ally of the Year oleh A2IM, sebuah organisasi label musik independen.
Pada 2010, Record Store Day mengoordinasikan acara RSD Black Friday pertamanya, yang memberikan rilis eksklusif kepada toko kaset sebagai bagian dari upaya untuk mengalihkan fokus hari belanja terbesar tahun tersebut.
Pada 2016, Record Store Day mengadakan RSD Summer Camp, sebuah konferensi yang didedikasikan untuk bisnis unik yaitu toko kaset independen. Konferensi ini menyediakan tempat bagi pemilik dan staf toko kaset untuk bertemu dan berinteraksi dengan label, distribusi, vendor, dan siapa saja yang pekerjaannya menempatkan mereka pada orbit toko kaset.
Pada 2017, Record Store Day menjadi mitra pendiri konferensi Pembuatan Vinyl yang mempertemukan perusahaan dan individu yang bertanggung jawab atas kebangkitan vinil yang sedang berlangsung.
Pada 2020, karena pandemi global yang mempengaruhi toko rekaman di seluruh dunia, Record Store Day berubah menjadi tiga tanggal, yakni 29 Agustus, 26 September, dan 24 Oktober.
Baca juga: Demajors Buka Preorder Empat Vinyl Khusus: Dari David Bayu hingga Indra Lesmana
Tanggal perayaan memang kerap mengalami perubahan. Pada awal-awal perayaannya di AS, Record Store Day dihelat tiap 19 April. Namun, kini perayaan Record Store Day bergeser ke 21 April atau di setiap pekan ketiga April.
Namun, fokusnya selalu sama. Bukan pada pesta dan pertunjukan, melainkan merayakan kenyamanan, kegembiraan, dan kesenangan dalam menikmati rilisan fisik album musik. Tahun ini, Record Store Day akan dirayakan secara spesial pada 20 April 2024.
Editor: Fajar Sidik
Di antara berbagai diskusi menarik yang berkembang, tercetuslah gagasan untuk membuat sebuah hari, semacam perayaan besar yang dilakukan setiap tahun, yang bisa jadi momentum bersama untuk merawat skena musik rilisan fisik tersebut.
Hari perayaan untuk rilisan fisik album musik itu akhirnya terwujud. Mereka menyebutnya Record Store Day (RSD), sebuah hari ketika para musisi, label independen, dan pencinta musik berkumpul bersama untuk saling mengapresiasi karya album musik dalam bentuk CD, kaset, piringan hitam (vinyl).
Baca juga: 10 Musisi yang Merilis Album dengan Format Vinyl, Ada Nadine Amizah & Mocca
Dalam beberapa tahun belakangan, harus diakui penjualan rilisan fisik album musik memang terus tergerus, apalagi dengan meningkatnya popularitas platform musik digital. Namun, bukan berarti rilisan fisik album musik telah mati. RSD adalah bukti bahwa skena ini terus hidup dan penggemar serta kolektornya makin meluas.
Seperti umumnya sesuatu yang datang dari sebuah komunitas, kekuatan RSD setiap tahun terus membesar. RSD pun rutin dilakukan setiap tahun tidak hanya terbatas di Amerika Serikat, tetapi juga di berbagai belahan dunia lain, termasuk Indonesia.
Sejak dirayakan pada 17 tahun lalu, RSD telah menjadi ajang penting dalam mempertemukan ribuan toko kaset independen. Selama acara pada hari itu, ratusan rekaman dicetak. Rilisan unik ditawarkan, didistribusikan ke seluruh toko yang berpartisipasi.
Mengacu pada laman resmi Record Store Day, ajang tahunan ini terus membawa kegembiraan dalam merayakan budaya unik tersebut yang menghadirkan sekitar 1.400 toko kaset independen di Amerika Serikat dan ribuan toko serupa di dunia.
Acara yang didirikan secara resmi oleh Michael Kurtz, Eric Leven, Amy Dorfman, Carrie Colliton, Brian Poehner, dan Don Van Cleave terus menjaga eksistensinya hingga saat ini.
Salah satu yang kerap jadi daya tarik terkuat RSD adalah piringan hitam. Sudah sejak lama, piringan hitam menjadi bahan koleksi yang terbukti terus diburu para penggemarnya. Makin langka sebuah rilisan dan makin tua usianya atau diproduksi dalam jumlah terbatas, harganya pun makin mahal.
Di luar itu, Record Store Day (RSD) bagi banyak orang adalah momen terbaik bagi toko kaset independen. Perayaan ini jadi semacam lebarannya anak-anak pencinta rilisan fisik album musik dan para musisi.
Pada tahun-tahun pertama ajang ini dirayakan, grup musik Metallica diketahui menghabiskan waktu berjam-jam di Rasputin Music di San Francisco untuk menemui para penggemarnya. Kini, ratusan artis dari berbagai belahan dunia setiap tahunnya, berbondong-bondong ke pasar RSD untuk tampil, menandatangani kontrak, dan bertemu pada hari spesial tersebut.
Ajang RSD ini terus berkembang dan bertumbuh, Pada 2009, Jesse "Boots Electric" Hughes (Eagles of Death Metal) mendeklarasikan dirinya sebagai Duta Hari Toko Rekaman sebagai cara untuk meneriakkan betapa pentingnya perayaan ini.
Sejak itu, Joshua Homme (Eagles of Death Metal, Mereka Bengkok Vultures, Queens of the Stone Age), Ozzy Osbourne, Iggy Pop, Jack White, Chuck D, Dave Grohl, Metallica, St. Vincent, Run The Jewels, Pearl Jam, Brandi Carlile, Fred Armisen hingga Taylor Swift rutin hadir dan bersuka cita pada ajang tahunan ini.
Bahkan, kota-kota di Amerika Serikat, termasuk New York City, Los Angeles, Boise, Charleston, Raleigh dan Las Vegas telah menyatakan Record Store Day sebagai hari libur resmi. Pada tahun 2013, Salah Satu Pendiri Michael Kurtz diangkat menjadi Chevalier Ordre Des Arts et Des Letters di Prancis, untuk menghormati kontribusi Record Store Day terhadap kehidupan budaya dan seni masyarakat Prancis.
Pada tahun yang sama, penyelenggara Record Store Day menerima Independent Spirit Award dari NARM (sekarang Music Biz Association). Pada 2015, Record Store Day dinobatkan sebagai Marketplace Ally of the Year oleh A2IM, sebuah organisasi label musik independen.
Pada 2010, Record Store Day mengoordinasikan acara RSD Black Friday pertamanya, yang memberikan rilis eksklusif kepada toko kaset sebagai bagian dari upaya untuk mengalihkan fokus hari belanja terbesar tahun tersebut.
Pada 2016, Record Store Day mengadakan RSD Summer Camp, sebuah konferensi yang didedikasikan untuk bisnis unik yaitu toko kaset independen. Konferensi ini menyediakan tempat bagi pemilik dan staf toko kaset untuk bertemu dan berinteraksi dengan label, distribusi, vendor, dan siapa saja yang pekerjaannya menempatkan mereka pada orbit toko kaset.
Pada 2017, Record Store Day menjadi mitra pendiri konferensi Pembuatan Vinyl yang mempertemukan perusahaan dan individu yang bertanggung jawab atas kebangkitan vinil yang sedang berlangsung.
Pada 2020, karena pandemi global yang mempengaruhi toko rekaman di seluruh dunia, Record Store Day berubah menjadi tiga tanggal, yakni 29 Agustus, 26 September, dan 24 Oktober.
Baca juga: Demajors Buka Preorder Empat Vinyl Khusus: Dari David Bayu hingga Indra Lesmana
Tanggal perayaan memang kerap mengalami perubahan. Pada awal-awal perayaannya di AS, Record Store Day dihelat tiap 19 April. Namun, kini perayaan Record Store Day bergeser ke 21 April atau di setiap pekan ketiga April.
Namun, fokusnya selalu sama. Bukan pada pesta dan pertunjukan, melainkan merayakan kenyamanan, kegembiraan, dan kesenangan dalam menikmati rilisan fisik album musik. Tahun ini, Record Store Day akan dirayakan secara spesial pada 20 April 2024.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.